Di taman kampus..
"Titah benar apa kata elu, kalau Renal itu boncengan dengan cewek, sekarang gue mau ngerjain itu cewek, dan rencana gue sekarang, sini", kata Ana.
Di depan kamar mandi..
"Tah kunci pintunya nomer dua ya, awas jangan sampai salah", kata Sinta.
"Iya, memangnya Ana sudah di kamar mandi Sinta ?", tanya Titah.
"Iya, sudah", jawab Sinta.
"Oke..!!", kata Titah.
Di kamar mandi..
"Nomer dua ya, nomer dua dari kiri atau kanan ya, tunggu sebentar deh, sebelah kiri kosong semua, berarti yang sebelah kanan, sekarang tinggal whatsapp Ana deh, habis itu pulang deh", kata Titah.
**
Percakapan Titah dan Ana lewat whatsapp.
"Ana beres ya, sekarang Titah pulang ya", kata Titah.
"Oke..", sambung Ana.
**
Di depan kamar mandi lagi..
"Beres ya Sin, sekarang Titah pamit pulang", kata Titah.
"Iya hati-hati ya tah", sambung Sinta.
"Iya", kata Titah lagi.
Di kamar mandi lagi..
"Sekarang saatnya kasih itu cewek pelajaran, loh, loh, loh, kok ke kunci sih, em Titah, salah kunci, ih..", kata Ana.
"Loh Ana", sambung Sinta.
"Sinta tolong bukain dong", kata Ana lagi.
"Iya", sambung Sinta lagi.
"Titah mana, masa gue yang dikunci di kamar mandi sih, Titah mana ?", tanya Ana.
"Sudah mau pulang tuh diparkiran mobil An", jawab Sinta.
"Ya sudah kita ke sana yuk", kata Ana.
Di parkiran mobil..
"Yes akhirnya romo pulang", kata Titah.
"Titah, tunggu, sini", sambung Ana.
"Iya Ana, sukses ya ?", tanya Titah.
"Sukses apanya sih, elu tau gak yang dikunci sama elu itu gue bukan si cewek itu tuh, elu tuh ya gak berguna banget sih, lemot, pantes bokap lu nikah lagi dan lama-lama juga elu dilupain, dibuang bokap lu, pastinya bokap lu akan punya anak dari istri barunya, heran gue yang ada di kepala elu itu isinya apa sih ?, itu Afgan Syah Reza ya, Afgan kok mau ya sama elu, gak mikir-mikir dulu apa ya, haduh Afgan kok mau sama cewek lemot model gini sih lu..", jawab Ana yang kesal pada Titah.
"Tunggu dulu sebentar deh, kok Ana bawa-bawa my handsome Afgan dan romo nya Titah sih, kalau mau marah, marah sama Titah, jangan bawa-bawa my handsome Afgan, dan romo nya Titah dong, Ana jahat, Titah gak mau ngomong sama Ana, oh ya satu lagi kan Sinta yang bilang kunci yang nomer dua, dari kiri atau kanannya Sinta gak bilang ke Titah hem..", kata Titah.
"Benar itu Sinta ?", tanya Ana.
"I.. i.. Iya Ana, hehe, maaf lupa kasih tau", jawab Sinta.
"Ih elu, Titah jadi ngambek deh, tah, tah, Titah, tunggu", kata Ana.
Di mobil Titah..
"Lik jo jalan, pulang", kata Titah.
"Inggih cah ayu", sambung Paijo.
Di rumah pak Nano
Di ruang keluarga..
"Bagaimana sayang, sudah selesai berkeliling rumahnya ?", tanya pak Nano.
"Iya dong mas, mas suara klakson mobil tuh, siapa ?", tanya Natasha.
"Anakku", jawab pak Nano.
"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada pak Nano dan Natasha.
"Wa'alaikumussalam", Natasha dan pak Nano menjawab salam dari Titah.
"Romo.., em siapa dia romo ?", tanya Titah.
"Dia adalah Natasha, Natasha adalah ibu baru kamu, sayang", jawab pak Nano.
"Apa!!, romo, romo kan tau Titah belum siap punya ibu baru, ih romo jahat, sama kaya teman Titah..", kata Titah.
"Titah, Titah, tunggu sayang", sambung pak Nano.
"Mas, sudah mas, jangan dipaksa, mungkin Titah yang belum siap punya ibu baru, ya sudah kalau begitu aku masuk ke kamar ya mas mau istirahat", kata Natasha.
"Iya", sambung pak Nano lagi.
Di taman belakang rumah pak Nano..
"Hem, jahat banget sih romo, hem em em..", kata Titah yang menangis.
"Untung gue sudah bilang sama Renaldi, mau keliling taman belakang, eh kok, eh, ih kok gue merinding gini ya, ih, ya masa sih siang-siang gini ada kunti nya, ya Allah merinding banget gue, eh itu mah bukan kunti yang nangis, Titah yang nangis, em, kenapa ya kok Titah nangis, pasti karena Afgan nih, em dasar teman gue tidak bersyukur sudah dikasih perempuan yang tulus seperti Titah, malah dicuekin, ya sudah samperin saja deh", kata Fandi.
"Assalamu'alaikum, tante kunti, maaf-maaf nih ya saya Fandi, saya numpang lewat, mau berkeliling taman belakang rumah pamannya teman saya", kata Fandi lagi.
"Wa'alaikumussalam, ih Fandi, enak saja saya kunti, Titah bukan kunti tau", sambung Titah.
"Oh orang ta, tak kira bukan, habisnya bikin merinding Fandi sih hehe", kata Fandi lagi.
"Ih, em.., em.., em.., em..", Titah menangis semakin keras.
"Waduh, waduh, waduh gawat, kalau Renaldi tau Titah nangis, apalagi gue disini, pasti nanti dikiranya dia nangisnya sama gue", kata Fandi yang mulai panik, karena Titah menangis.
"Sini, sini dulu, Titah butuh Fandi", sambung Titah.
"Tah, tah, tah, Titah, kalau Fandi disini, Afgan Syah Reza dimana ?", tanya Fandi.
"Ih sini hem.. Em em..", jawab Titah yang menangis dan memeluk Fandi.
"Si Fandi kemana ya, kok gak ada disini, katanya tadi mau keliling taman belakang", kata Afgan yang mencari Fandi di taman belakang rumah pak Nano.
"Titah kenapa nangis sih, nanti takutnya salah paham, terutama Renaldi, nanti dikiranya kamu nangis, karena saya lagi ?", tanya Fandi.
"Boleh curhat ?", tanya Titah.
"Iya, boleh", jawab Fandi.
"Jadi begini ceritanya", kata Titah.
Lima belas menit kemudian..
Masih di taman belakang rumah pak Nano..
"Oh jadi seperti itu ceritanya, tapi benar loh apa yang di bilang Ana, kamu kan lemot, kalau yang dipikirkan itu Afgan mulu", kata Fandi.
"Ih.. Fandi..", sambung Titah.
"Nah itu dia si Fandi, tapi kok sama Titah ya, ih kenapa sih gue kesel banget lihat Fandi berduaan sama Titah seperti itu", kata Afgan yang mulai cemburu, karena melihat Titah berduaan dengan Fandi.
"Hehe bercanda tah, tah, tah, Titah", sambung Fandi.
"Ih.. Gak lucu tau, hem em em", kata Titah lagi.
"Yah tah jangan nangis lagi dong, haduh", sambung Fandi lagi.
"Bodo, pokoknya hari ini Titah mau nangis sepuasnya di bahu Fandi, em", kata Titah lagi menangis di bahu Fandi.
"Haduh bagaimana caranya ya biar Titah gak nangis lagi, aha.., gue ada ide biar Titah gak nangis lagi, Afgan teman gue, gue minta maaf ya sudah korbanin elu, hehe", kata Fandi dalam hati.
"Ih kok Fandi malah diem dan senyum-senyum sendiri sih, kenapa obatnya habis ya ?", tanya Titah.
"Haduh, gila dong tah, gue", jawab Fandi.
"Titah gak ngomong kalau Fandi gila, Fandi sendiri loh ya yang ngomong kalau Fandi gila, hehe", kata Titah.
"Sembarangan, enak saja, jadi gini tah, hari ini kan Renaldi mau nongkrong nih nah Afgan juga ikut, elu mau gak ikut nongkrong bareng juga ?", tanya Fandi.
"Mau, mau, mau banget, oke kalau begitu Titah dandan yang cantik malam ini hanya untuk my handsome Afgan, terimakasih ya Fandi untuk infonya, kalau begitu Titah masuk dulu ya ke dalam, dadah", jawab Titah.
"Sudah gitu saja bujuk Titah, supaya gak nangis lagi dengar nama si oncom langsung berhenti nangisnya, wow!!", kata Fandi heran.
"Ih dibilang namanya Afgan Syah Reza bukan oncom", kata Titah yang pergi meninggalkan Fandi.