Aku berdiri di bibir pantai, langit gelap, entah ini matahari baru saja tenggelam, tengah malam atau menjelang fajar. Pada waktu-waktu itu pantai sepi, sesunyi sekarang. Lalu ombak memecah kesunyian dan ombak bergulung semakin besar, kemudian seorang perempuan yang memakai dress putih muncul bersamaan dengan pecahnya ombak, wajahnya mirip denganku.
Dia kini mulai berjalan mendekat kepadaku dan semakin mendekat. Raut wajahnya sendu, tatapannya mengalirkan duka dan dia ingin mengucapkan sesuatu. Sebelum bibirnya terbuka, mataku sudah terlebih dahulu terbuka. Air mata menetes ke telingaku, tante ternyata membangunkanku.
"Rose, kamu kenapa?" tanya Tante.
Tangisanku justru pecah, semakin menjadi-jadi. Entah kenapa secara tiba-tiba aku merasa dirundung kesedihan. Perempuan itu seolah mengalirkan kesedihannya kepadaku. Apakah dia diriku sendiri yang sedang bersedih atau Rose? Bagaimana caraku mencari tahu? Tadi dia sepertinya ingin mengucapkan sesuatu, tetapi aku keburu bangun. Apa yang ingin dia ucapkan?
Tante memelukku, tampaknya dia terkejut dengan tangisan ini. Sembari mengelus rambutku, tante menenangkan "Kamu mimpi buruk? Tidak apa-apa, itu hanya mimpi…"
"Tapi, seperti nyata, tante…," sahutku.
"Mungkin karena kamu sedang bersedih, jadi efeknya mimpi buruk," ujar Tante.
Ingin sekali aku menceritakan mimpi tadi. Sebenarnya apa maksud dari mimpi itu? Kepada siapa aku harus bercerita tentang mimpiku? Siapa yang mau membantuku?
"Bagaimana kalau aku sudah bermimpi seperti itu dua kali, tante?" aku melepas pelukan tante.
"Mimpi yang sama?"
"Iya."
"Kamu mimpi apa?"
"Apa harus kuceritakan?"
"Tante tidak memaksa kamu untuk cerita, tapi jika kamu ingin cerita, dengan senang hati tante akan mendengarkannya," ujar Tante sembari menatapku.
"Mungkin kalau sudah waktunya."
"Oke, sekarang kamu mandi. Nanti kita makan malam bersama," ucap Tante, lantas meninggalkan kamar.
Ternyata aku sudah tertidur lumayan lama, dari siang hingga menjelang malam. Rasanya aku memang butuh mandi untuk menyegarkan badan dan pikiran.
***
Ketika ke ruang makan, kulihat Addi sudah ada di sana bersama Om Doni dan Tante Yani. Mereka mengobrol dengan akrab, sesekali tertawa renyah. Kedatanganku disadari oleh Om Doni, dia menyuruhku untuk duduk dan makan bersama. Aku segera duduk di sebelah tante. Mereka membujukku untuk pulang.
Jika aku pulang, mungkin aku bisa menanyakan apa maksud mimpi itu. Ibunya Rose mungkin tahu, dia juga yang membawaku ke dunianya, jadi mungkin saja dia mengetahui sesuatu, lagipula kalau ada apa-apa aku bisa kabur lagi. Mungkin minta tolong Addi, June atau ke rumah Om Doni.
"Oke, tapi…" kataku menggantung.
"Tapi apa?" ujar Addi
"Tapi akum au liburan dulu ke Surabaya," sahutku dengan agak sedikit meringis.
"Astaga, ka… jadi, kamu tidak mau pulang karena mau liburan ke Surabaya?"
Bibirku hanya tersenyum menyambut pertanyaan Addi, aku tidak menyalahkan atau membenarkan. Tapi kubiarkan Addi berpikir aku kabur karena menginginkan liburan. Mungkin aku membutuhkannya jika sewaktu-waktu ada sesuatu atau ketika aku kabur lagi. Setidaknya aku bisa menghubungi tante, mungkin juga akan berterus-terang. Bagaimanapun reaksi tante, aku akan menerima resikonya, daripada hanya terus menerka-nerka.
Om Doni dan Tante Yani tersenyum, mereka seakan mengetahui jika aku menutupi alasan yang sebenarnya. Meski begitu, mereka menerima keputusanku untuk menggunakan alasan liburan itu. Mereka benar-benar orang yang baik, jika orangtuaku sebaik mereka, aku akan menajdi anak paling bahagia sedunia.
"Terimakasih Om Tante," ucapku.