"Kenapa ..." Gadis mungil berambut merah jambu itu mengusap pipi seseorang yang sedang terbaring. "Kenapa kau datang, Mars?"
Air mata mengalir deras, iris lilac itu tampat berkilat. "Sudah kubilang, jangan datang, bego ...," katanya yang masih sempat memaki laki-laki itu.
Dia duduk di samping kepala sosok itu. Menatapnya dengan penuh kasih terbalut dengan perasaan sedih. Benar-benar kecewa atas kegagalan yang telah dilakukannya sendiri. Dia terus menerus menyalahkan diri. Mengulang-ulang kata 'seandainya'.
"Lien ..."
"MARS!"
Gadis itu menangkup kedua pipi si laki-laki. Mendekatkan hidung mereka. Lalu dia berbisik, "Kita mulai dari awal, ya?"
"Enggak. Enggak mau! Please, aku enggak mau." Lelaki itu mengusap kepala si gadis. "Aku enggak mau kau terluka lagi. Tolong jangan mengulanginya lagi ...."
"Tapi aku enggak mau kau mati." Dia berusaha tersenyum. "Aku janji kali ini akam berbeda. Aku janji."
"Dasar gila. Aku enggak mau--mph."
Bibir peach gadis itu menempel dengan milik si lelaki. Mata mereka terpejam. Hanya saja tangan lelaki itu mengepal dengan sangat amat kuat. Dia tau kalau gadis bodoh yang sedang menciumnya akan memutarbalikkan waktu dan berusaha setengah mati agar mereka tidak menjadi sepasang kekasih.
Agar mereka tidak saling mencintai.