Di tempat latihan kediaman Duke Louis.
Terlihat Irene sedang berdiri di pinggir tempat latihan itu sambil ditemani oleh Leandra dan Lily. Irene terlihat sudah pulih setelah sebelumnya terluka oleh Duchess Arlet dalam latihan tanding. Irene saat ini hanya berdiri di pinggir tempat latihan saja sambil melihat beberapa prajurit yang sedang berlatih di tempat latihan itu.
Meski matanya sedang melihat ke beberapa prajurit yang sedang berlatih itu, tetapi pikirannya sedang membahas sesuatu yang lain. Leandra yang juga berdiri di dekat Irene menyadari kalau Irene sedang memikirkan hal yang lain.
"Ada apa, nona? Kelihatannya kamu sedang memikirkan hal yang lain?," tanya Leandra.
"Iya, kamu benar. Saat ini aku sedang memikirkan hal yang lain. Aku sedang memikirkan bagaimana cara mengalahkan ibunda dalam latihan tanding,"
"Sudah 1 tahun aku terus melawan beliau dalam latihan tanding, tetapi aku masih tidak bisa mengalahkan beliau. Jika aku terus tidak bisa mengalahkan beliau, aku tidak akan bisa ikut dengan Rid dalam mewujudkan impiannya," ucap Irene.
Leandra pun terdiam setelah mendengarkan perkataan Irene. Sementara itu, Lily yang kebetulan juga mendengar perkataan Irene tiba-tiba mulai berbicara.
"Kamu tenang saja, nona," ucap Lily.
Leandra yang mendengar perkataan Lily pun terkejut.
"Apa maksudmu, Lily? Bagaimana bisa kamu bilang 'tenang saja' kepada nona Irene yang sedang bingung memikirkan cara mengalahkan nona Duchess?," tanya Leandra sedikit kesal.
"Tidak perlu kesal begitu, Lea. Maksudku, nona Irene tenang saja karena tanpa nona memikirkan cara mengalahkan nona Duchess, aku yakin kalau nona Irene dapat mengalahkan nona Duchess dalam beberapa hari ini,"
"Saat ini, meski nona Irene belum bisa mengalahkan nona Duchess, tetapi bisa dikatakan kalau nona Irene saat ini sudah bisa mengimbangi nona Duchess. Hal ini dibuktikan dari nona Duchess yang ikut terluka dalam latih tanding dengan nona Irene. Luka yang diterima oleh nona Duchess bukanlah luka goresan kecil, melainkan luka yang cukup parah yang bisa didapatkan dari sebuah latihan tanding. Ini sudah membuktikan kalau nona Irene sudah bisa mengimbangi nona Duchess, berbeda dengan saat awal latihan tanding nona dimana nona bahkan tidak bisa melukai nona Duchess sama sekali,"
"Menurutku, yang nona butuhkan saat ini adalah momentum atau celah untuk mengalahkan nona Duchess. Dengan kekuatan nona sekarang, aku yakin nona bisa mengalahkan nona Duchess. Sekarang hanya tinggal mencari momentum atau celah untuk mengalahkan nona Duchess. Jika nona bisa mendapatkan momentum atau celah itu, bukan tidak mungkin kalau nona bisa mengalahkan nona Duchess. Bahkan besok nona mungkin saja bisa mengalahkan nona Duchess jika mendapatkannya celahnya," ucap Lily.
Irene hanya diam saja setelah mendengar perkataan Lily, sementara Leandra yang sebelumnya sedikit kesal dengan perkataan Lily kini mulai setuju dengan perkataan Lily.
"Aku setuju denganmu, Lily. Aku juga merasa kalau nona Irene saat ini sudah seimbang dengan nona Duchess. Itu karena baik nona Irene dan nona Duchess sama-sama mendapatkan luka yang cukup parah dalam latih tanding itu,"
"Tetapi meski seimbang, bukan berarti hasil pertandingannya akan seri. Pemenang dari pertandingan antara dua orang yang kekuatannya seimbang akan ditentukan dari siapa yang bisa memanfaatkan momentum atau celah seperti yang dibilang oleh Lily. Tadi, nona Duchess bisa memenangkan latih tanding itu karena nona Duchess bisa memanfaatkan momentum atau celah yang nona Irene buat. Selanjutnya jika nona ingin menang, nona harus memanfaatkan momentum atau celah yang dibuat oleh nona Duchess dulu sebelum nona Duchess memanfaatkan momentum atau celah yang dibuat oleh nona," ucap Leandra.
Irene tetap terdiam setelah mendengar perkataan Leandra. Meski terdiam, Irene terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Tidak lama kemudian, Irene pun mulai berbicara.
"Kalian berdua mungkin benar. Saat ini, kekuatanku dengan ibunda sudah seimbang, jadi cara mengalahkan ibunda adalah dengan memanfaatkan momentum dan celah yang diberikan ibunda. Cara yang lain adalah dengan menjadi lebih kuat dari ibunda, tetapi hal itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, sementara sebentar lagi Rid sudah mau memulai perjalanannya dalam mewujudkan impiannya. Memanfaatkan momentum dan celah sepertinya memang merupakan satu-satunya cara agar aku dapat mengalahkan ibunda dalam waktu yang singkat ini," ucap Irene.
Setelah mengatakan itu, Irene lalu berterima kasih kepada Leandra dan Lily.
"Terima kasih kalian berdua karena telah memberi saran kepadaku," ucap Irene.
"Sama-sama, nona," ucap Leandra.
"Sama-sama, nona Irene. Setelah mengetahui cara mengalahkan nona Duchess, nona harus bisa mengalahkan nona Duchess saat latih tanding besok," ucap Lily.
Leandra terlihat terkejut setelah mendengar perkataan Lily.
"Besok!?," ucap Leandra.
Sementara Irene terlihat tersenyum setelah mendengar perkataan Lily.
"Aku tidak tahu apakah besok aku bisa langsung mengalahkan ibunda atau tidak, tetapi setidaknya aku bisa menjanjikan satu hal. Sebelum Rid memulai perjalanannya untuk mewujudkan impiannya, aku berjanji kalau aku akan mengalahkan ibunda," ucap Irene.
Ekspresi Irene yang sebelumnya tersenyum langsung menjadi serius ketika mengatakan itu.
-
Sementara itu, di kediaman Duke Louis, di ruangan Duke Louis.
Terlihat Duke Louis sedang duduk di meja kerjanya sambil membaca beberapa berkas. Tidak lama kemudian, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka dan muncul lah Duchess Arlet dari balik pintu itu. Duchess Arlet kemudian masuk ke dalam ruangan itu sambil menutup kembali pintu itu. Duke Louis yang sebelumnya sedang melihat dan membaca beberapa berkas, kini langsung melihat ke arah Duchess Arlet begitu Duchess Arlet masuk ke dalam ruangannya.
"Kamu sudah pulih, sayang?," tanya Duke Louis.
"Iya. Aku pikir kamu akan menungguku sampai aku pulih di tempat latihan, tetapi kamu malah langsung pergi setelah mengobrol dengan Yang Mulia Ratu lewat kristal komunikasi," ucap Duchess Arlet.
"Maaf, sayang. Aku memutuskan langsung pergi karena aku ingin kembali bekerja. Aku memang merasa khawatir tetapi aku percaya dengan para pelayan kita kalau mereka bisa memulihkanmu dan kini terbukti karena kamu sudah pulih," ucap Duke Louis.
"Hmmm, ya sudah. Daripada itu, kenapa tadi Yang Mulia Ratu menghubungimu? Apa beliau menghubungimu karena ingin membicarakan soal Rid?," tanya Duchess Arlet.
"Iya. Yang Mulia Ratu bilang kalau beliau ingin membahas kembali soal penunjukan komandan prajurit yang baru dengan Rid karena ini sudah 1 tahun semenjak Rid meminta waktu 1 tahun untuk berlatih terlebih dahulu," ucap Duke Louis.
"Begitu ya. Yang Mulia Ratu pasti tidak bisa menghubungi Rid secara langsung karena Rid tidak membawa kristal komunikasinya saat latihan, maka dari itu beliau memilih menghubungimu," ucap Duchess Arlet.
"Iya. Nanti aku akan menyampaikan soal obrolanku dengan Yang Mulia Ratu kepada Rid setelah dia pulang latihan," ucap Duke Louis.
Setelah itu, Duchess Arlet pun bertanya lagi kepada Duke Louis.
"Apa ada hal lain lagi yang kamu bicarakan dengan Yang Mulia Ratu selain tentang Rid?," tanya Duchess Arlet.
"Ah, aku juga memberitahu Yang Mulia Ratu tentang banyaknya hewan buas dan monster dari pegunungan Orokho yang turun ke wilayah perbatasan akhir-akhir ini," ucap Duke Louis.
Duchess Arlet yang mendengar itu pun terkejut.
"Kamu memberitahu Yang Mulia Ratu tentang hewan buas dan monster itu?! Bukankah komandan Allister sudah bilang kalau selama situasinya belum mengkhawatirkan, tidak perlu memberitahu atau melaporkan ke Yang Mulia Ratu," ucap Duchess Arlet.
"Aku memberitahu tentang itu karena kebetulan Yang Mulia Ratu dan aku sedang membahas tentang Rid yang berlatih dengan mengalahkan para hewan buas dan monster yang berada di perbatasan pegunungan Orokho. Aku sudah bilang kepada Yang Mulia Ratu untuk tidak perlu khawatir karena situasinya saat ini masih terkendali," ucap Duke Louis
"Hmm ya sudah kalau begitu," ucap Duchess Arlet.
Setelah itu, suasana di ruangan itu menjadi hening selama beberapa saat karena baik Duchess Arlet dan Duke Louis sama-sama diam. Namun tidak lama kemudian, Duke Louis kembali berbicara.
"Aku juga membahas atau lebih tepatnya memberitahu hal yang lain kepada Yang Mulia Ratu," ucap Duke Louis.
"Memberi tahu apa?," tanya Duchess Arlet.
"Aku memberitahu beliau kalau aku berniat untuk kembali melakukan ekspedisi di pegunungan Orokho," ucap Duke Louis.
Duchess Arlet kembali terkejut setelah mendengar perkataan Duke Louis.
"Kamu sudah memberitahu Yang Mulia Ratu soal rencana itu?!," tanya Duchess Arlet.
"Iya," ucap Duke Louis.
"Lalu apa tanggapan beliau?," tanya Duchess Arlet.
"Beliau awalnya terkejut tetapi kemudian beliau setuju-setuju saja apabila aku ingin kembali melakukan ekspedisi di pegunungan Orokho," ucap Duke Louis.
"Jika kamu sudah memberitahu Yang Mulia Ratu soal ekspedisi di pegunungan Orokho, apa kamu juga sudah meminta izin kepada Yang Mulia Ratu soal Rid?," tanya Duchess Arlet.
"Iya, aku sudah meminta izin kepada Yang Mulia Ratu. Aku meminta beliau untuk mengizinkan Rid ikut dalam ekspedisi di pegunungan Orokho kali ini sebelum Rid memulai perjalanannya untuk mewujudkan impiannya," ucap Duke Louis.
-
Sementara itu, di salah satu wilayah perbatasan antara pegunungan Orokho dengan wilayah San Lucia.
Aku baru saja memotong kepala dari Ice Yeti yang merupakan salah satu monster yang berasal dari pegunungan Orokho di tempat itu. Karena Ice Yeti itu merupakan monster terakhir yang aku kalahkan di tempat itu, setelah memotong kepalanya, aku lalu menaruh pedangku kembali di pinggangku.
Setelah itu, aku lalu melihat ke sekelilingku. Di sekelilingku, sudah ada banyak mayat monster dan hewan buas, jumlahnya sekitar ratusan. Para mayat monster itu merupakan mayat dari monster yang aku kalahkan di tempat ini.
"Di tempat ini pun jumlahnya juga sangat banyak. Meski ini menguntungkanku karena mereka bisa menjadi bahan latihanku tetapi jika jumlah mereka yang banyak tersebar ke berbagai titik perbatasan antara pegunungan Orokho dan wilayah San Lucia, ini akan sangat berbahaya. Baik aku dan para prajurit Storm Leopard tidak mungkin bisa menjaga seluruh perbatasan antara pegunungan Orokho dan wilayah San Lucia yang luas ini. Bisa jadi nanti ada monster dan hewan buas lolos dari beberapa titik perbatasan dan akhirnya mereka bisa pergi ke wilayah San Lucia dan membuat kekacauan disana," ucapku.
Setelah mengatakan itu, aku lalu melihat ke arah pegunungan Orokho yang jaraknya tidak jauh dariku.
"Sebenarnya apa yang sedang terjadi di pegunungan Orokho sehingga banyak monster dan hewan buas yang turun ke perbatasan ini?," tanyaku.
Setelah menanyakan itu, tiba-tiba aku mendengar suara beberapa langkah kaki yang sedang berjalan mendekat ke arahku. Suara langkah kaki itu bukanlah suara langkah kaki monster dan hewan buas, melainkan suara langkah kaki manusia. Aku sudah 1 tahun berlatih dengan membasmi monster dan hewan buas di perbatasan pegunungan Orokho, jadi aku sudah bisa membedakan suara langkah kaki mereka. Karena suara langkah kaki itu merupakan suara langkah kaki manusia, aku pun hanya santai saja dan tidak waspada. Apalagi aku juga merasakan hawa keberadaan yang cukup familiar dari salah satu pemilik langkah kaki itu.
Setelah suara langkah kaki itu sudah berada dekat denganku, aku lalu menoleh ke asal suara langkah kaki itu. Ketika aku sudah menoleh, aku melihat wakil komandan Agneta yang merupakan wakil komandan Storm Leopard bersama dengan beberapa prajurit Storm Leopard yang ikut bersamanya.
Begitu melihat wakil komandan Agneta dan beberapa prajurit itu, aku lalu memutuskan untuk menyapa mereka.
"Selamat siang, nona Agneta dan para prajurit sekalian," ucapku.
"Selamat siang, Rid Archie," ucap wakil komandan Agneta.
"Apa anda saat ini sedang patroli seperti biasanya atau anda sedang ada perlu denganku?," tanyaku.
"Aku hanya sedang patroli biasa saja, aku tidak ada perlu denganmu. Bertemu denganmu ini hanya kebetulan saja," ucap wakil komandan Agneta.
"Begitu ya," ucapku.
Setelah itu, wakil komandan Agneta dan beberapa prajurit Storm Leopard itu melihat ke sekelilingku. Wajah mereka terlihat terkejut ketika melihat ada ratusan mayat monster dan hewan buas di sekelilingku.
"Kondisi para mayat monster dan hewan buas itu sama seperti tempat sebelumnya. Mayat mereka ada yang bagian tubuhnya terpotong-potong, ada yang terbakar hingga hangus, ada yang membeku, ada yang tubuhnya masih utuh tetapi dipenuhi oleh banyak luka dan ada juga yang tubuhnya ditusuk-tusuk oleh banyak pedang yang terbuat dari berbagai sihir elemen yang masih menusuk tubuh mereka,"
"Sepertinya Rid Archie tidak hanya membunuh mereka dengan menggunakan pedangnya saja, melainkan dia juga menggunakan sihir. Sebenarnya sihir apa saja yang dia gunakan sehingga bisa membuat para mayat monster dan hewan buas itu memiliki kondisi yang berbeda-beda," pikir wakil komandan Agneta.
Setelah itu, wakil komandan Agneta kembali berbicara kepadaku.
"Kelihatannya kamu juga sudah membunuh semua monster dan hewan buas yang ada di tempat ini," ucap wakil komandan Agneta.
"Aku minta maaf apabila yang aku lakukan ini terlalu berlebihan, nona Agneta," ucapku.
"Kamu tidak perlu minta maaf. Justru aku seharusnya mengucapkan terima kasih karena kamu sudah membantu pasukan Storm Leopard dengan mengalahkan banyak monster dan hewan buas. Selain itu, tidak peduli siapa yang paling banyak mengalahkan monster dan hewan buas diperbatasan ini, yang terpenting orang-orang di wilayah San Lucia aman dari para monster dan hewan buas itu," ucap wakil komandan Agneta.
"Baiklah, nona Agneta," ucapku.
Setelah itu, wakil komandan Agneta kembali berbicara.
"Karena kamu sudah mengalahkan semua monster dan hewan buas di tempat ini, selanjutnya kamu mau kemana, Rid Archie? Apa kamu mau pulang ke kediaman tuan Duke atau pergi ke wilayah perbatasan lain yang masih terdapat monster dan hewan buasnya?," tanya wakil komandan Agneta.
"Aku ingin pergi ke wilayah perbatasan lain, lagipula sekarang masih siang hari," ucapku.
"Begitu ya. Kalau begitu, bolehkah kami ikut denganm-,"
Sebelum wakil komandan Agneta menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba terdengar suara raungan yang sangat keras.
*ROAARRRRRRRR
Aku, wakil komandan Agneta dan para prajurit Storm Leopard itu langsung terkejut setelah mendengar raungan yang sangat keras itu.
"Suara raungan apa itu!?," tanya wakil komandan Agneta.
Saat raungan yang keras itu terdengar, tanah tempat kami berpijak tiba-tiba bergetar kecil. Setelah itu, di atas langit tempat kami berada saat ini, tiba-tiba muncul 2 objek misterius yang berukuran sangat besar. Awalnya 2 objek misterius berukuran besar itu tidak terlihat jelas, tetapi begitu objek misterius itu sudah berada tepat di atas kami, 2 objek misterius itu pun jadi terlihat jelas. Wakil komandan Agneta dan para prajurit Storm Leopard kembali terkejut setelah melihat 2 objek misterius itu.
"N-naga es!?," ucap wakil komandan Agneta yang terkejut.
Iya, 2 objek misterius itu merupakan 2 ekor naga es yang berukuran sangat besar. Aku pun juga sedikit terkejut saat melihat 2 ekor naga es itu. 2 ekor naga es itu ukurannya lebih besar dari naga-naga yang biasanya aku ciptakan dengan sihirku.
"2 naga es, jadi di pegunungan Orokho benar-benar ada naga?," tanyaku.
Saat melihat 2 naga es itu, aku kembali mengingat obrolanku dengan nona Karina, Irene dan komandan Asier yang membicarakan tentang naga es yang tinggal di pegunungan Orokho. Aku awalnya terkejut ketika melihat 2 naga es itu, tetapi ketika aku melihat dan memperhatikan 2 naga es itu, aku menyadari sesuatu.
"2 naga es itu bukanlah naga," pikirku.
Setelah itu, ketika wakil komandan Agneta dan para prajurit Storm Leopard masih terkejut ketika melihat 2 naga es yang sedang melayang di atas mereka, 2 naga es itu tiba-tiba membuka mulutnya. Dari mulut 2 naga es itu, tiba-tiba keluar semburan es yang sangat besar. 2 semburan es dari 2 naga itu awalnya terpisah, tetapi ketika melesat kemudian menyatu menjadi semburan es yang lebih besar lagi. Semburan es itu langsung melesat ke bawah ke arah kami.
Wakil komandan Agneta langsung bereaksi setelah melihat semburan es yang sedang melesat ke tempat mereka.
"Kalian semua, menghindar!!!," ucap wakil komandan Agneta.
Wakil komandan Agneta dan para prajurit Storm Leopard langsung berlarian menyelamatkan diri. Tetapi meski mereka mencoba menyelamatkan diri, mereka tidak akan sempat menghindari semburan es itu karena semburan es itu sudah berada dekat dengan mereka.
Lalu, ketika semburan es itu sudah hampir mengenai tempat kami berada, aku dengan cepat melesat ke depan semburan es itu dan langsung menebas semburan es itu dengan pedangku yang kini sudah dilapisi oleh api.
~Secret Flame Sword Art : Ice Slayer Slash~
Aku lalu menebas semburan es yang besar itu menjadi 2. Setelah semburan es itu terbelah menjadi 2, semburan es itu pun langsung menguap dan menghilang sepenuhnya. Wakil komandan Agneta dan para prajurit Storm Leopard yang sedang berlarian untuk menyelamatkan diri langsung terkejut setelah melihat semburan es itu telah menghilang.
"Apa!?," ucap wakil komandan Agneta.
Setelah melenyapkan semburan es itu, aku lalu melesat dengan cepat ke arah 2 naga es yang masih melayang itu. Aku melesat sambil bersiap untuk menyerang 2 naga es itu dengan pedangku yang kini sudah kembali normal setelah sebelumnya diselimuti oleh api.
"Sungguh sapaan yang sangat tidak ramah. Kalian berdua baru datang tetapi langsung melancarkan serangan berbahaya seperti itu. Semburan es yang barusan kalian lancarkan itu sangat berbahaya. Jika aku tidak melenyapkan semburan es itu, saat ini nona Agneta dan para prajurit Storm Leopard itu pasti sudah mati,"
"Aku tidak tahu siapa yang menciptakan kalian, tetapi kalian berdua merupakan makhluk ciptaan yang berbahaya. Aku akan langsung menghabisi kalian," ucapku.
Setelah aku sudah berada di hadapan 2 naga es itu, aku lalu langsung menebas 2 naga es itu dengan pedangku.
~Secret Sword Art - Dragon Slayer Technique : Half Moon Slash~
Aku lalu menebas leher 2 naga es yang ada di hadapanku itu. Kepala dan leher dari 2 naga es itu pun langsung terpisah setelah aku menebas leher mereka.
-Bersambung