Bayangan Mantan

Seorang wanita berlari dari pria yang mengejarnya. Dia terus berlari, walaupun pria itu sudah meneriaki nama wanita itu berkali-kali.

"Sofia! Kenapa kamu lakukan ini padaku? Kenapa kita harus putus hubungan?"

Wanita itu dengan berani membalikkan tubuh. "Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Sudah selesai."

"Apa maksud dari selesai ini adalah pria di foto ini?" Pria yang sudah dijadikan mantan pun mengeluarkan foto pria lain. "Apa benar dia tunanganmu?"

Jika aku menjadi wanita itu, lebih baik pindah planet. Berani sekali menipu pria kaya itu. Kaya raya, tampan, gagah, dan romantis juga.

"Iya, dia tunanganku, dan sebentar lagi kita akan menikah," balas wanita itu dengan senyum jahat. Tidak ada yang beres dengan wanita itu. Pasti ada sesuatu yang dia rencanakan.

"Kamu membohongiku? Kenapa? Hanya ingin hartaku?"

"Tentu saja," jawab wanita itu dengan senyum lebar.

Menyebalkan sekali. Lebih baik aku yang menjadi pacar pria itu.

"Kamu itu kaya raya dan hubungan kita ini tidak ada apa-apanya-"

Ganti acara lain saja, daripada emosi.

"Zoe, kenapa diganti? Ibu sedang asik menonton drama." Sejak kapan ibu menonton drama? Biasanya, selalu mengomel karena drama, malah aku sekarang yang mengomel.

Sebenarnya, hari ini masuk sekolah, tetapi pihak sekolah mengijinkanku dan William untuk libur sehari. Mereka bilang, mungkin kami masih merasa trauma atas peristiwa kemarin.

"Astaga ... Nikki Jones meninggal?"

Nikki Jones? Oh, pria yang berada di berita itu. Tadi sempat ganti acara televisi. Akan tetapi, kenapa ibu terkejut? Ibu kenal dengan pria itu?

"Ibu harus menelpon teman Ibu dulu. Mungkin saja dia butuh dukungan dari Ibu," ijinnya pergi meninggalkanku ke kamar.

Ibu sepertinya mengenali pria itu. Aku sangat yakin. Apa ibu berencana untuk menikah lagi? Akan tetapi, ibu tidak pernah cerita.

"Korban ditemukan gantung diri di rumah saat orang tua korban baru saja pulang dari kerja. Masih belum diketahui alasan mengapa pria dari Keluarga Jones ini meninggal. Terdapat kejanggalan pada kekasih dari Nikki Jones yang menghilang entah ke mana ... "

Jangan bilang, Nikki meninggal karena putus hubungan dengan kekasihnya. Drama di mana-mana.

Aku terlalu banyak minum. Ingin ke kamar mandi dulu, sudah tidak tahan.

Keanehan pun muncul ketika sedang mencuci tangan. Lampu yang terang mulai berkedip, hawa yang biasa saja mulai menjadi dingin, bahkan di cermin terlihat seperti ada orang di belakang. Aku menepuk kedua pipi berkali-kali. Jangan lagi, kumohon. Carilah anak indigo lain.

"Bantu aku ...."

Aku langsung menoleh ke belakang setelah mendengar suara tadi.

Seorang pria dengan rambut pirang dan bekas luka di leher. Seperti luka bekas gantung diri, tetapi rasanya ada yang janggal. Tunggu, sepertinya aku ingat sesuatu. "Apa kamu Nikki Jones?"

"Kamu bisa melihatku?" tanyanya balik.

Tidak akan bertanya, jika tidak bisa melihat. Aku memutar kedua mata tanpa menjawab pertanyaan.

"Senang rasanya ada yang bisa melihatku. Aku ingin kamu membantu untuk mencari kekasih- Maksudku, mantan kekasih. Buat dia menerima konsekuensi, dan kembalikan semua barang-barang yang sudah kuberikan. Juga pria itu, tunangannya. Mereka berdua sudah bekerja sama untuk membunuhku."

Oh, wow! Jadi, dia meninggal bukan karena bunuh diri? Ceritanya hampir sama dengan drama di televisi tadi. Aku jadi mulai kesal sendiri.

"Maaf, tidak bisa. Minta saja bantuan pada anak indigo lain. Aku tidak ingin melibatkan diri lagi pada masalah hantu."

Sebenarnya, aku tidak enak menolak permintaannya, tetapi lelah juga menjalani semua ini. Walaupun pernah bilang merasa lega telah membantu hantu, masa setiap hari aku harus membantu mereka? Di setiap kasus yang berbeda?

"Kamu tidak ingin?"

Tiba-tiba suara pintu terkunci terdengar jelas. Dia mengunciku di kamar mandi! Lalu, kedua tangan yang dingin berada di leherku. Dia mencekikku dengan sangat kuat.

"Ke-kenapa kamu mencekik? A-aku tidak me-mengenalimu. Lepas ...."

Suara ketukan ibu membuatku bisa bernapas kembali. "Zoe, masih lama di kamar mandi? Ikut ke rumah teman Ibu, yuk."

"Ya .... Nanti aku menyusul ...," balasku sambil mengatur napas. Sudah tidak melihat Nikki, tetapi aku melihat dia memberi pesan melalui cermin.

"Bantu aku, atau kamu akan selalu kukejar."

Padahal, yang memiliki masalah hanya dia dan dua orang itu saja. Kenapa aku jadi dilibatkan? Untung saja leher ini tidak lepas.

***

Aku melihat ibu sangat serius menyetir sekarang. Itulah kenapa ibu bilang tadi ingin menelpon teman untuk dukungan.

Sampai di rumah yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, seorang wanita membukakan pintu. Dia dan ibu langsung berpelukan dengan air mata yang telah keluar.

"Ghina ...," panggil wanita itu pada ibuku.

"Kuatkan dirimu, Julie. Aku tahu, pasti ada alasan kenapa anakmu pergi," balas ibu.

Jadi, Nikki anak dari Nyonya Julie Jones, dan ibu berteman dengan Keluarga Jones. Pantas saja ibu sangat terkejut melihat berita tadi.

"Seharusnya, kami menemaninya saat dia kesulitan atau sedih, tetapi ...."

Selagi Nyonya Julie berbincang dengan ibu, aku pergi menemui Tuan Jones yang sedang duduk di tepi ranjang kamar Nikki. Kehilangan seseorang itu berat.

Aku bisa merasakan aura sedih dan kesal. Aura Nikki masih terasa. Seharusnya, aku pakai jaket dulu. Hawa dingin mulai muncul kembali, tetapi tidak melihat keberadaan Nikki.

Walaupun tidak kenal dengan ayahnya Nikki, tetapi aku tahu bagaimana kesedihannya. Jadi, aku memilih duduk di sebelah.

"Dia anak yang baik dan selalu membuat kami senang ...."

"Ayah ...." Nikki berdiri di depan ayahnya tanpa kusadari. Sudah pasti Tuan Jones tidak akan bisa melihat, apa lagi mendengar.

"Maaf, jika mengecewakan Ayah dan Ibu. Aku seperti ini bukan karena keinginanku. Seseorang melakukan ini. Tolong sampaikan padanya," pintanya sambil menatapku.

Sepertinya, dia sudah lupa apa yang terjadi di kamar mandi tadi. Baiklah, karena aku anak baik, akan kulakukan. Aku akan membantumu.

"Jika Nikki berada di sini, Ada ingin mengatakan apa?" tanyaku basa-basi.

"Ayah minta maaf sebesar-besarnya, jika Ayah masih belum bisa membuatmu senang. Kamu sudah dewasa, dan Ayah sangat senang dengan pilihanmu. Ayah sudah mengecewakanmu."

Anaknya bilang sudah mengecewakan orang tua, sedangkan ayahnya juga bilang mengecewakan sang anak.

"Jika Nikki bilang padamu, bahwa dia dibunuh?"

Tuan Jones menatapku terkejut seakan tidak percaya. Sudah pasti. Aku sudah menyiapkan bokong untuk ditendang, Tuan Jones. "Apa benar itu yang Nikki katakan? Kamu bertemu dengannya? Kapan? Apa kalian saling kenal?"

"Tidak, Tuan Jones. Aku tidak kenal sama sekali dengan anak Anda, walaupun ibu saya berteman dengan istri Anda, tetapi ...."

"Apa?"

"Aku memang bisa melihat sesuatu yang tidak bisa orang lihat."

"Jika begitu, di mana Nikki sekarang?" tanyanya sambiil memegang kedua lenganku dengan erat.

"Dia sudah menghilang sekarang, tetapi sempat berdiri di depanmu." Kenapa Nikki pakai acara menghilang segala?

"Baiklah, dengarkan aku. Ini rahasia antara kita berdua. Kamu bilang bahwa Nikki dibunuh, berarti kita harus bekerja sama." Apa lagi ini? Kemarin dengan William, sekarang dengan ayahnya Nikki. Apa tidak ada yang lain?

"Kerja sama bagaimana maksud Anda?"

"Jika kamu mendapatkan bukti, aku akan bilang pada polisi tentang Nikki gantung diri itu tidaklah benar." Apa ini bisa dikatakan kerja sama? Mencari bukti kenapa hanya aku saja?

"Baiklah. Akan saya usahakan." Karena bisa melihat dan dapat informasi dari hantu. Pintar sekali aku. Tidak, maksudku, Tuan Jones yang pintar.

"Jika begitu, aku butuh informasi dari Anda juga. Aku lihat diberita, jika mantan kekasih Nikki menghilang."

"Mantan? Jadi dia sudah putus hubungan dari Anette? Apa kamu tahu kenapa mereka putus?"

Perlukah dijawab? Sepertinya, tidak sekarang. Sekarang bukanlah waktunya. Yang kubutuhkan bukti terlebih dahulu. Jika bukti yang kudapatkan cocok, maka aku akan memberi tahunya. Serasa bekerja untuk bos. Dikasih upah tidak, ya?

***

"Adikku sampai bertanya terus-menerus tentangmu, dan juga Darwin itu, sampai membuatku kesal. Dia tertarik denganmu. Katanya, lihat hantu itu keren ya, kak? Pfftt .... Padahal, dia selalu menangis dengan topeng hantu yang kupakai."

Malam hari mendengar cerita William lewat panggilan video rasanya membosankan. Jadi, kubuat kedua tangan ini bergerak untuk menggambar sesuatu.

"Kamu dengar aku cerita, tidak?"

"Hm? Dengar. Telingaku masih ada ditempat," jawabku masih asik menggambar.

"Kamu gambar apa?" tanyanya penasaran.

"Lanjutkan saja ceritamu. Ceritamu lebih menarik dari pada pertanyaanmu." Pfftt .... Padahal, aku berbohong.

"Apa hari ini ada pesanan lagi?"

Kunaikkan salah satu alis. Memangnya, aku penjual?

"Permintaan bantuan dari hantu."

"Ada, tetapi tidak terlalu berat."

"Ceritakan."

"Sejak kapan kamu mulai tertarik dengan dunia hantu? Sejak itu bukan urusanku?" Ada yang aneh padanya. Biasanya, dia selalu mengejek atau tidak percaya. Dari gelagat, dia sudah tidak menunjukkan hal tidak percaya. Apa dia membantuku hanya karena kasihan?

"Aku tidak tahu. Mungkin terkena karma," jawabnya malu sambil tertawa kecil.

Aku tersenyum miring mendengar jawabannya. Jika dia bisa begitu, apa semua murid di kelas akan terkena karma juga? Atau William ikut diejek? Entahlah.

Semua yang terjadi, kuceritakan padanya secara lengkap. Senang rasanya ada pendengar lain, selain orang tua.

"Kurang ajar sekali hantu itu!! Minta tolong saja sampai mencekikmu. Tidak punya sopan santun!" William marah karena Nikki mencekikku. Itu terdengar sangat menggelikan, dan dia membicarakan sopan santun. Padahal .... Sudahlah.

"Lalu, ayahnya Nikki memintamu kerja sama, padahal tugasnya hanya memberikan bukti pada polisi. Itu tidak bisa dikatakan kerja sama, kecuali kamu dan pak tua itu pergi bersama untuk mencari, lalu sang istri mengira kalian menjalin hubungan."

"Itu tidak lucu, Will," balasku tanpa tertawa. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirnya.

"Maaf."

Hasil gambarku sudah jadi. Kutunjukkan pada William yang sedang memakan cemilan. "Lihat, entah kenapa aku bisa menggambar seorang perempuan. Tidak ada niatan untuk menggambar manusia." Memang, tadinya ingin menggambar sawah dengan dua bukit tinggi, dan burung beterbangan.

"Perempuan yang cantik," pujinya pada perempuan di kertas yang kugambar.

Aku menghembuskan napas sambil berkata, "Kupikir, kamu akan bilang gambar yang bagus."

"Kamu bicara sesuatu?"

"Tidak."

"Di bawah gambar, kamu menulis dua huruf. Mungkin itu inisial nama perempuan itu." Benar juga. Aku tidak sadar, jika ada huruf A dan M.

"Apa kamu sudah lihat bagaimana wajah mantan kekasih Nikki? Siapa namanya?"

"Namanya Anette, tetapi belum lihat wajahnya. Tuan Jones tidak memberiku foto Anette."

"Maaf Zoe, aku dipanggil ibuku." William mematikan panggilan.

Setelah dipikir-pikir, kamar Nikki juga tidak ada foto Anette saat itu. Sepertinya, masalah ini sudah ada sejak sebelum Nikki mengakhiri hidup. Janggal bagiku.

Mari kita lebarkan teori ini. Diberita tadi pagi, mantan kekasih Nikki menghilang. Lalu, Nikki menginginkan Anette dan tunangan Anette untuk dibawa ke keluarganya. Bilang bahwa dia dibunuh. Yang terlihat adalah dia gantung diri. Ini sudah direncanai oleh Anette dan tunangannya.

Aku tidak ingin menuduh Anette dan tunangannya, tetapi pikiranku ke arah sana. Apa lagi permintaan Nikki sudah terdengar jelas, bahwa dia menginginkan Anette dan tunangannya.

Mau apa pun alasan itu, aku tetap harus mencari bukti dulu. Bagaimana caranya? Besok sudah mulai sekolah. Mudahkan jalan ini, kumohon.