Duke menatap Thea dengan tatapan serius.
"Jangan menatapku," kata Thea.
"Why? Aku suka menatapmu, wajah cantik yang selalu ingin kulihat sejak lama," jawab Duke membelai pipi Thea.
Tatapan tajam mata Duke benar benar membuat Thea tak berdaya menolak pesonanya. Apalagi mereka sudah beberapa kali bercinta.
"Aku harus kembali ke kampus, Duke," kata Thea untuk menghindari tatapan Duke.
"Baiklah, aku akan mengantarmu dan menunggumu sampai kau pulang," jawab Duke.
"Kau mengaturku, Duke?" tanya Thea.
"No, aku hanya ingin bersamamu," jawab Duke santai lalu berdiri dan menarik tangan Thea agar berdiri juga.
Duke memeluk Thea dengan erat kemudian mencium bibirnya dengan mesra.
"Aku kedinginan," kata Thea karena bajunya basah.
"Oh my, aku benar benar lupa, sorry," kata Duke yang kemudian mengambil kemeja putihnya di kamar sembari menarik tangan Thea.
"Pakailah," kata Duke memberikan bajunya pada Thea.
"Terima kasih. Di mana kamar mandinya?" tanya Thea.
"Kau bisa menggantinya di sini, aku sudah sangat hafal tubuhmu," jawab Duke.
"Kau hanya merabanya, bukan melihatnya," kata Thea.
"Itu bagus, karena sekarang aku ingin melihatnya secara langsung," kata Duke.
Thea salah tingkah karena tatapan Duke yang melihat tubuhnya hingga akhirnya dia mencari sendiri kamar mandinya.
Duke hanya tersenyum dan duduk menunggu di ranjangnya.
Setelah berganti pakaian, Thea keluar dari kamar mandi lalu Duke mengantarnya kembali ke universitas.
Sebelum keluar dari mobil, Duke mencium bibir Thea.
"Duke, ini di kampus," protes Thea.
"Tidak akan ada yang melihat dari luar," sahut Duke sembari tersenyum usil.
Thea masih belum sepenuhnya menerima Duke. Dia masih ingin berpikir lebih dalam lagi. Dia tak ingin melakukan kesalahan.
Thea akan menjalani ini untuk sementara sembari mengenal pribadi masing masing sebelum memutuskan melanjutkan hubungannya lebih jauh bersama Duke.
Kemudian Thea turun dari mobil sport Duke dan menjadi pusat perhatian di sana.
Thea langsung masuk ke ruangannya dan mengambil bukunya lalu langsung menuju kelas kuliahnya.
"Thea!!!" panggil Alice.
"Aku harus segera mengajar, Alice. Simpan segala pertanyaanmu nanti, oke?!" kata Thea terburu buru berjalan cepat ke kelasnya.
"Oke, aku sangat penasaran dengan adegan ranjangnya," bisik Alice sambil mengerlingkan matanya.
"Shut up," bisik Thea sembari membelalakkan matanya dan kembali berjalan cepat.
Duke langsung menuju perusahaan daddynya sebentar sembari menunggu Thea selesai mengajar. Kehadiran Duke membuat para pegawai perusahaan sedikit kaget dan kedatangannya menjadi pusat perhatian karena auranya yang mendominasi dan berwibawa.
Duke menulis pesan pada Thea agar segera menghubunginya jika sudah selesai bekerja.
Thea menyunggingkan senyum manisnya ketika mendapat pesan dari Duke.
*
Jam 5 sore, Thea menghubungi Duke dan menyuruhnya menjemput ke kampus setengah jam lagi.
Tak lama kemudian, Duke langsung menuju kampus hanya dalam waktu 15 menit saja.
Duke turun dari mobilnya dan Tuan Edward melihatnya. Dia berpikir Duke ada perlu dengan pihak universitas.
"Tuan Delmar? Apakah ada yang bisa dibantu? Anda seharusnya tinggal menelepon kami saja jika ada hal yang ingin disampaikan," kata Edward.
"Tidak, aku ingin menjemput seseorang," sahut Duke.
"Menjemput siapa?" tanya Edward yang otaknya masih berpikir.
"Dimana ruangan Thea?" tanya Duke.
"Nona Thea? Apakah ada urusan dengannya? Mari kuantar," tanya Edward sembari berjalan mengantar Duke.
"Dia kekasihku," jawab Duke santai sambil berjalan dan membuat Edward sedikit kaget.
*
*
Edward berpikir bagaimana bisa Thea dan Duke menjalin hubungan dalam waktu sesingkat itu.
"Apakah anda sudah lama mengenal Nona Thea?" tanya Edward selama mereka berjalan menuju ruangan Thea.
"Ya, delapan bulan yang lalu ketika dia ke New York," jawab Duke tenang.
"Aahh begitu ya. Ya, dia menggantikan aku untuk ikut seminar di sana," kata Edward tersenyum.
Duke berhenti dan melihat Edward.
"Aku harus berterima kasih padamu. Secara tidak langsung kau yang membuat kami bertemu," kata Edward.
"Tidak, Tuan. Kurasa itu sudah takdir kalian," jawab Edward .
"Nanti kirim alamatmu ke asistenku. Aku ingin memberikan sebuah hadiah kecil untukmu," kata Duke.
"No, sir, kurasa itu tidak perlu," kata Edward yang merasa tak enak.
"No problem. Kalau begitu aku akan mengirimnya ke sini saja," jawab Duke.
Edward tak bisa berkata kata lagi.
"Itu ruangan nona Thea, Tuan." Edward menunjuk ie sebuah ruangan.
"Terima kasih," kata Duke tersenyum dan masuk ke ruangan Thea.
Edward masih terpaku di tempatnya berdiri. Dia masih tak menyangka bahwa Thea adalah kekasih Duke.
*
"Hello, Baby," kata Duke muncul dari balik pintu yang itu membuat Thea kaget sampai memegang dadanya.
"Duke?? Kau hampir membuatku serangan jantung," kata Thea.
"Masih lama?" Duke menghampiri Thea dan mengecup bibirnya.
"Tidak, sudah selesai. Bukankah aku menyuruhmu datang setengah jam lagi?" kata Thea.
"Hmm, aku hanya tidak ingin membuang buang waktu saja," jawab Duke sembari membelai pipi Thea dan jarinya memainkan rambut pirangnya.
"Baiklah, ayo," kata Thea.
Duke menggandeng tangan Thea meskipun wanita itu berulang kali melepaskannya karena banyak mata memandang ke arah mereka. Dan Tuan Edward juga menundukkan kepala padanya yang membuat dirinya sungkan.
"Dia sudah tahu hubungan kita. Kira-kira hadiah apa yang harus kuberikan padanya? Karena secara tidak langsung dia yang mempertemukan kita di New York," kata Duke sembari berjalan santai.
"What???? Kau menceritakan kencan kita di sana?" bisik Thea dengan wajah khawatirnya.
"Of course not. Tidak mungkin aku mengatakan bahwa pegawai cantiknya ini bercinta denganku dengan sangat liar di New York," sahut Duke tertawa pelan.
Thea membelalakkan matanya atas ucapan mesum Duke sembari melihat ke sekitarnya karena ia takut jikalau ada yang mendengarnya.
"Bisakah kau menjaga ucapanmu, Tuan? Ini area college," geram Thea setengah berbisik.
Duke semakin tertawa mendengar kepanikan Thea.
"It's not funny, Duke," kesal Thea.
Duke mengendarai mobilnya menuju apartemennya sendiri.
"Kau menculikku, Duke? Aku ingin pulang ke apartemenku," kata Thea.
"Hmm, nanti malam kita menginap di apartemenmu," jawab Duke santai.
"Duke, aku belum memutuskan sesuatu tentang hubungan kita," kata Thea serius.
"Hmm, aku akan membantumu memutuskannya. Maka dari itu aku akan selalu menempel padamu selama aku di Kanada," jawab Duke dengan senyum usilnya.
"Kau benar benar semaumu sendiri. Seharusnya kau bertanya dulu padaku," kata Thea kesal.
"Aku ingin mengambil kesempatan ini, Thea. Aku tak ingin menyia nyiakannya. Jangan cegah aku," jawab Duke serius.
Thea pun diam dan hanya mengikuti keinginan Duke. Mereka masuk ke apartemen mewah milik Duke.
Duke langsung menuju kamarnya dan membersihkan tubuhnya. Sedangkan Thea menunggu di sofa sembari melihat ke arah jendela raksasa yang viewnya adalah pemandangan kota Toronto.
Edward wondered how Thea and Duke could be in a relationship in such a short time.
"Have you known Miss Thea long?" asked Edward as they walked towards Thea's room.
"Yes, eight months ago when she went to New York," Duke replied calmly.
"Aahh I see. Yes, she replaced me for the seminar there," Edward said smiling.
Duke stopped and looked at Edward.
"I have to thank you. You indirectly made us meet," Edward said.
"No, sir. I think it was your destiny," Edward replied.
"I'll send your address to my assistant. I would like to give you a small gift," the Duke said.
"No, sir, I don't think that's necessary," said Edward, feeling bad.
"No problem. I'll just send it here then," replied the Duke.
Edward was speechless.
"That's Miss Thea's room, sir." Edward pointed ie a room.
"Thank you," the Duke said smiling and entered Thea's room.
Edward was still rooted to his spot. He still couldn't believe that Thea was Duke's girlfriend.
*
"Hello, Baby," Duke said appearing from behind the door which startled Thea into grabbing his chest.
"Duke, you almost gave me a heart attack," Thea said.
"Still long?" Duke walked up to Thea and kissed her lips.
"No, it's done. Didn't I tell you to come in half an hour?" Thea said.
"Hmm, I just don't want to waste time," Duke replied as he caressed Thea's cheek and his fingers played with her blonde hair.
"Alright, come on," Thea said.
Duke took Thea's hand even though she repeatedly let go as many eyes looked at them. And Mr. Edward also bowed his head to her which made her reluctant.
"He already knows our relationship. What kind of gift should I give him? Since he indirectly brought us together in New York," the Duke said as he walked casually.
"What? Did you tell her about our date there?" Thea whispered with a worried face.
"Of course not. There's no way I'm telling you that this beautiful employee of his made love to me so wildly in New York," Duke laughed softly.
Thea widened her eyes at Duke's lewd remark while looking around because she was afraid in case anyone heard her.
"Can you watch what you say, sir? This is the college area," Thea growled in a half-whisper.
Duke laughed even more at Thea's panic.
"It's not funny, Duke," annoyed Thea.
Duke drove his car to his own apartment.
"Are you kidnapping me, Duke? I want to go home to my apartment," Thea said.
"Hmm, we'll stay at your apartment tonight," Duke replied casually.
"Duke, I haven't decided anything about our relationship," Thea said seriously.
"Hmm, I'll help you decide. That's why I'll stick to you while I'm in Canada," Duke replied with a nosy smile.
"You really are on your own. You should have asked me first," Thea said irritably.
"I want to take this opportunity, Thea. I don't want to waste it. Don't stop me," Duke replied seriously.
Thea was silent and just followed Duke's wishes. They entered Duke's luxurious apartment.
Duke went straight to his room and cleaned his body. While Thea waited on the sofa while looking at the giant window with a view of the city of Toronto.