Tumbang Juga

Terlihat seorang laki laki muda mungkin berusia sekitar dua puluh tahun keatas, berdiri diatas tumpukan batu 2 yang hancur. Dengan meletakkan sebuah pedang berwarna merah darah dari atas bahunya, dia seperti seorang legenda pendekar berpedang.

Laki laki muda itu mempunyai wajah yang tampan, dengan warna rambutnya berwarna putih sedikit silver dia tampak berbeda dari orang orang yang mempunyai rambut hitam.

Dia mengenakan kalung merah berbentuk kristal merah didepan dadanya, memancarkan sedikit cahaya kemerahan.

Dia juga mengenakan cincin merah dengan hiasan ukiran tulisan aneh dibalik cincin, perawakannya yang sedikit tinggi mungkin cocok untuk seorang laki laki misterius sepertinya.

Pemuda itu mempunyai bola mata berwarna merah, seolah dia manusia yang unik dari sekian banyak manusia yang terlahir dengan bola mata berwarna hitam putih.

Tak lupa dengan jaket merahnya sebagai ciri khasnya, dia mengenakan pakaian rapi meski sedikit robek akibat pertempuran yang dialaminya.

"Waktu bermain sudah habis monster lemah!"

Storm berdiri dengan sempoyongan, lalu kembali menghadap kedepan sambil serius untuk kali ini mengakhiri semuanya.

Karena hari sudah pagi, itu berarti semalaman penuh dia bertarung tanpa henti mencegah monster Darkwolf mencoba meruntuhkan apartemen 2 disekitarnya.

Sebagai manusia fana, Storm juga merasa lelah jika terus terusan bertarung tanpa henti. Dia bukanlah makhluk dimensi yang tidak terikat ruang dan waktu, Storm akan tumbang juga jika terus menerus mengeluarkan kemampuannya.

"Star...

Storm berbicara sesekali menyapu bibirnya yang pecah juga berdarah, ucapannya terhenti karena rahangnya terasa sakit.

"Rrrrrrrh!"

Monster Darkwolf juga menggeher marah, berjam jam dia mengeluarkan semua jurus jurus dari evolusi Asreraserawsnya. Tapi berakhir percuma, manusia itu terlalu kuat untuk dikalahkan.

Serangan terkuatpun hanya menggores lukanya sebelum kembali bangkit seperti zombie yang bermutasi saja.

"Light!"

Teriak Storm sambil mengacungkan tangannya kedepan dengan gemetaran.

Angin kencang tercipta dengan kuatnya, langit bergerumuh seolah menunjukkan kemurkaannya pada dunia.

Lalu terjadilah.

"Whusssh!

"Duaaaarrrh!"

Monster Darkwolf hancur berkeping keping bersamaan dengan hempasan badai kuat meratakan apa saja yang dilewatinya.

Sebagian kota Cyberrun Astra L 500 menjadi dampak kehancuran itu, ribuan penduduk kota yang kehilangan tempat tinggal mereka dipindahkan ketempat pengungsian.

Storm ambruk ketanah yang berdebu setelah menggunakan teknik ledakan bintangnya, dia tumbang juga mengakui kelelahan yang dia alami.

"Huh, huh, huh...

Nafas Storm tersengal sengal dalam keadaan terbaring dengan wajah pucat sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.

Pedang asura berwarna merah yang ada dalam genggaman tangannya menghilang begitu saja. Dan suasana menjadi sunyi bekas pertarungan besar begitu sengitya.

Gadis berambut biru muda sebelumnya tanpa diduga ada didekat Hero berjuluk Armoe Merah itu terbaring pingsan.

Dia segera meminta timnya untuk membawanya juga mengobati lukanya. Gadis berambut biru muda itu merasa dia mempunyai kekuatan tersembunyi penuh misteri.

"Bawa dia kemarkas, kita tidak bisa membiarkannya berada ditempat ini berlama lama!"

Beberapa bawahannya yang berpenampilan seperti bukan orang biasa mengangguk, lalu segera memasukkan tubuh Storm kedalam mobil lumayan mewah.

"Bagaimana keadaan koordinat lainnya? Apa ada kesamaaan seperti kekacauan yang terjadi saat ini?"

Tanya gadis berambut biru muda itu tampak duduk dikursi belakang, bersebelahan dengan Storm yang tak sadarkan diri.

"Sama saja nona, diberbagai belahan dunia terjadi banyak kekacauan dari kemunculan para monster!"

Balas pria berjas hitam dengan kacamata hitammya, mengemudi mobil melintasi jalanan menuju kemarkas mereka berada.