Bab 8 Olahraga Dan Perjanjian!

Di toilet sekarang ini begitu berisik dan ramai. Karena ada gadis-gadis most wanted yang sedang berkumpul. Gerombolan yang terdiri dari 5 orang itu sudah sangat populer dan terkenal di sekolah. Kelimanya sedang berganti pakaian dari seragam sekolah ke baju olahraga.

Siapa yang tak kenal dengan gerombolan Ayu? Seluruh anak SMA Nusa Bangsa sudah pada tahu dan mengenal gadis-gadis cantik yang begitu familiar. Memiliki fans yang begitu bejibun di sekolah.

Ayu sedang bercermin dan tak sengaja dia melihat bekas gigitan manusia bocil edan di jidatnya yang mulus semulus penerbangan pesawat. Saat pertemuan awal dia dan Dara memang sangat tidak bersahabat. Apalagi mengingat Ayu sudah sangat jahat kepada Dara. Tapi kenapa Dara malah mengejar dan mengatakan cinta kepadanya? Sudahlah! Dia yakin Dara cuma mau balas dendam setelah apa yang Ayu lakukan terhadap Dara. Pasti awalnya Dara mengejar Ayu terus. Setelah dia jatuh cinta dan didapatkan oleh Dara. Gadis itu pasti akan membuangnya, begitulah pikiran Ayu.

Nyatanya memang Dara jatuh hati saat awal pertemuan mereka berdua. Membuat Dara kepincut dan terus menerus menghantui kehidupan Ayu yang memang katanya sebagai gerandong sarafnya.

Kini jidat Ayu harus tergores dan memerah akibat gigi dua kelinci dari gadis edan itu. Masa Ayu main digigit aja. Manaan ada bekasnya lagi. Muka dia yang cantik harus tergores sekarang. Untung hidung mancungnya gak patah pas digigit sama tuh bocah edan.

Mana segala pake tembak Ayu di kantin. Entah tuh bocil kesambet apa tiba-tiba main menembaknya. Padahal jelas banget mereka itu pas ketemu berantem. Emang kekanakan banget tingkahnya. Tak habis pikir Ayu sama tuh bocil edan. Gara-gara kejadian itu, Ayu harus menanggung malu. Sungguh! Ayu sangat malu oleh kelakuan Dara yang membuatnya benar-benar risih.

Ayu lagi mencuci tangan di wastafel. Dia sedang berdiri depan cermin besar yang terpampang di toilet. Sambil menyumpahi manusia edan yang gila dan akhir-akhir ini terus menghantuinya.

"Ciss,,,,,"

Cklik!

"Mumin!!!! Lo main foto-foto gue lagi berak aja!" Kesal Rara yang lagi jongkok di WC.

Alvi cekikikan setelah itu menutup pintu bilik toilet yang ada Rara didalamnya. Alvi itu emang menjengkelkan sikapnya. Orang lagi pup kok difoto. Orang Rara lagi enak dan menikmati bet pup. Alvi malah tiba-tiba masuk dan memotret dirinya. Ada-ada aja emang,-

"Teh Ayu lagi ngelamun guys!!! Gara-gara ditembak sama teh Dara primadona sekolah. Kayaknya teh Ayu nyesel guys, nolak teh Dara yang cantiknya kebina-bina." Ucap Alvi didepan kamera.

"Mumun!" Kesal Ayu.

Orang Ayu lagi ngaca Alvi malah main masukin dia ke kamera ponselnya. Mentang-mentang Alvi tuh kepengen banget jadi artis sosmed. Apa-apa posting di sosmed.

"Ada yang liat bh gue nggak? Kok bh gue hilang dari tempatnya." Cetus Reva yang baru sadar kalo dia barusan buka benda itu dan belum dipakai ke tempatnya.

"Si anak kampret! Dari tadi Lo gak pake bh?" Tanya Agatha yang lagi mengikat rambutnya didepan cermin.

"Pake! Tapi tadi gue buka sebentar sesak banget soalnya. Eh, pas gue ngeh ternyata gue lupa belum pake lagi."

"Aya-aya wae teh Rere." Geleng-geleng kepala Alvi melihat kepikunan Reva.

"Uh, untung masih ada! Gak ada yang nyuri." Cetus Reva memeluk barang berharganya.

"Gak sekalian kolor Lo juga ilang." Cetus Ayu.

"Hati Lo kali yang ilang! Kan di ambil Dara." Senyum Reva yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang ratu Ageng.

"Lama bet dah lu!" Kesal Agatha yang nungguin Rara berak. Baru nongol tuh manusia sambil nyengir.

"Ya maaf, kebiasaan habis makan pedes suka mules pantat gue." Cetus Rara.

Kelimanya keluar toilet dan berjalan beriringan menuju lapangan. Belum apa-apa aja udah jadi bahan perhatian saat mereka berlima berjalan. Emang sih! Tak dapat dipungkiri lagi. Kecantikan kelima gadis itu bener wow pake banget. Cowok normal mana yang gak kepincut? Bahkan terkadang cewek ada yang lupa gender kalo ngeliat gerombolan Ayu.

Kelimanya turun kearah lapangan dan sudah banyak anak-anak berkumpul dibawah teriknya mentari pagi. Karena kelamaan nungguin Rara yang buang hajat. Jadinya sekarang mereka datang paling akhir padahal masuk toilet paling pertama.

Hengki langsung tersenyum manis melihat kembang desanya sudah muncul. Emang Ayu adalah kembang desa di kelas XII-A yang membuat guru-guru muda kepincut sama pesona seorang Nathania Ayu Albert.

"Baik, karena sudah berkumpul semua. Kita bisa mulai pelajaran olahraga hari ini! Oh iya sebelum mulai. Ayu bisa tolong temani saya untuk mengambil peralatan olahraga terlebih dulu. Kamu bisa bantuin bapak kan?" Tanya Hengki dengan senyuman manisnya yang membuat Ayu menatap datar bapak-bapak genit itu.

Sedangkan sahabatnya terkekeh karena Ayu selalu menjadi korban modus dari Hengki. Setiap kali mengajar pasti Ayu yang selalu mengambil peralatan ke ruang olahraga. Apalagi Ayu paling gak suka sama pelajaran olahraga dan ini pak Hengki malah menyuruhnya yang bikin jengkel sampai mampus sama tuh guru genit.

"Biar saya aja yang bantuin bapak, gimana?" Tawar Dino langsung ditolak mentah-mentah oleh Hengki.

"Gak! Biar Ayu dan saya yang ngambil ke ruang olahraga."

Membuat anak cowok menatap sinis. Karena Hengki mengambil kesempatan dalam profesinya sebagai guru.

"Ayok Ayu! Kita ambil barang-barang di ruang olahraga." Senyum Hengki yang membuat Ayu ingin sekali menyiramkan air keras ke mukanya.

Ayu cuma bisa mengangguk kecil dan mengikuti Hengki yang berjalan didepannya. Sahabat dia udah pada cengengesan melihat kanjeng ageng menahan kesal sama kelakuan Hengki yang kadangkala suka modus ingin berduaan sama Ayu. Tapi iming-iming minta tolong. Kalo dipikir-pikir Hengki minta tolong sama Ayu setiap mengajar dikelas XII-A.

"Huh, pak Hengki bisa bener modusnya!" Kesal Eza, anak cowok kelas XII-A.

"Kalo dipikir-pikir enak jadi guru. Bisa deket-deketan sama murid cantik. Nanti kalo gue jadi guru. Satu kelas bakalan terdiri dari anak cewek semua biar gue bisa modusin satu persatu." Kata Rio menyahuti dan setelah itu ketawa dia.

"Goblok Lo Oreo! Pikiran Lo bener-bener dah gak ada akhlak." Cetus Dino.

"Lo juga sering kok ngintip rok anak cewek. Pura-pura ngambil pulpen taunya nyolong start." Celetuk Rio.

"Heh dinosaurus! Jadi Lo suka ngintip rok cewek? Kurang ajar Lo!" Serang anak cewek kepada Dino.

"Eh nggak! Si Oreo jangan didenger sayang. Dia penipu!"

"Beneran ciwi-ciwi! Si dinosaurus emang suka ngintip kalian kalo lagi ngambil pulpen yang jatuh." Cetus Eza teman sebangku Dino.

"Dino anying!"

"Sialan Lo dinosaurus!"

Teriak anak cewek dan langsung mengejar Dino yang kabur. Berlari menjauhi serangan anak-anak cewek yang siap buat memukuli dia. Sedangkan Rara dan temannya cuma bisa cekikikan melihat cowok itu yang dikejar oleh cewek sekelas. Lagian Dino pake segala modus ngambil pulpen jatuh taunya. Ada mata menuju rok cewek.

Sedangkan Ayu lagi menderita bersama pak Hengki yang dari tadi ngajak dia ngobrol tapi gak sama sekali Ayu sahuti atau menjawab dari perkataan Hengki. Dia masih terlihat datar dan masa bodo saat pak Hengki mencoba untuk mencairkan es dari dalam diri Ayu. Tidak ada yang bisa dan gak ada yang mampu untuk orang bermental cemen mencairkan es kutub macem Nathania Ayu Albert. Guru aja di cuekin sama dia. Lagian Ayu juga kurang suka sama pak Hengki. Sekarang aja dia jalan udah jaga jarak 5 meter dari pak Hengki.

Hengki saking senang berduaan sama Ayu sama sekali gak ngeh kalo ternyata kembang desanya tertinggal begitu jauh. Dia pikir Ayu masih berada disampingnya. Tapi kenyataannya Ayu jauh dibelakang sana dan menatap datar punggung Hengki yang lagi berceloteh sendiri.

"Lho Ayu!" Cetus Hengki kaget melihat Ayu yang tidak berjalan disampingnya dan gadis itu malah berjalan jauh dibelakang sana.

"Iya pak?" Tanya Ayu datar saat pak Hengki memanggilnya.

"Bapak pikir kamu di samping bapak."

"Saya kurang suka jalan berdampingan sama pria yang lebih tua dari saya." Ucap Ayu dan menekankan setiap kata di kalimatnya. Secara halus dia mengutarakan ketidaksukaannya terhadap Hengki yang emang terang-terangan menunjukkan rasa sukanya.

"Tapikan bapak masih muda dan belum punya gandengan." Cetus Hengki merapihkan rambutnya ke belakang. Gaya fakboi masa kini membuat Ayu hanya menatap dingin guru kecentilan itu.

Daripada makin lama sama pak Hengki mending buruan Ayu mengambil peralatan olahraga dan kembali ke lapangan dimana anak-anak sudah menunggu.

"Heh gila!!! Lama amat sih pacar Lo, tha! Ngapain aja dia sama kanjeng ageng kita?" Tanya Reva kepada Agatha yang duduk disebelahnya.

"Hilih bacot bet ini bocah!"

Pletak!

"Awh, sakit nying!" Ringis Reva memegang kepalanya yang diteloyor sama Agatha.

Amit-amit deh Agatha punya pacar segenit pak Hengki yang doyannya modusin Ayu melulu tiap mengajar. Manaan muka spek tukang angkot menginginkan Ayu cucu kesayangan dari Albeno Gilardino Albert. Bisa langsung disunat 10 kali Hengki sama kakek Ayu.

"Bisa diem gak Lo pada! Berisik bet dah." Kesal Rara yang nyari kutu rambut di rambut Alvi. Padahal mah gak ada cuma iseng aja daripada gabut.

"Hiya-hiya!!" Cetus Reva dan Agatha berbarengan.

Dan tak beberapa lama pak Hengki pun datang dan dibantu oleh Ayu membawa peralatan olahraga yang mereka ambil barusan di ruang Olga.

"Oke, anak-anak berkumpul dan ayok semua berbaris!" Titah Hengki kepada anak kelas XII-A. Semuanya langsung menuruti dan berbaris rapih didepan Hengki macem bebek.

"Dan Ayu makasih sudah bantuin bapak." Senyum Hengki.

Ayu cuma membalas dengan senyuman tipis. Sangat tipis bahkan sangat terpaksa dia tersenyum. Gak pake lama kok Ayu senyumnya cuma mengangkat bibirnya sebentar setelah itu langsung kembali datar.

"Oke, kali ini kita akan bermain bola voli dan saya akan membagi kelompok. Perempuan sama perempuan dan laki-laki sama laki-laki."

"Yah pak!!! Kenapa cewek sama cowok gak disatuin aja sih!" Keluh Dino padahal dia kan itung-itung mau modus sama bidadari-bidadari kelas XII-A.

"Gak ada ya! Karena saya tau kamu pasti bakalan ngardus, genjot!"

"Astagfirullah bapak! Nama saya Dino bukan genjot. Sejak kapan nama saya diganti jadi genjot."

Semua anak kelas terkekeh sama perkataan Dino dan pak Hengki yang main asal mengganti nama anak orang saja. Minus Ayu! Dia mah mahal humornya jadi kalo cuma humor gituh doang gak ada apa-apanya buat Ayu.

"Oh iya lupa saya! Kalo nama kamu itu Dino." Kata Hengki terkekeh sedangkan Dino yang sudah menjadi bahan ketawa anak-anak kelas cuma bisa mendengus.

"Saya akan membagi kelompok disini. Perempuan ada 18 dan laki-laki ada 18 dibagi dua jadi 9 orang pertiap kelompok. Sekarang kita melakukan pemanasan terlebih dulu sebelum kita mulai bermain voli." Cetus Hengki dan menyuruh anak muridnya untuk mengikuti arahan dia buat pemanasan.

Kini anak-anak kelas XII-A sedang melaksanakan olahraga di teriknya mentari pagi. Berbeda dengan anak-anak kelas yang begitu semangat. Ayu malah terlihat malas. Apalagi melihat muka Hengki yang dari tadi terus memperhatikannya. Belum lagi tuh guru ganjen suka bet mengedipkan sebelah mata. Membuat Ayu ingin sekali mencongkel matanya.

Ayu terus saja mendengus kasar dan menggerutu sambil ngedumel kesal di lubuk hatinya. Gara-gara sekarang pelajaran olahraga. Dan jangan lupa sekarang dia sudah memakai seragam kesialannya. Pasalnya Ayu paling tidak suka dan tidak minat sama sekali berolahraga. Dia suka bengek dan ngap-ngap kayak ikan Nimo loncat ke darat. Itulah Ayu jika selesai olahraga. Jantung dia suka kembang kempis dan paling lemah tubuhnya jika sudah menyangkut hal-hal berbau olahraga.

Dan sekarang!

Pelajaran yang paling dia benci seumur hidup. Manaan gurunya centil macem pak Hengki. Makin muak Ayu jadinya sama pelajaran olahraga yang bikin dia mumet liat muka genit dari Hengki. Udah gak suka olahraga gurunya begitu makin-makin bikin Ayu tidak berminat untuk melaksanakan pelajaran olahraga. Emang dasar Pak Hengki itu suka banget cari perhatian sama Ayu dan laki-laki itu akan selalu mengambil kesempatan jika mengajar di kelas XII-A.

Banyak yang menonton anak kelas XII-A yang berolahraga. Kelas yang jamkos pasti melihat. Soalnya siapa sih yang gak mau lihat kelas XII-A yang kebanyakan cowok-ceweknya itu pada cakep-cakep gak ada yang burik sama sekali. Apalagi dengan gengnya Ayu. Kelima cewek itu sangat-sangatlah populer dikalangan anak sekolah. Adik-adik kelas yang pada unyu dan comel dari tadi sudah menonton angkatan kelas XII-A yang berolahraga di lapangan.

Setelah pemanasan semuanya mulai mengambil posisi. Seperti yang dikatakan Hengki kalo mereka akan bermain bola voli pagi ini sebagai mata pelajaran olahraga. Ternyata yang kebagian lebih dulu cewek-cewek sedangkan para cowok disuruh agar memperhatikan semua anak gadis di pinggir lapangan.

"Oke semuanya sudah siap?" Tanya Hengki ke seluruh anak cewek kelas XII-A yang udah siap di posisi.

"Sudah pak!!!!!" Jawab mereka serempak.

Hengki mulai duduk dipinggir lapangan dengan buku nilai yang siap mencatat setiap pergerakan dan permainan anak cewek. Terutama matanya sudah fokus melihat kearah kembang desanya yang berada di posisi paling akhir. Gadis dingin itu memang selalu berada paling belakang dan tidak pernah ingin ternotice oleh siapapun. Namun sayang! Karena kesempurnaan fisiknya membuat dia dikenal oleh seluruh anak sekolah.

Priiiitttt!!!!

Peluit mulai dibunyikan pertanda permainan sudah harus dimulai. Semuanya mulai mengoper dan memainkan bola sampe melambung kesana kemari.

"OPER BOLANYA SINI WOY!"

"AAAAAAAA!!!! BOLANYA MELAMBUNG KEARAH CEWEK CANTIK!!!"

"KENAPA SETIAP BOLA BUNDER? PADAHAL KOTAK AJA BIAR GAMPANG DIPEGANG!!!"

"BOLANYA BULET KAYAK TAHU!!!"

"IHHH JANGAN KE GUE DI OPERNYA!!!"

"BERAT BET BOLANYA KAYAK DOSA SI JANNAH!!!"

"MULUT LO MAU GUE JADIIN KETUPAT TAHU!!!"

"MAIN HEH MAIN! BUKAN MALAH TERIAK-TERIAK!!!" Teriak Hengki dari pinggir lapangan.

Semua anak cowok terkekeh melihat ciwi-ciwi yang pada rempong dan heboh pas lagi main bola voli. Bukannya fokus bermain mereka malah adu mulut. Habis anak cewek kalo main malah mulut bukan tangan ataupun kaki yang bergerak malah suara cempreng yang berteriak sana sini.

"Ayok Rara! Kamu pasti bisa sayaaaang!!!!" Sorak Rio menyemangati Rara yang udah ambil posisi.

Rara memberikan kiss kepada Rio yang emang dia si tukang tebar pesona. Gak cuman satu cowok yang deket dikelasnya. Tapi gebetan Rara bejibun di Nusa Bangsa.

"Alah sok amat!" Cetus Reva yang jijik liat tingkah centil sahabatnya.

"Sirik aja yang gak laku!" Rara menjulurkan lidahnya.

"Heh Sorry ya! Lo lagi ngomong sama siapa? Gue Revalina Putri mantan gue bertebaran dimana-mana." Sombong Reva dengan tampang belagunya.

"Mumun yang alim diem deh gak ikut-ikutan. Karena boro-boro punya mantan dideketin cowok aja suka kencing basah Mumun." Celetuk Alvi.

"Sok naif!" Cibir Rara dan Reva.

Agatha melihat Ayu yang ada di posisi paling belakang. Emang cuman satu sahabatnya itu yang gak banyak ngomong. Cewek itu malah lagi memasang muka datar dan Agatha yakin. Ayu lagi ngedumel didalam hatinya. Dia paling tidak suka jadi bahan perhatian orang-orang. Tapi kini dirinya malah jadi tontonan karena berolahraga di lapangan. Mungkin itu salah satu alasan kenapa Ayu tidak suka dengan mata pelajaran olahraga yang terkadang suka jadi pusat perhatian semua orang.

Melihat rambut panjang hitam nan lebat itu terurai dan tertiup angin membuat mata Agatha tak merasa jemu untuk berhenti memandangnya. Gadis tinggi yang berwajah flat itu memang memiliki kharisma tersendiri menarik perhatian setiap orang agar menatapnya. Salah satunya Agatha yang dibuat kagum dan merasa terpanah melihat pesona kecantikan dari seseorang yang sudah dijuluki ice girl di sekolahnya. Apalagi ketika poni di keningnya yang ikutan bergerak kesana-kesini dan menutupi sebagian penglihatan Ayu. Tapi itu tidak menjadi penghalang daya tariknya. Poni itu malah menambah kesan keindahan seorang Nathania Ayu Albert.

Agatha menghampiri Ayu yang lagi kerepotan mengatur rambutnya yang memang sangat panjang. Dia kesusahan gara-gara terkena angin rambutnya jadi susah di atur. Dan bodohnya dia tidak membawa ikat rambut. Karena Ayu lebih menyukai rambutnya tergerai dibanding di ikat kayak ekor kuda.

"Nih....." Agatha nyodorin ikat rambut hitam yang dipakainya sama Ayu.

"Pake aja." Senyum Agatha saat Ayu menatapnya.

"Terus Lo gimana?"

"Santai lagi! Rambut gue gak selebat rambut Lo yang kayak iklan shampoo."

Ayu langsung natap datar sama manusia yang lagi meledeknya. Gak heran sih Agatha dan sahabatnya yang lain memang suka sekali memancing emosi. Dia mengambil ikat rambut yang disodorkan Agatha.

"Thanks." Ucap Ayu mengikat rambutnya dan itu kembali membuat Agatha terpanah. Apalagi saat Ayu menarik rambut hitam itu kebelakang dan tercetak jelas jenjang lehernya yang benar-benar mulus tidak ada sedikitpun noda apalagi cacar air.

Keringat sedikit bercucuran di area wajah dan lehernya. Akibat tadi mungkin Ayu sedikit berlarian mengejar bola. Walaupun males ternyata seorang Nathania cukup ambisius dalam mendapatkan nilai. Jadi dia gak mau kalo sampe nilainya jelek karena dia leha-leha.

Manusia dihadapan Agatha beneran bukan cuman sekedar bidadari. Melainkan sudah pantas disebut sebagai lukisan menjadi nyata. Cetakan tubuhnya sungguh teramat sempurna. Pantas saja jika Ayu dijuluki sebagai most wanted girl. Karena memang fisiknya saja sudah membuat setiap cowok bertekuk lutut dikakinya.

Dara sebentar berhenti melangkah dan dan Anna yang lagi ngoceh disampingnya ikutan menghentikan langkah melihat satu sahabat ogebnya berhenti.

"Kenapa Lo?" Tanya Anna melihat Dara yang senyum-senyum sambil ngeliatin kearah lapangan. Anna sontak langsung memutarkan bola mata melihat Dara ternyata lagi memandangi gadis kutub yang mengikat rambutnya di tengah lapangan. Entah apa-apa yang ngebuat Dara sampe begitu kegilaan sama manusia dingin yang berwajah datar itu.

"Ayok buruan! Nanti di omelin kita!" Ajak Anna menarik tangan Dara agar pergi dari koridor yang melewati lapangan. Mereka berdua memang akan ke toilet yang berada dibawah. Sengaja! Supaya agak memperlambat jam masuk. Dara sama Anna kan suka gituh. Kalo males denger celotehan guru suka pura-pura izin ke toilet.

"Ihhh bentar dulu Anna!" Dara berontak dari pegangan tangan Anna yang menariknya.

"Anna gak liat pujaan hati Dara lagi olahraga."

"Apa sih alay bet!"

"Dara mau beli minum dulu buat Ayu! Takut Ayu kecapean." Ucap Dara dan langsung ngacir ninggalin Anna yang mendengus melihat sahabatnya yang ngacir kearah koperasi sekolah.

Apa sih yang ngebuat Dara suka sama Ayu? Padahal mukanya aja udah kayak triplek. Gak mencirikan punya kehidupan. Tapi bisa-bisanya Dara kepincut sama itu manusia kulkas berjalan.

Dara berlari kearah koperasi sekolahnya yang kebetulan masih berada di koridor. Dia langsung masuk dan mencari lemari es. Setelah itu mengambil satu botol minuman. Tak lupa mengambil beberapa makanan ringan. Setelah selesai dia cepat-cepat berlari kearah ibu-ibu yang lagi memasak gorengan buat makanan istirahat nanti.

"Bu!!!!"

"Astagfirullah!!!" Kaget si ibu sampe memegang dadanya yang kembang kempis akibat terkejut sama teriakkan Dara. Gadis childish itu malah lagi cekikikan dan memberikan lembaran uang buat bayar minum.

"Dara beli ini! Makasih Buuu!!!" Teriak Dara dan ngacir lagi setelah mendapatkan apa yang diinginkannya. Si ibu cuman bisa geleng-geleng kepala sama tingkah siswa-siswi Nusa Bangsa yang terkadang memang bikin orang-orang terheran sama kelakuan lincah mereka.

Dara celingukan setelah berada di pinggir lapangan mencari pujaan hatinya yang ternyata sekarang sudah duduk dipinggir lapangan. Saat dia akan menghampiri Ayu. Tapi sebentar merapihkan seragamnya sebelum menemui Ayu yang lagi mengipasi wajahnya memakai tangan. Kalo ketemu sama pujaan hati Dara harus tampil sempurna. Sampe lupa sama Anna yang lagi natap tajam di koridor.

Dara senyum sama Anna dan memberikan tanda pake tangannya, sebentar. Karena dia mau nemui kekasih hatinya dulu. Dia tersenyum melihat Ayu. Emang cuma gadis itu yang datar dan terlihat tidak minat sama sekali dalam berolahraga. Dara jadi tau! Kalo ternyata Ayu gak suka sama pelajaran olahraga. Selain olahraga yang gak Ayu sukai, apalagi ya? Pikir Dara.

Kenapa Dara makin tertarik sama gadis dingin yang berwajah flat itu. Dia semakin ingin dekat dan mendapatkan Ayu. Semoga aja untuk kali ini Tuhan menjawab keinginannya dan doa Dara agar bisa mendapatkan cinta Ayu dan membalas perasaannya. Walaupun gak sepenuhnya Dara jatuh cinta sama Ayu. Karena bagaimanapun masih ada Aldi dihatinya. Tapi bukan berarti Ayu tidak dapat menggantikan posisi Aldi.

"Capek ugha." Cetus Agatha duduk disebelah Ayu yang lagi duduk dipinggir lapangan. Setelah dia selesai bermain voli.

"Lebay!"

"Idih kek ayang gak cape aja."

"Alay ih!" Jijik Ayu melihat ke-alay-an Agatha yang kadangkala otaknya suka sengklek.

Agatha cekikikan melihat sahabatnya yang selalu terlihat datar. Matanya kembali melihat Reva, Alvi dan juga Rara yang lagi olahraga di lapangan sana. Mereka masih bermain voli sedangkan Agatha dan Ayu udah nyerah. Ngap-ngapan pas olahraga di teriknya mentari pagi.

"Hai Ayu...." Sapa seseorang membuat Agatha dan Ayu menengok. Dia tersenyum sedangkan Ayu spontan muterin bola mata melihat perwujudannya.

Datanglah tamu yang tak diundang. Tiba-tiba main duduk diantara Agatha dan juga Ayu. Dia main menyingkirkan tubuh Agatha yang duduk disebelah Ayu, ingat! Mulai sekarang Ayu hanya miliknya saja. Jadi tidak boleh ada yang deketin apalagi nempelin.

"Cape yah sweetheart?" Tanya Dara menghapus keringat Ayu.

"Apa sih Lo!" Kesal Ayu melihat manusia bocil ini. Datang tiba-tiba aja kek jelangkung.

"Dara bawain Ayu minum! Siapa tau Ayu haus habis Olga kan?"

"Gue nggak haus!" Ucap Ayu ketus dengan suara dinginnya dan buang muka. Gak mau liat muka Dara.

"Udah terima aja! Ayu nggak usah gengsi gituh. Sebagai calon pacar Ayu, Dara ini pengertian." Ucap Dara memberikan minumannya. Tapi Ayu malah menolak dengan menyilangkan tangan di dada. Membuat Dara mendengus melihat gadis kutub itu. Emang susah banget deketin Ayu tuh! Tapi bukan Dara namanya kalo nyerah.

"Dara bukan cuma bawain Ayu minum tapi makanan juga. Ayu pasti cape banget habis olahraga. Apalagi keliatannya Ayu gak suka Olga kan?" Tanya Dara lengkap sama senyuman manisnya.

"Darimana Lo tau?" Tanya Ayu dengan suara dinginnya.

"Kan, kita ini sehati sweetheart. Jadi apapun yang Ayu gak sukai pasti Dara juga gak suka." Ucap Dara bergelayut manja ke tangan Ayu.

"Maksudnya?" Bingung Ayu sama perkataan Dara kali ini.

"Pastinya sebagai calon pacar sekaligus masa depan Ayu masa Dara gak tau apa yang gak Ayu sukai. Sebagai calon istri baik buat Ayu dan ibu anak-anak kita nanti. Pastinya Dara tau kalo Ayu suka bengek kalo olahraga dan Dara juga sama gak suka olahraga. Karena Dara lebih suka Ayu."

Ayu cuma memutarkan bola mata mendengar perkataan ngawur dari gadis edan ini. Mana pake segala bergelayut lagi sama tubuhnya bikin semua orang menatap mereka saja.

"Aduh ya ampun!!! Kok nyesek liat temen pacaran." Cetus Agatha cekikikan saat Ayu menatapnya tajam.

"Biasa aja kali tuh mata! Nanti bisa loncat dari sarangnya." Goda Agatha semakin ingin menggoda sahabatnya.

"Dara minggir! Lepasin gue. Lo apaan sih! Gak malu apa diliatin orang-orang juga." Jengkel Ayu sama ini bocah satu.

"Nggak! Ngapain malu. Kan kita juga bakalan kayak gini kalo semisal Dara sama Ayu pacaran."

"Ngarep banget Lo! Lagian amit-amit gue pacaran sama bocil sinting kek lu."

"Gapapa bocil yang penting kan Dara udah gede." Senyum Dara merekah.

"Apaan tuh yang gede?" Tanya Agatha sambil cekikikan.

"Lepas Dara! Gue malu diliatin orang-orang." Ucap Ayu yang masih mencoba melepaskan tangannya dari Dara. Bukannya lepas Dara malah makin nempel kek cicak. Kepalanya disandarkan ke bahu Ayu.

"Dara nggak malu tuh malah Dara seneng."

Bukannya bantuin Ayu lepas dari Dara. Agatha malah lagi cekikikan kek orang sinting tuh bocah.

"Eh ada Doraemon!!!" Cetus Reva yang baru nongol. Tak lupa dengan Alvi dan juga Rara.

"Dara ihhh!!! Bukan Doraemon!" Kesal Dara tidak suka.

"Dara tau gak sih Dara itu kayak Doraemon. Kenapa coba?" Ujar Reva.

"Kenapa emangnya?" Tanya Dara polos dengan muka baby face.

"Soalnya sama-sama punya kantong keajaiban untuk menyatukan kisah cinta kita berdua." Gombal Reva kepada Dara yang lagi duduk bersebelahan sama Ayu.

"Ihhh Remot bisa aja! Dara kan jadi malu." Ucap Dara ngumpet dibalik bahu Ayu, menyembunyikan wajahnya.

"Teh Dara lucu kalo malu-malu kayak sundel bolong beranak dalam kubur." Cetus Alvi cekikikan.

Sedangkan Ayu hanya memutarkan bola matanya melihat manusia-manusia itu.

"Lo gak belajar emangnya?" Tanya Ayu dingin kepada Dara. Lagian gadis bocil ini malah lagi disini bukannya belajar dikelas.

"Dara tadikan lagi jalan mau ke toilet terus liat Ayu yang lagi olahraga. Makanya kenapa Dara kesini nyamperin Ayu sekalian kasih semangat buat bidadari Dara supaya makin semangat olahraganya." Senyum Dara melihat Ayu.

Ayu cuma menatap datar dan membuang muka lagi daripada melihat senyuman yang mampu melemahkan seluruh tembok pertahanan yang telah Ayu buat selama ini untuk tidak jatuh cinta apalagi sampai mencintai seseorang.

Sahabatnya udah saling melemparkan senyum melihat Ayu yang kayaknya udah mulai sedikit bergejolak. Apalagi saat Dara tersenyum Ayu langsung membuang muka. Pertanda kalo dia gak mau melihat senyuman manis yang terlukis indah di bibir pinky Dara.

"Dara, bapak kamu tukang parkir ya?" Tanya Rara membuat Dara menatapnya dan menggelengkan kepala.

"Bukan kok." Jawab Dara seadanya. Karena emang Papi dia bukan tukang parkir sebagaimana barusan yang Rara katakan.

"Lho kok bisa ya, padahal bapak kamu bukan tukang parkir. Tapi kenapa bisa menjaga hatiku dari orang lain dan sampe terkunci sama kamu seorang." Senyum Rara menggoda Dara.

"Anjay Rara!" Sorak ketiga sahabatnya tidak dengan Ayu yang malah menatap Rara datar dengan mata dinginnya.

"Aahhhh Dara malu." Ucap Dara menggigit bahu Ayu.

"Sakit bego!" Marah Ayu.

"Ayu kok galak."

"Iya lagian Lo bego! Pake segala gigit gue!"

"Dara gigit itu tanda cinta tau." Cetus Dara memeluk kembali lengan Ayu.

"Mantap! Haduh Mumun pengen masukin ke sw deh keuwuan teh Dara sama teh Ayu."

Ayu langsung menatap menusuk kepada Alvi. Awas aja kalo berani masukin sw Tamatlah riwayat hidup Alvi!

"Ayu tau gak? Alasan Dara gak bisa menghafal itu kenapa?" Tanya Dara menatap wajah Ayu dari samping.

"Bodo amat! Bukan urusan gue."

"Itu karena Dara selalu kebayang wajah Ayu."

"Asik ah!!!" Sorak Rara heboh sampe jingkrak-jingkrak.

"Masuk pake Eko!" Tambah dengan hebohnya Agatha.

"Gak nyangka teh Dara jago pisan atuh." Cetus Alvi cengengesan.

"Ges kalian lupa yah? Kita kan ada tambahan waktu buat Olga." Ucap Reva membuat sahabatnya pada natap dia yang lagi ngode lewat mata. Tinggalin Dara sama Ayu biarin mereka berduaan.

"Oh iya bener! Udah hayuk atuh." Cetus Alvi dan menarik tangan sahabat-sahabatnya.

"Kita duluan yah kanjeng Ageng." Senyum Rara menggoda Ayu.

"Baik-baik kalian berdua!" Cetus Agatha.

"Doraemon nitip kanjeng ratu! Dia mah suka nakol kalo salting." Ucap Reva dan buru-buru pergi sebelum Ayu memotong kepalanya.

Ayu cuman menatap datar sama sahabatnya yang pada pergi. Emang ada tambahan waktu? Perasaan gak ada deh. Sekarang aja giliran cowok-cowok yang berolahraga.

"Ayu...." Panggil Dara disebelah Ayu.

"Hmmm?" Gumam Ayu tanpa menoleh melihat Dara yang lagi memandangi wajahnya dari samping.

"Ayu makin cantik kalo lagi keringetan gituh." Puji Dara.

"Bodo amat."

Dara sedikit terkekeh mendengar perkataan yang begitu singkat jelas dan padat dari bibir mungil cewek kutub disebelahnya. Dara ikutan memandang kearah depan. Melihat anak cowok kelas Ayu yang pada jago banget main voli. Berbeda sama cewek yang malah rusuh. Cowok lebih tertib.

Dara kembali melihat kearah wajah dingin yang sedang menonton. Dia sedikit tersenyum menatap wajah datar yang tak pernah ada ekspresi sedikitpun diwajahnya. Gak pernah sangka! Dara bakalan tau rasanya jatuh cinta pada sosok cewek flat disebelahnya.

"Dari waktu ke waktu tak pernah lelah Dara memuja Ayu. Di setiap detik yang berdetak dalam degup jantung Dara.  Dari waktu ke waktu Dara belajar mencintai Ayu. Dari kata apa adanya karena Tuhan yang maha esa. Dari waktu ke waktu semakin banyak kalimat yang tak mampu terungkap. Yang hanya mampu dirasa dan diresapi. Karena itulah sebuah ketulusan sejati yang tak bisa diperlihatkan. Tak pernah meminta lebih dari apa yang telah dimiliki. Dan tak pernah meminta apa yang tidak bisa dipenuhi. Karena Dara yakin Tuhan menciptakan lebih baik dari apa yang diinginkan. Dari waktu ke waktu Dara berusaha memahami dan menerima semua yang ada. Menyayangi kekurangan Ayu dan seperti mencintai kelebihan Ayu."

Ayu spontan menoleh melihat Dara yang entah bocil itu lagi ngomong apa. Tapi sepertinya Dara sedang mengutarakan apa yang ingin dikatakannya terhadap sosok gadis disamping dia.

"Ada yang salah?" Tanya Dara melihat Ayu menatapnya.

"Gila!" Umpat Ayu membuang muka.

Dara kembali terkekeh dan membuka tutup botol minuman yang barusan dibelinya dan disodorkan sama Ayu.

"Ayu pasti capek habis olahraga makanya Dara bawain minum. Apa mau Dara yang suapin atau mau Ayu minum sendiri?"

Sebentar melihat Dara yang duduk disebelahnya lagi tersenyum.

"Lo kenapa sih gak ada capeknya buat gangguin gue?" Tanya Ayu.

"Dara udah bilang Dara gak ganggu! Cuman pengen memperjuangkan cinta Dara buat Ayu."

"Lo tau tingkah laku Lo ini bisa ngebuat orang lain risih."

"Ayu risih sama kehadiran Dara?"

Apakah Ayu risih?

Mungkin iya..... Tapi dia juga gak bisa memungkiri bahwa ada sesuatu esensi yang membuat Ayu terkadang suka gak karuan sendiri. Banyak rasa kalo udah ada didekat Dara. Tanpa disadari sudah mulai tumbuh suatu perasaan yang membuat Ayu sendiri pun terkadang heran.

"Kok malah diem?"

Ayu kembali membuang muka. Dia gak tau apa yang sebenarnya dirasakan sama Dara. Terkadang ada benteng yang membentengi mereka berdua. Tapi tanpa disadari hatinya sendiri yang membuka benteng dan pertahanannya. Apakah hati Ayu mulai tergoyahkan sekarang?

Dara malah dibuat tersenyum sama tingkah Ayu. Dia gak bisa menjawab pertanyaan Dara. Padahal pertanyaan yang cukup mudah buat Ayu jawab. Tapi terasa berat untuk diucapkan. Bisa saja Ayu langsung menjawab risih. Namun gadis dingin itu memilih buat diem.

"Ayu bisa bohong sama orang lain! Tapi Ayu gak bisa bohong sama perasaan Ayu sendiri. Karena hati tau pemiliknya."

"DARAAAAAAA!!!!" Panggil Anna yang ngebuat mereka berdua menoleh melihat gadis itu yang sedang menatap kesal.

Dara cekikikan melihat satu sahabatnya yang masih ada di koridor sekolah. Dia kembali melihat Ayu yang duduk disebelahnya.

"Kasih Dara waktu 3 bulan buat membuktikan. Setelah 3 bulan kalo Ayu emang gak punya perasaan apapun sama Dara. Dara bakalan pergi dari hidup Ayu selamanya." Ucap Dara.

"Kenapa harus 3 bulan? Itu terlalu lama. Mending dari sekarang aja Lo pergi."

"Dara bakalan pergi tapi kalo Dara gak bisa ngebuat Ayu jatuh cinta. Pegang omongan Dara! Dara janji kalo selama 3 bulan Dara gak bisa bikin Ayu mencintai Dara. Maka Dara bakalan pergi dari hidup Ayu. Dara gak bakal ganggu Ayu lagi."

"Kenapa gak satu Minggu?"

"Itu terlalu kecepatan!"

"1 bulan! Setelah satu bulan Lo gak bisa ngebuat gue jatuh cinta gue harap Lo jauh-jauh dari hidup gue."

"Gak bisa! 1 bulan terlalu singkat dan cinta itu gak bisa di ukur dari waktu."

"Terus?"

"Pokoknya setelah 3 bulan Dara gak bisa ngebuat Ayu jatuh cinta. Dara bakalan pergi. Deal?" Dara menyodorkan tangannya kepada Ayu.

3 bulan?

Itu terlalu lama! Dan bisa saja Ayu muak kalo tiap hari berurusan sama gadis kekanakan ini. Kalo selama 3 bulan itu Ayu gak jatuh cinta sama Dara. Gadis childish itu bakalan pergi. Lantas jika Ayu jatuh cinta apakah Dara bakalan tetap pergi? Ayu spontan menggelengkan kepala.

Ngapain Ayu punya pikiran itu? Dia gak mungkin jatuh apalagi sampe mencintai Dara. Percayalah! Ayu tidak akan pernah sedikitpun jatuh cinta pada sosok cewek kekanakan seperti Pelangi Aldara Silvana.

"Deal!" Ayu menyetujui dan menjabat tangan Dara sebagai perjanjian.

Dara tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke muka datar didepannya.

"Inget yah hati-hati!" Ucap Dara berdiri dari duduknya. Dia sebentar membersihkan roknya. Lantas melemparkan senyum sama Ayu.

Setelah itu Dara main pergi meninggalkan Ayu yang mengangkat satu alisnya.

"Hati-hati kenapa?" Bingung Ayu.