Setelah berbincang tadi, Cahya lekas kembali ke kamar nya. Ia terus memikirkan atas apa yang di katakan oleh ibu nya dan di bantah keras oleh bapak nya.
Prangg..!!
Tiba-tiba saja terdengar suara benda terjatuh dari luar kamar, membuat Cahya terkejut.
"Adek.."
Panggil Cahya sembari menatap pintu kamarnya.
Tok tok tok
Kini suara ketukan yang terdengar dari luar kamar.
"Adek.. Jangan ganggu bisa gak? Mbak mau tidur, lagian kamu sudah malam bukan nya tidur.!!"
Ucap nya sekali lagi, namun tetap tak ada jawaban apapun dari Mentari.
Krieettt..
Cahya membuka pintu nya perlahan, namun ia tak mendapati Mentari ada disana. Mata nya terus melirik ke kiri dan kanan, namun tetap tak mendapati siapapun berada disana.
"Adek... Ka..."
Cahya menghentikan pembicaraan, sebab ia melihat Mentari tengah terlelap di kamar.
"(Kalau Mentari tidur, lantas yang mengetuk-ngetuk kamar ku siapa?.)"
Gumam Cahya dalam hati.
-
-
"Hati-hati ya di jalan!!"
Ucap Asih yang mengantarkan Cahya dan Mardani sampai ke depan pintu.
"Iya Bu.. Ibu baik-baik di rumah yaa!! Jangan banyak ngelamun, dan jangan terlalu di pikirkan soal kemarin.!!"
Jawab Cahya pelan sembari mencium punggung tangan Ibu nya.
"Iya sayang"
"Dadah Ibu.. Dadah Mentari..."
Cahya melambaikan tangan pada Ibu dan adik nya.
"Dadah.. Mbak Cahya!!"
Mentari juga membalas lambaian tangan kakak nya, begitu juga dengan Asih.
Mereka terus menunggu di luar pintu, sampai mobil sedan hitam keluar dari pekarangan rumah nya.
"Ayokk dek.. Kita masuk"
Ajak Asih menggandeng tangan Mentari.
Kini Asih melonjorkan kaki nya di sofa sembari menonton televisi di ruang keluarga, sedangkan Mentari bermain dengan koleksi boneka-bonekanya. Saat Asih tengah asyik menonton televisi, terdengar suara kucuran air dari arah dapur, membuat Asih sedikit tercengang mendengar nya.
Lantas Asih lekas bangun dan mengecek ke dapur, namun ia tidak mendapati ada keran air yang menyala.
Asih mengerutkan dahinya, ia terheran, dari mana asal suara air mengalir yang ia dengar tadi.
***
"Assalamualaikum.. Bu.. Aku pulang!!"
Ucap Cahya.
Cahya pulang lebih dulu tinimbang Mardani, ia sampai di rumah tepat jam tiga sore.
"Bu.. Adek..!!"
Cahya menyusuri ruangan keluarga yang terlihat sepi.
"Ibu sama Mentari pada kemana yaa??"
"Ibu..."
"Mentari..."
Saat Cahya hendak naik ke lantai atas, terdengar suara televisi yang menyala.
Sontak Cahya berlari ke ruang keluarga meraih remote yang tergeletak di karpet, dan mematikan nya.
Cahya mulai merasa takut, terlebih ia hanya seorang diri di rumah seluas itu.
Kini Cahya ke dapur untuk mencari minuman. Namun sosok yang ia cari sedari tadi ternyata ada di dapur.
"Bu.. Kok aku panggil-panggil dari tadi enggak nyahut sih? Mentari kemana Bu?"
Ucap Cahya sembari menegak sebotol minuman.
Tak tak tak..!!
"Ibu lagi masak apa? Mentari mana?'
Cahya mengerutkan dahinya, sebab Asih tak menjawab sekata pun pertanyaan Cahya.
"Bu.. Aku langsung ke kamar yaa!! Mau istirahat sebentar"
Cahya berlenggang pergi ke kamar nya yang berada di lantai atas.
Kriieett...
Suara decitan pintu yang di buka.
Cahya lekas menghampiri sumber suara itu, dan betapa terkejut nya ia melihat Ibu dan Adik nya datang dengan menenteng sekantung belanjaan.
"Loh.. I-ibu.. Bukan nya Ibu tadi ada di dapur?"
Ucap Cahya terbata-bata.
"Ada di dapur gimana? orang Ibu habis dari warung Mbak Jum sama Mentari, ini loh Ibu beli bumbu dapur dan ayam, kemarin Ibu lupa membeli nya."
Jelas Asih sembari menunjukkan belanjaan nya.
"Tapi aku benar melihat Ibu di dapur barusan, Bu.!!"
"Biasakan diri mu dengan apa yang sering kamu lihat, Ibu tidak ingin lagi berdebat lagi dengan bapak mu tentang rumah ini."
Cahya terkejut mendengar perkataan Ibu nya barusan, lantas Asih berlenggang meninggalkan Cahya begitu saja.
**
Tok tok tok !
"Mbak.. Mentari ada di kamar mu gak?"
Teriak Asih dari luar kamar Cahya.
"Mentari?? gak ada Bu!!"
Jawab Cahya sembari membuka pintu kamar nya.
"Loh.. Kemana yaa Adik mu??"
Sahut Asih sembari menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Memang di kamar nya tidak ada, Bu.?"
"Tidak ada.. Coba kamu cari adik mu!!"
Titah Asih.
Kini Adih dan Cahya mencari Mentari ke segala sisi penjuru rumah, namun Mentari tak di temukan dimana pun. Hanya tinggal kamar tamu yang belum di tengok untuk mencari Mentari.
"Tapi Bu, Mentari bilang kita nggak boleh masuk ke kamar itu Bu"
Ucap Cahya yang nampak ketakutan.
"Krnapa? Lalu bagaimana kalau ternyata Mentari ada di dalam?"
Jawab Asih dengan lantang.
Tidak perduli dengan apapun yang akan terjadi, Asih bersih keras ingin membuka pintu kamar tamu itu untuk mencari Mentari.
Krieettt . . .
Asih mulai membuka pintu kamar yang sudah usang.
"Mentari . . Nak . . Kamu dimana??"
Asih memanggil nya.
"Adek . . Mentari . ."
Cahya pun ikut memanggil.
Namun masih tidak mendapati Mentari disana.
"Apa Mentari main di luar yaa Bu?"
"Kalau gitu kita coba cari di luar"
Asih masih terus berusaha mencari mentari.
Mereka bergegas keluar ke halaman depan untuk mencari Mentari, namun masih belum di temukan.
"Gimana? Mentari sudah ketemu?"
Tanya Mardani dengan santai.
"Belum Pak, bagaimana ini? Hhiikkss . . Hhiikkss . ."
Asih menangis.
Ekor mata Cahya menangkap sesuatu yang mengejutkan dari balik jendela kamar tamu, ia melihat Mentari tengah di dekap oleh sosok nenek tua yang nampak cukup mengerikan.
"I-itu.. Itu Mentari Bu..!!"
Tunjuk Cahya mengarah pada jendela kamar tamu.
Asih dan Mardani pun ikut terkejut melihat nya, dengan tergesa-gesa sembari sedikit berlari mereka menuju kamar tamu tersebut.
"Adek.. Adek..."
"Mentari..."
"Pintu nya terkunci Pak!! Bagaimana ini??"
Ucap Asih penuh cemas.
"Dobrak saja pak pintu nya..!!"
Usul Cahya.
Mardani segera mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar yang nampak sudah usang itu. Namun, saat Mardani sudah siap mendobrak nya, pintu tersebut terbuka secara perlahan..
"Mentari..!!"
Teriak Asih yang langsung memeluk tubuh mungil putri bungsu nya itu.
"Adek.. Kan kamu yang melarang Mbak agar tidak masuk ke kamar ini, tapi kenapa kamu masuk kesini.??"
Tanya Cahya dengan mimik wajah ketakutan.
"Aku di paksa agar masuk ke kamar ini, dan dia bilang kalau dia akan menyakiti ibu dan mbak Cahya jika aku tidak menuruti nya."
Jawab Mentari dengan lirih.
Semua di buat tercengang dengan perkataan Mentari baru saja.
"Si-siapa yang memaksa kamu, nak.??"
Tanya Asih sembari mengerutkan dahi nya.
"Sudah.. Sudah.. Mana ada orang di kamar ini? kamu lihat tuh.. Tudak ada orang kan disini? Nama nya juga anak-anak Bu.. Mungkin Mentari hanya berharap saja!!"
Bantah Mardani dengan lantang.
"I-iyq Bu.. Bapak benar! Di kamar ini kan tidak ada orang!!"
Cahya membenarkan perkataan Bapak nya, walaupun hati nya merasa ada yang tidak beres dengan rumah ini.