Di bawah terangnya bulan.
Terlihat beberapa sosok bayangan berlarian di sebuah hutan.
Salah satu sosok bayangan itu meraba raba tubuhnya.
Seperti kehilangan sesuatu yang berharga.
"Ada apa clod?"tanya salah seorang.
"Sepertinya aku kehilangan liontin itu"jawab orang yang namanya clod.
"Mengapa kau bisa kehilangan itu" sahut yang lainnya.
"Tidak apa Bren, biarkan dia mencari liontin itu, sedangkan yang lainnya masih melanjutkan misi kita" ucap orang pertama.
"Tapi Gray..."sebelum Bren protes, Gray menyela "biarkan saja dia mencari liontin itu, kita cukup fokus ke misi saja".
"Baiklah"Bren hanya bisa pasrah.
"Terima kasih ketua, saya akan kembali secepatnya"ucap clod.
"Kami tidak akan menunggumu, jadi jika kamu ingin bertemu dengan kami, temukan kami di salah satu target kita" Ucap gray.
"Baik ketua"kemudian clod menghilang.
"Apakah tidak apa apa meninggalkan dia sendirian?"tanya salah seorang sosok bayang lain.
"Kamu tau kan liontin itu simbol kita, jika ketahuan seseorang, maka identitas kita terbongkar dan ini akan menyebabkan tuan marah lagi" jawab gray.
"Sepertinya kamu ada benarnya".
"Jadi apakah kita berbincang disini saja atau melanjutkan misi kita?" Bren berkata dengan kesal.
Mendengar itu semua sosok bayang itu menghilang lagi.
"Hey hey kalian meninggalkanku" keluh Bren.
Kemudian Bren juga menghilang.
'dimana liontin itu hilang?'clod memeriksa ingatannya 'apakah itu di salah satu desa yang kami hancurkan?'.
Clod menuju ke arah desa yang di hancurkan kelompoknya sebelumnya.
Kemudian memeriksa sekitaran desa tersebut tetapi tidak menemukan liontin itu.
Setelah sekian lama berkeliaran dia melihat tapak kaki kuda dan manusia yang menggunakan beban berat.
Terlihat dari tapaknya yang dalam.
'apakah ada ksatria yang datang kesini? sepertinya kami sudah mulai di selidiki' clod menghela napas merasa ini akan menjadi merepotkan.
'sepertinya aku harus bertanya ke kota yang ada didekat sini ksatria siapa yang datang ke tempat ini'pikir clod sambil menuju kota terdekat.
Sesampainya disana clod tidak harus mencari tahu atau meintrogasi salah seorang penduduk kota itu.
Sebab clod sudah mendengar gosip para masyarakat yang ada di kota itu, tentang kedatangan ksatria pengawal istana dan kaisar.
'jadi itu jejak ksatria pengawal kaisar kah? sepertinya ini memang akan menjadi sangat merepotkan' clod mengacak acak rambutnya.
"Arghhhh, brengsek mengapa bisa liontin itu tertingalllll!"clod berteriak frustasi.
Beberapa pejalan kaki memandang dengan aneh.
"Sepertinya itu orang gila"
"Iya, biarkan saja dia".
Di sebuah tempat dekat dengan Tanah Kematian.
Muncuk sosok pria berambut merah dengan aura kebangsawanan.
Kemudian dia bergumam dengan kata kata aneh yang seperti mantra kuno.
Tiba tiba muncul sebuah gerbang raksasa yang tingginya sekitar 20 Meter.
Pria berambut merah itu mendorong gerbang raksasa itu.
Swooshh swooossshhh
Angin berhembus saat dia mendorong.
Setelah gerbang raksasa itu terbuka tampak terlihat sebuah meja kuno dan 12 kursi yang sepertinyal tidak ada di zaman ini.
Saat pria berambut merah itu masuk.
Gerbang itu menghilang seolah olah itu tidak ada.
Kemudian dunia sekitarnya nampak berubah digantikan oleh ruangan yang kosong yang dimana semuanya berwarna putih.
Yang hanya terdapat meja dan kursi saja di ruangan itu.
Kemudian pria berambut merah itu duduk di salah satu kursi.
Setelah dia duduk beberapa sosok bermunculan di kursi kursi tersebut.
Sosok tersebut menampilkan sebuah angka di atas kepala mereka.
Wajah semua sosok itu tidak terlihat nampak dilindungi oleh sesuatu.
Terdapat 5 sosok termasuk pria berambut merah.
Sepertinya nomor itu menentukan kekuatan mereka.
"Tumben sekali kamu kesini" ucap orang dengan angka 3 di atas kepalanya.
"Ya, aku mendengar dari bawahanku sepertinya rencanamu gagal" sahut orang dengan angka 9 di atas kepalanya.
"Sepertinya dia membutuhkan bantuan kita, benarkan 6?" ucap orang dengan angka 11 di atas kepalanya memandang orang dengan angka 6.
Orang dengan angka 6 di atas kepalanya hanya diam tanpa berkata apa apa.
"Bisakah kamu hentikan leluconmu?" Jawab pria berambut merah.
"Hey, bukankah kamu yang memanggil kita?" Ucap nomor 3.
"Aku tidak memanggil kalian, aku hanya ingin menemui tuan, kalian sendiri yang memunculkan diri kalian" ucap pria berambut merah.
"Huh kamu tidak asik, nomor 4" nomor 3 menjawab dengan nada tidak senang.
(Aku menggunakan nomor saja agar memudahkan kalian, kalian sudah mengertikan kegunaan angka tersebutkan?).
"Jadi dimana tuan?" Tanya nomor 4.
"Tuan ada kesibukan, dia tidak menanggapi panggilan mu," jawab nomor 11.
"Huh, kalau begitu aku akan kembali saja jika tidak ada tuan"
"Hey hey memangnya ini rumahmu? Bisa seenaknya saja keluar masuk?" Ucap nomor 9.
"Apa maumu?" Nomor 4 memang nomor 9 dengan mata membunuh.
"Hey mata membunuhmu tidak berguna kepadaku" nomor 9 berkata dengan sinis.
"Apa kamu ingin mati" Ucap nomor 4.
"Bunuh aku jika kamu bisa" jawab nomor 9 dengan nada mengejek.
"K-kau!" Saat nomor 4 menuju ke nomor 9, "hentikan itu, tuan akan marah" nomor 6 berkata yang dari tadi hanya diam.
"Jadi untuk itu kamu datang kesini nomor 6" tanya nomor 3.
Mendengar itu nomor 6 hanya diam.
"Cih, awas saja kau nomor 9"ucap nomor 4 dengan kesal.
Setelah itu dia menghilang.
"Jangan memancing emosinya nomor 9" kata nomor 6.
"Aku hanya menggodanya" jawab nomor 9 dengan nada main main.
"Mungkin saat dia memenggal kepalamu itu juga akan main main"ucap nomor 11.
"Baiklah sepertinya tidak ada sesuatu yang menarik, aku kembali terlebih dahulu dadah~"nomor 3 menghilang.
"Aku kembali juga" nomor 11 menghilang.
Tersisa nomor 9 dan 6 di ruangan itu.
Nomor 9 memang nomor 6 setelah beberapa saat dia juga menghilang.
Hanya nomor 6 yang ada di ruangan itu.
Setelah beberapa saat dia juga menghilang.
Istana Kekaisaran August, Kamar Kaisar.
Luke sedang tertidur dengan nyenyak.
Tidak mengetahui bahwa sebuah bahaya besar sedang menunggunya.
Di sebuah pegunungan, Di Benua Tengah.
Terdapat seorang pemuda yang nampak berumur 7 tahun dan wanita yang sepertinya berumur 6 tahun.
Pemuda itu terlihat tampan, dengan rambut berwarna putih, dan mata berwarna keperakan.
Nampak terlihat otot otot muda di tubuhnya.
Seperti orang yang terlatih.
Sedangkan wanita itu rambutnya berwarna ungu dan matanya yang sama dengan rambutnya.
Wajahnya yang penuh lemak tetapi memancarkan kecantikannya tersendiri.
Bisa dipastikan saat dewasa nanti akan menjadi kecantikan yang tiada taranya.
Mereka berdua seperti dalam perjalanan menuju ke desa tempat mereka tinggal.
Setelah beberapa saat mereka sampai di desa tersebut.
Desa tersebut nampak biasa biasa saja bagi orang yang hanya lewat.
Tetapi mereka tidak mengetahui bahwa semua orang yang ada didesa tersebut orang yang pernah menjadi penyelam umat manusia di zaman kuno.
Mereka menyembunyikan keberadaan mereka di desa tersebut.
"Ohhh, sepertinya Alex dan kekasih masa kecilnya sedang kencan" ucap seorang kakek tua dengan tongkat ditangannya memandang Alex dan wanita berambut ungu.
"Tidak, kakek zep kami hanya sedang ingin berburu tetapi tidak mendapatkan hasil apapun" jawab Alex dengan senyum masam.
"Oh begitu, aku kira kalian sedang kencan" ucap kakek zep.
"Aku hanya membantu si bodoh ini, dia sangat ceroboh dan
selalu maju tanpa rencana apapun" ucap wanita berambut ungu.
"Hoo, apakah begitu Freya kecil" ucap kakek zep dengan nada menggoda.
"Baiklah, hentikan menggoda freya kakek zep, kami pulang dulu ke rumah" ucap Alex dengan wajah tersenyum.
"Begitu, jika kamu membutuhkan bantuan, panggil saja kakek" ucap kakek zep dengan ramah.
"Huh kau tua Bangka berguna apa" ucap Freya dengan nada sinis.
Mendengar itu kakek zep hanya tersenyum.
Alex membungkuk dan menyeret Freya ke rumah.