Hancur. Kata itu lah yang cocok untuk menggambarkan situasi bumi saat ini. Dimana bukan hanya virus yang berbahaya tetapi juga keserakahan atas keegoisan manusia itu sendiri juga.
Bangunan-bangunan yanh tadinya kokoh sekarang menjadi puing-puing. Jalanan yang tadinya ramai kini menjadi sepi.
Tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan seperti sebelumnya.
Virus itu datang dari satu negara lalu menyebar begitu cepat.
Satu, dua, lalu seluruh negara mengumumkan bahwa mereka juga terkena virus mematikan itu.
Para manusia-manusia itu pun diliputi oleh rasa khawatir dan takut. Lalu kepanikan pun terjadi. Mereka saling berebut untuk bertahan hidup. Mulai dari makanan, minuman, obat-obatan, segalanya.
Semua semakin kacau taktala virus itu semakin menggila. Korban yang tadinya di nyatakan sembuh kini terjangkit kembali. Tidak butuh waktu lama seperti sebelumnya. Hanya dalam hitungan jam mereka akan terkena kejang dan mengeluarkan darah dari hidung dan telinga mereka.
Sekali lagi..., semuanya bertambah kacau. Bukan hanya Virus itu yang semakin menggila tetapi para manusia pun semakin menggila. Bukan hanya menggila karena keserakahannya tapi juga membunuh membabi buta.
Bahkan seseorang yang hanya batuk ringan pun langsung mereka seret dan menuduh mereka dan tanpa ampun, mereka memenggal kepala mereka.
Keadaan semakin kacau, semakin tidak terkendali. Mereka yang selamat bukan hanya takut pada wabah virus tersebut tetapi juga takut kepada para manusia bejat yang memanfaatkan keadaan. Mereka menyebutnya 'Sang Penghakim'.
'Sang Penghakim' tersebar di semua negara termasuk indonesia.
Keluarga Dirganta yang terkenal dengan sebagai keluarga tentara yang hebat, memaksa pemertintah untuk segera bertindak sebelum semua semakin tambah kacau.
Pemerintah dari seluruh dunia sepakat untuk membuat tempat pengungsian yang aman. Maka mereka sepakat untuk menggali bumi, membuatnya agar sedikit layak untuk mereka bertahan hidup.
Pemerintah dengan ketat memeriksa para pengungi agar tidak membawa virus ataupun komplotan 'Sang Penghakim' untuk ikut masuk.
Para pemerintah Indonesia di bantu oleh keluarga Dirganta berhasil memindahkan masyarakat yang selamat kedalam bawah bumi.
Setiap pintu di jaga dengan ketat oleh para tentara yang terlatih.
Dan juga di bantu oleh keluarga Sridewi yang memiki keistimewaan dalam hal sihir, menyegel seluruh pintu agar tidak terlihat oleh para komplotan 'Sang Penghakim'.
Perlahan semua kembali normal tapi berbeda. Yang biasa mereka bisa menghirup udara segar pagi hari, kini hanya ada gelap. Bukan gelap karena malam hari. Tapi gelap total dalam kesunyian.
Setahun, dua tahun, sepuluh tahun pun berlalu. Semua semakin baik tapi mereka masih tidak berani untuk kembali 'ke atas', bukan hanya kerena 'Sang Penghakim' masih berkeliaran tapi juga virus itu masih ada di sana. Bergerak di udara, menunggu manusia untuk menjadi inang mereka....