Bila pernah bilang kepadaku bahwa ada yang mencoba mendekatinya bahkan orang itu pernah memberikan surat kepadanya. Dia adik kelasku, adik kelasnya juga yang berarti dua tahun dibawahku. Dia anak silat, orang Bandung dan mempunyai saudari di putri, Namanya adalah Hilman. Ia pernah memberikan surat pada Nabila saat hari-hari ujian- aneh bukannya fokus sama ujian malah ngegodain kakak kelas. Yang lebih anehnya lagi surat itu malah ditemukan oleh adik kelas Nabila kelas 1 mts- aduuuh apasih yang ada di otaknya? gimana kalau kelas 1 mtsnya laporan ke keamanan? bisa kena hukuman nanti. Tapi untungnya anak kelas 1 itu tidak memberutahu kepada keamanan.
"ahy! Huna!" -Hunna=disini tapi jika digunakan untuk memanggil artinya menjadi kesini
"na'am hy?" -iya hy?- ia menghampiriku
"Afwan ud'uni akhy Hilman" -maaf panggilkan saya akhy Hilam-
"na'am hy" -iya hy- ia menganggukkan kepala dan langsung pergi meninggalkanku
Tidak lama kemudian Hilman pun datang menghampiriku "na'am hy limadza?" -iya hy kenapa?-
"ana saatakallam ilaika bal fil fasl fakot" -saya ingin berbicara denganmu tapi di kelas aja-
"na'am hy hayya" -iya hy ayo-
Sesampainya di kelas akupun duduk di salah satu bangku "sini man duduk!"
"iya hy" jawabnya sambil duduk diatas bangku
"ana mah masih penasaran sama ente katanya pernah pacaran cuman 3 hari? itu teh gimana ceritanya" aku bertanya sambil tertawa untuk mencaikan suasana.
"iya hy pernah hhe, tapi sama orang luar" ia tersenyum malu
"sama orang luar?" aku bertanya kebingungan
"iya hy dulubpas perpulangan" jawabnya menganggukkan kepala
"ouuuh... tapi emang beneran tiga hari doang? udah kayak izin pulang aja hha"
"iya hy asli itumah gak tau juga tuh ceweknya gak jelas tiba-tiba mutusin aja"
"euuuh atuh, tapi kalau sama anak pondok pernah pacaran gak? atau dekaan gitu?" aku mulai memancing topik ke arah yang aku inginkan "atau bahkan kayaknya ente mah kakak kelasnya dijadii pacar hha"
"hmm... ada sih hy kakak kelas"
Nah! pertanda bagus nih, dia udah mulai mau cerita tentang dia sama Nabila
"kakak kelas? ente pacaran sama kakak kelas?" aku berpura-pura tak tahu
"enggak pacaran juga dih hy tapi... kayak pacaran" jawabnya mulai terbongkar
"Maksudnya gimana nih? ana gak ngerti?"
"yaa kita gak pacaran tapi udah kayak orang-orang yang pacaran" ia mulai membongkar
"tapi suka lope-lopean?"
"kadang sih hy, itu juga kalau dia ngirim lopenya gak ada warnanya"
"putih polos gitu?"
"iya"
Aku sedikit terkejut saat mendengar pernyataan itu. Tapi mengapa ia mengirim love kepada Hilman kalau memang ia tidak menyukainya?
"ouh... cantik ga utynya?" tanyaku masih penasaran dengan ceritanya
"cantik banget hy. Namanya uty Nabila"
"ouh Nabila... tapi ente selama deket sama dia pernah ngasihin surat ga?"
"pernah hy, waktu itu tuh lagi jaman-jamannya ujian, pokoknya isi suratnya ada lirik laginya gitu" ceritanya antusias
"Keren keren sih. ngomong ngomong mau nitip surat ga buat utynya atau kata-kata gitu?"
"Eee... engga ga udah hy ah" jawabnya gugup
"bener nih? entar sama ana sama ahy Yana juga dikirimin kesana. iya gak yan?" aku meminta persetujuan Yana.
"Iya bener! aman pokonyamah lah" jawab Yana menyetujui
"mau gak?" aku bertanya kembali pada Hilman
"gimana ya hy... boleh deh tapi salam aja ya"
"oke boleh boleh tar besok ana bawa suratnya dari ente ya?"
"siap hy"
Akhirnya aku mengetahui juga tentang kebenaran ceritanya. Tapi... mengapa Nabila tidak bilang yah kalau sering chattingan?
*****
Hari ini! aku akan menepati janjiku untuk menyampaikan pesan surat dari Hilman untuk Nabila. Kenapa aku melakukannya? karena di dalam isi suratnya bukan hanya ada surat dari Hilman saja, aku juga menulis surat untuknya. Kalau kata pribahasanya mah "sambil menyelam minum air".
Setelah aku mengambil surat dari Hilman, aku pun menulis surat di kertas yang sama. isi suratnya tentang aku yang sudah mengetahui kebenaran ceritanya. Dari kejauhan aku melihat ada teman perempuanku yang sedang duduk di selasar masjid. apa aku titipin aja ya ke dia suratnya?- batinku.
"Bara!" aku memanggil temanku "anterin ana yuk!"
"anterin kemana?" ia penasaran
"ini ana mau ngasihin surat ke yang duduk disana" aku menunjuk tepat ke arah teman perempuanku
"enggak ah! malu" ia menolak karena malu
"bentar doang da, entar ana yang ngomong" aku meyakinkannya
"bener ya?" ia butuh kepastian
"iya aman"
Aku pun memberanikan diri untuk menghampirinya. Hatiku bergetar, aku takut, takut kalau tiba-tiba ada keamanan yang melihatku, karena itu akan menjadi hukuman bagiku. Tapi aku harus memberanikan diri untuk menghampirinya walaupun aku belum terlalu kenal dengan teman perempuanku ini-hhe sokap aja dulu.
"Suut! Hey!" aku memanggilnya saat tiba tepat di belakangnya
Ia pun menengok ke arahku "iya?"
"nitip buat Nabila kelas 10 yang kemarin juara pidato sama the best one" aku menggelincirkan suratku kepadanya. semoga aman- batinku