Bahkan ketika dia mendekatinya, dia berdiri, tampak hormat.
"Candice," Edward menyebut namanya.
Candice segera menjawab, "Ya."
"Kita akan menjadi suami dan istri mulai sekarang," kata Edward.
Mata Candice berkedip-kedip.
"Jangan bersikap terlalu sopan denganku di masa depan." Nada suara Edward lembut, tetapi tegas.
"Baiklah." Candice mengangguk.
Namun, dia jelas masih sangat terkendali.
Edward mendesah pelan. Dia tiba-tiba meraih tangan Candice.
Jari-jari Candice bergerak sedikit.
Tangan besar Edward memegang erat tangan kecilnya. Saat dia memegangnya, tubuhnya tiba-tiba mendekat.
Dia berkata, "Saya akan pergi sebentar. Saya ada wawancara nanti. Saya akan kembali untuk makan siang."
"Baiklah."
"Candice." Edward tiba-tiba memanggilnya lagi.
Dia merasa ada emosi yang dalam di dalamnya.
Candice benar-benar tidak berpikir bahwa mereka akan mengembangkan perasaan satu sama lain setelah hanya bertemu dua atau tiga kali—setidaknya dia tidak.