Malam tiba, suasana tenang menyelimuti kamar Ethan saat ia bersiap untuk tidur. Sebelum merasakan kelelahan menghampirinya, ia mengambil ponselnya dan memutuskan untuk menelpon Sofia, Mereka berdua seringkali berbicara larut malam, saling berbagi cerita dan berdiskusi tentang hal-hal yang mereka sukai.
Dengan senyuman di wajahnya, Ethan menekan nomor kontak Sofia dan menunggu sambungan telepon terjalin. Setelah beberapa kali berdering, akhirnya Sofia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, Ethan! Ada apa malam-malam begini?" sapa Sofia dengan suara ceria.
Ethan tertawa kecil. "Halo, Sofia! Aku hanya merasa terinspirasi untuk berbicara tentang hobi kita. Kita sudah lama tidak membicarakannya."
Sofia mengangguk setuju. "Benar juga, kita sering sibuk dengan pekerjaan dan tugas-tugas sehari-hari. Jadi, tentang apa kita akan berbicara malam ini?"
Ethan berpikir sejenak. "Bagaimana kalau kita mulai dengan hobi favorit kita? Aku tahu kau suka melukis, dan aku ingin mendengar lebih banyak tentang karyamu."
Sofia terdengar bersemangat. "Oh, iya! Aku senang kau tertarik. Aku baru saja menyelesaikan lukisan baru minggu lalu. Aku akan mengirim fotonya padamu setelah kita selesai berbicara."
Ethan tersenyum. "Aku sudah tak sabar melihatnya. Mungkin suatu hari aku bisa meminta kau membuat lukisan untukku juga."
Sofia tertawa riang. "Tentu saja! Kapan saja, Ethan. Kamu tahu aku akan dengan senang hati melukis apa pun untukmu."
Percakapan mereka berlanjut dengan penuh candaan dan kegembiraan. Mereka saling berbagi cerita tentang hobi mereka, berbicara tentang film, musik, dan buku-buku terbaru yang mereka nikmati. Ada kehangatan dalam setiap kata yang mereka ucapkan, mengingatkan mereka akan ikatan yang kuat.
Ethan: "Kamu tahu, Sofia, film superhero terbaru yang aku tonton kemarin benar-benar luar biasa! Efeknya sangat keren, dan alurnya juga menghibur. Kamu harus menontonnya."
Sofia: "Oh, benarkah? Aku suka film superhero juga. Apa kamu ingat film favoritku?"
Ethan: "Hmm, apakah itu 'The Guardian of Light'? Aku tahu film itu menjadi favoritmu karena pahlawannya memiliki kekuatan cahaya yang spektakuler."
Sofia: (tersenyum) "Ya, kamu benar sekali! Aku terpesona dengan efek cahaya dalam film itu. Tapi, bagaimana dengan buku-buku? Apa yang sedang kamu baca saat ini?"
Ethan: "Aku sedang tergila-gila dengan novel fiksi ilmiah terbaru dari penulis favoritku. Ceritanya tentang petualangan di luar angkasa dan teknologi masa depan. Kamu pasti akan suka!"
Sofia: "Wow, terdengar menarik! Aku selalu suka dengan cerita-cerita yang menggabungkan sains dan petualangan. Beri tahu aku judulnya nanti, ya?"
Ethan: "Tentu saja! Aku akan memberimu rekomendasi buku itu. Oh, dan ada album musik baru yang aku temukan juga. Aku yakin kamu akan suka alunan musiknya yang enerjik dan optimis."
Sofia: "Kamu memang tahu selera musikku, Ethan. Aku tak sabar untuk mendengarnya. Kita bisa berbagi playlist musik kita nanti!"
Ethan: "Sofia, sejak kita pertama kali bertemu, aku merasa ada yang berbeda antara kita. Aku harus mengakui, perasaanku terhadapmu lebih dari sekadar persahabatan. Aku jatuh cinta padamu."
Sofia: (terkejut) "Ethan, aku... Aku juga merasakan hal yang sama. Selama ini, hatiku juga terus berdegup kencang setiap kali bersamamu. Aku juga mencintaimu."
Ketika kata-kata itu diucapkan, suasana menjadi terisi dengan kegembiraan dan kelegaan. Mereka terseyum beberapa saat sambil menatap langit-langit di kamar mereka masing-masing, mengetahui bahwa perasaan mereka saling berbalas. Cinta mereka tumbuh dalam persahabatan yang telah lama terjalin, dan kini mereka berdua siap menjalani petualangan baru dalam hubungan mereka.
Ethan dan Sofia merasa beruntung karena mereka tidak hanya memiliki ikatan sebagai rekan tim, tetapi juga sebagai pasangan yang saling mencintai. Bersama, mereka akan menghadapi tantangan dan bahaya dengan kekuatan cinta yang tak tergoyahkan. Hubungan mereka menjadi penguat bagi Tim Sinar Keabadian, memberikan motivasi dan dukungan yang tak tergantikan.
Dalam momen ini, mereka menyadari bahwa cinta adalah kekuatan yang dapat mengatasi segala rintangan. Dalam pelukan satu sama lain, mereka menemukan kebahagiaan dan kekuatan yang tak terhingga.
Percakapan mereka terus berlanjut dengan tawa dan keceriaan. Mereka menikmati momen tersebut, merasa terhubung satu sama lain melalui minat dan hobi yang mirip karena memang Minat dan hobi tidak selalu sama persis. Setiap kata yang mereka ucapkan memancarkan kehangatan dan keakraban, menguatkan ikatan yang telah terjalin di antara mereka.
Ethan: Sofia, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Aku merasa bahwa kita sudah berjalan cukup jauh dalam hubungan kita, dan aku ingin melangkah lebih jauh. Aku ingin menikahimu dengan disaksikan menara Eiffel.
Sofia: (terkejut) Ethan, itu adalah kejutan yang menyenangkan! Aku juga merasa bahwa kita sudah siap untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Tapi ada satu hal yang membuatku penasaran, mengapa kamu memilih Paris sebagai tempat pernikahan kita?
Ethan: Nah, Sofia, ingat saat pertemuan pertama kita di laboratorium PREQ? Itu adalah momen yang luar biasa bagiku. Aku terpesona oleh kecerdasanmu dan semangatmu sebagai cendekiawan muda, juga seorang ilmuwan. Saat itu, pikiranku langsung melayang ke tempat-tempat romantis di dunia, dan Paris adalah salah satu yang paling menonjol.
Sofia: Oh, Ethan, tentu saja aku ingat. Pertemuan kita di laboratorium PREQ adalah awal dari hubungan istimewa kita. Dan Paris memang memiliki reputasi sebagai kota cinta dan romantisme. Aku merasa itu cocok dengan cerita kita.
Ethan: Selain itu, Paris juga melambangkan impian dan petualangan bagiku. Aku ingin kita mengikuti jejak para pasangan romantis yang pernah berjalan di jalan-jalan berbatu Paris, menjelajahi taman-taman yang indah, dan menikmati keindahan seni dan arsitektur kota ini.
Sofia: Aku bisa membayangkan betapa indahnya pernikahan kita di Paris. Itu akan menjadi pengalaman yang magis dan tak terlupakan. Dan tentu saja, akan menjadi peluang bagiku untuk menjelajahi kota itu lebih dalam dan menikmati kekayaan budaya dan seni yang dimilikinya.
Ethan: Aku ingin momen pernikahan kita menjadi sesuatu yang istimewa, Sofia. Aku ingin kita merayakannya dalam suasana yang luar biasa, dan Paris adalah tempat yang sempurna untuk itu. Aku ingin menciptakan kenangan yang kita akan pandang kembali sepanjang hidup kita.
Sofia: Ethan, aku sangat mendukung ide ini. Aku merasa bahwa Paris adalah pilihan yang tepat untuk pernikahan kita. Yuk kita mulai merencanakan perjalanan kita ke kota cinta ini dan menjadikan hari pernikahan kita menjadi momen yang mengesankan bagi kita dan semua orang yang hadir.
Dalam percakapan ini, Ethan mengusulkan untuk menikah di Paris dengan mengingat momen pertemuan pertama mereka di laboratorium PREQ. Ethan merasa bahwa Paris akan menjadi tempat yang romantis dan penuh makna untuk memulai babak baru dalam hubungan mereka. Sofia setuju dengan pilihan tersebut dan mereka berdua bersemangat untuk merencanakan pernikahan mereka di kota yang memiliki arti istimewa bagi mereka.
Saat waktu berlalu, Ethan merasa kantuk mulai menghampirinya. "Sofia, aku pikir aku akan tidur sekarang. Terima kasih sudah menghabiskan waktu malam ini dengan saya."
Sofia menjawab dengan lembut, "Tidak ada masalah, Ethan. Selalu senang berbicara denganmu. Semoga kamu tidur nyenyak. Sampai jumpa besok!"
Dengan perasaan hangat di hatinya, Ethan mengucapkan selamat malam dan menutup telepon. Saat ia merenungkan percakapan mereka, dia merasa beruntung memiliki teman seperti Sofia yang selalu ada untuknya, baik dalam kegembiraan maupun kesulitan.
Dalam keheningan malam diatas tempat tidurnya yang bernuasa futuristik, Ethan merasa terdorong untuk mengejar hobi-hobinya lebih sering dan mengambil waktu untuk bersenang-senang bersama sofia.
Ethan berdiri di tepi sungai kecil yang jernih, sambil menatap ke kejauhan dengan pikiran yang melayang. Ia merasakan keindahan alam di sekelilingnya, tetapi hatinya terasa berat. Tiba-tiba, ia memperhatikan Julia yang duduk sendirian di dekatnya, dengan wajah yang lesu dan air mata mengalir di pipinya.
Ethan mendekati Julia dengan penuh kekhawatiran. "Julia, apa yang terjadi? Mengapa kamu menangis?"
Julia mengangkat kepalanya, matanya masih penuh dengan kesedihan. "Ethan, aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku lagi. Aku mencintaimu, dan aku berharap kita bisa lebih dari sekadar teman. Tapi kau menolak cintaku, dan aku merasa hancur."
Ethan merasa terkejut dan bingung. Dia tidak pernah ingin menyakiti Julia, karena cintanya telah lama tertuju pada Sofia. Dia merasakan rasa empati yang mendalam terhadap Julia yang sedang mengalami kekecewaan ini.
"Eh, Julia, aku sangat menghargaimu sebagai rekan dan teman dekat. Tapi, hatiku telah terikat pada Sofia. Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu, dan aku berharap kita tetap bisa menjaga persahabatan kita."
Julia menangis semakin deras, tetapi kemudian dia mengangguk dengan berat hati. "Aku tahu, Ethan. Aku harus menerima kenyataan ini. Tetapi, tolong beri aku waktu untuk menyembuhkan hatiku."
Ethan mengulurkan tangannya dan dengan lembut mengusap air mata Julia. "Tentu, Julia. Aku akan selalu ada di sini untukmu, sebagai teman yang mendukungmu. Kita bisa melewati ini bersama-sama."
Tiba angin tornado datang ke arah mereka berdua, Ethan mambawa pergi Julia tetapi mereka malah terjebak dalam jurang yang sangat dalam dan ethan tiba-tiba terbangun dengan keringat yang deras, lalu ia sadar itu hanyalah mimpi. Ya sekali lagi itu mimpi.
Ethan jadi teringat kembali kepada Julia. Ethan merasa cemas dan khawatir kepada julia karena sejak ia menolak cintanya, julia tidak menghubunginya sama sekali. Ethan langsung bersiap-siap bekerja menuju Lembaga kantor pusat riset energi quantum (PREQ)