Bab 21-Lingsir Wengi yang Mengerikan

Lingsir wengi hadir menggoda dinihari

melepaskan rasa takut akan kesendirian

di dunia yang keji

dan seringkali menganiaya mimpi demi mimpi

Ratri Geni terperanjat bukan main. Nenek sakti ini punya ilmu sihir yang luar biasa. Lingsir Wengi adalah ilmu langka yang menyeramkan karena sanggup membuat lawan terjatuh dalam rasa takut teramat sangat akan sesuatu yang paling ditakutinya. Dan itu tentu akan mudah melemahkan lawan karena mampu menyedot sebagian jiwa orang tersebut.

Tapi Matamaha Mada berhadapan dengan seorang gadis muda yang telah hafal semua isi Kitab Ranu Kumbolo dan telah tamat mempelajari Ilmu Sihir Ranu Kumbolo. Apalagi semenjak mempelajari Ilmu Inti Bumi dari Ki Ageng Waskita dan Kitab Langit Bumi di Puncak Merbabu, gadis cantik ini menjelma menjadi seorang datuk silat dan sihir tiada tandingan. Ratri Geni mengerahkan Sihir Ranu Kumbolo untuk melindungi dirinya dan Raden Soca.

Namun semua orang kecuali Ratri Geni, Raden Soca, dan Ayu Kinasih telah tercengkeram dalam pengaruh hawa Lingsir Wengi termasuk Putri Anila dan Putri Aruna. Kedua wanita cantik itu menggigil ketakutan saat dari kegelapan muncul sosok-sosok yang mereka takuti selama ini. Beberapa orang prajurit malah jatuh pingsan tak kuat menahan diri saat melihat berbagai macam hantu dan makhluk mengerikan keluar dari kegelapan dan menghampiri mereka.

Mata Matamaha Mada terbeliak hebat. Gadis bau kencur ini sama sekali tak terpengaruh oleh Lingsir Wengi! Bahkan dengan seenaknya gadis ini mendekati Raden Soca dan hendak mengajaknya pergi dari tempat itu. Mumpung para prajurit itu lengah dan masih terperangkap dalam Lingsir Wengi, Ratri Geni berniat mencuri sebuah perahu agar mereka bisa pergi ke Pulau Kabut sesuai tujuan semula. Tak ada gunanya melayani si nenek gila yang mengerikan itu lebih lanjut.

Namun sebuah jeritan bernada ketakutan yang melengking nyaring tak jauh dari tempat mereka membuat Ratri Geni menahan langkahnya. Dia saling berpandangan dengan Raden Soca. Ada orang lain lagi di sini!

Karena penasaran dan khawatir jika jeritan berasal dari orang yang tidak bersalah, Raden Soca menggerakkan tubuhnya berkelebat. Ratri Geni mendiamkan saja karena dirinya juga memiliki kecemasan yang sama. Raden Soca kembali sambil memanggul tubuh dua wanita muda. Ratri Geni melotot tak percaya. Tubuhnya menyambar kedua tubuh wanita yang pingsan itu dan membaringkannya di tanah. Enak saja Raden Soca menyentuh-nyentuh tubuh molek kedua gadis itu! Huh!

Raden Soca memerah mukanya. Dia tahu arti tatapan Ratri Geni. Selain malu, Raden Soca juga kesal kepada Ratri Geni. Memangnya aku pemuda model apa yang gampang tergoda tubuh molek wanita?!

Matamaha Mada baru sadar bahwa lawannya tidak lagi mempedulikannya setelah Ayu Kinasih menepuk pundaknya. Nenek sakti itu memang memejamkan mata dalam merapal Lingsir Wengi. Menyadari hal itu, nenek gila namun sakti luar biasa itu marah bukan main. Tubuhnya yang secepat kilat telah berubah menjadi siluman raksasa bertanduk melesat ke arah Ratri Geni dan menyerangnya dengan hebat.

Ratri Geni yang hendak memeriksa kondisi kedua wanita muda itu terpaksa mengurungkan niatnya. Kesiur angin besar yang menghantam punggungnya sangatlah berbahaya. Gadis ini melompat jauh ke samping sambil berteriak kepada Raden Soca agar mengurus dua wanita itu. Dia harus melayani Matamaha Mada yang telah mengerahkan ilmu Tiwikramanya yang dahsyat. Raden Soca mendekati tubuh kedua gadis itu dan memeriksanya satu persatu. Hmm. Mereka hanya terkejut dan dalam kondisi ketakutan teramat sangat sehingga jatuh pingsan. Tidak ada luka luar maupun dalam. Aman.

Ratri Geni memandang tak berkedip sosok siluman raksasa di depannya. Ibunya pernah menyinggung tentang hal ini saat mereka membuka Kitab Ranu Kumbolo bersama-sama. Orang yang mampu bertiwikrama ada dua macam. Orang tersebut memiliki darah siluman, atau orang itu mendalami ilmu sihir hitam yang tingkatannya sudah sangat tinggi.

Ratri Geni tidak tahu si nenek sakti tergolong yang mana. Jelas sekali saat bertiwikrama, nenek ini jauh lebih berbahaya lagi. Ratri Geni mengalirkan hawa sakti yang telah diperkuat oleh Empat Samadi dan Inti Bumi ke kedua lengannya yang seketika berubah menjadi perak keemasan. Ini adalah level tertinggi dari Geni Sewindu. Pukulan dahsyat yang mampu membuyarkan segala pengaruh sihir. Sebelum mempelajari Inti Bumi dan Ki Ageng Waskita dan juga sebelum menamatkan Empat Samadi dari Kitab Langi Bumi, tingkat Geni Sewindu Ratri Geni hanya bisa merubah lengannya menjadi keperakan. Gadis ini sendiri kaget saat melihat lengannya terbungkus cahaya biru keemasan. Hatinya sangat gembira. Ilmunya meningkat dengan pesat semenjak latihan-latihan berat akhir-akhir ini.

Siluman besar hitam bertanduk itu menggerung marah. Dari matanya yang merah keluar nyala api. Tangannya yang sebesar batang pisang terayun deras ke tubuh Ratri Geni. Bisa dibayangkan tubuh sekecil itu bisa hancur lebur terkena pukulan tangan sebesar itu dengan tenaga yang luar biasa kuat.

Raden Soca yang cemas sekali melihat serangan dahsyat terhadap Ratri Geni, nyaris melesat membantu gadis itu jika saja tidak melihat hal mengagumkan yang dilakukan Ratri Geni. Masih dengan senyum penuh ejekan yang khas, Ratri Geni menghantamkan kedua tangan yang telah berisi pukulan Geni Sewindu ke arah datangnya pukulan dahsyat siluman hitam. Cahaya berwarna keemasan bertemu dengan tangan raksasa si siluman hitam.

Blaarrr!

Ledakan keras mengguncang gelanggang pertempuran dan membuat tanah, pasir serta batu kerikil melayang kemana-mana terkena imbas ledakan. Ratri Geni berdiri bergoyang-goyang seolah tubuhnya sedang ditiup angin besar. Siluman hitam itu terlempar ke belakang dalam kondisi sempoyongan. Tubuhnya menyusut menjadi Matamaha Mada yang menjerit marah sejadi-jadinya.

Itulah salah satu keunggulan Pukulan Geni Sewindu. Pukulan yang dari segi kekuatan masih kalah dibanding pukulan langka unsur bumi seperti Amurti Arundaya, Danu Cayapata, Gempa Pralaya, Gora Waja, dan Aguru Bayanaka, tapi Geni Sewindu mempunyai kelebihan bisa membuyarkan sihir sekuat apapun jika sudah mencapai taraf kesempurnaan seperti yang dimiliki Arya Dahana, dan sekarang Ratri Geni.

Raden Soca menggeleng-gelengkan kepala takjub. Gadis usil dan tengil itu memiliki kepandaian luar biasa! Seandainya dia yang harus menghadapi ilmu Tiwikrama tadi mungkin dia masih kebingungan harus melawannya dengan apa.

Ayu Kinasih tertawa cekikikan lalu menerjang Ratri Geni dengan pukulan Badai Srengenge yang dahsyat. Ratri Geni mengerutkan keningnya dalam-dalam saat rambut riapan-riapan wanita muda yang sedang hamil ini terlihat sedikit. Bukankah ini gadis yang dulu bersama Ario Langit? Ketika dia mengusir gerombolan Malaikat Darah yang mengganggu para pedagang?

Menyusul serangan Ayu Kinasih, Matamaha Mada juga ikut menyerang Ratri Geni dengan hebat. Tahu bahwa tidak ada gunanya menyerang menggunakan Lingsir Wengi maupun Tiwikrama, nenek gila itu menggunakan pukulan yang sama dengan Ayu Kinasih. Hawa panas luar biasa menguar dahsyat di arena pertempuran dan sekitarnya.

Raden Soca yang masih mencoba membuat kedua wanita muda ini siuman tak bisa lagi tinggal diam. Tubuhnya melesat ke depan dengan cepat. Didahului larikan cahaya kebiruan yang keluar dari tangannya. Pukulan Amurti Arundaya tingkat tertinggi berhambur keluar menghantam si nenek gila.

--*