Kelompok Pemberontak Kerajaan

Disebuah rumah sederhana lumayan jauh dari istana kerajaan.

Tampak seorang pemuda yang terbangun dari pingsannya. Hal pertama dilihatnya ialah kamar sangat asing baginya.

Walau tidak mengalami luka apapun akan tetapi kepalanya masih terasa sedikit pusing setelah tidak sengaja terhantam kapak milik Iron Crone.

"Keparat itu akan kucincang dia nanti!"

Storm yang kesal mengutuk Iron Crone dan akan membalasnya nanti.

Tidak lama pintu kamar terbuka lalu muncullah beberapa orang dengan wajah biasa tetapi terkesan misterius.

"Kau sudah sudah nak?"

Salah satu dari mereka berucap sambil menepi ditepi kamar menanyakan keadaannya.

"Siapa kalian?"

Storm sontak bangkit dan bersiap bertarung setelah merasakan jika mereka bukanlah manusia biasa.

Storm bisa merasakan jika mereka memiliki semacam Energy dari dalam tubuh mereka. Itu jelas menandakan jika mereka bukan orang sembarangan.

"Tenanglah nak, kami tidak memiliki niat jahat terhadapmu...

"Salah satu rekanku menemukanmu terbaring disekitar sungai dan karena kasihan dia menolongmu!"

Seorang pria mengenakan penutup wajahnya serta pakain serba hitamnya berkata santai melihat ekspresi itu.

"Tunggu, sial mereka ternyata membuangku?"

Seketika Storm marah mendengar perkataan orang aneh itu.

Saat dalam keadaan pingsan dirinya merasa seperti dilempar oleh beberapa orang. Bahkan seperti hanyut tanpa bisa melihatnya secara langsung.

Rupanya Storm sadar jika dia dibuang oleh orang suruhan Iron Crone dan bukan mengantarkannya ketempat tempat perawatan.

"Kalau begitu terima kasih pertolongan rekanmu itu!"

Storm akhirnya memilih menarik kekuatannya dan berjabat tangan dengan orang aneh itu sebagai bentuk damai.

"Bagus anak muda, tetapi berterima kasihlah kepada dia karena dialah yang menyelamatkanmu!"

Sebelumnya pria aneh mengenakan penutup wajahnya itu mengenalkan nama samarannya yaitu Entrys.

"Ah, ya, terima kasih kau sudah repot menolongku!"

Storm paham dan dia berkata terima kasih.

Meski ini termasuk merendahkan harga dirinya sebagai makhluk terkuat. Akan tetapi dikarenakan jiwanya masihlah memiliki hati manusiawi.

Storm tidak memperdulikannya dan dia berharap agar penyamarannya tetaplah aman terkendali.

"Tidak perlu berlebihan tuan!"

Tampak seorang gadis kecil menunduk malu melihat pemuda tampan bak seorang pangeran antah barantah itu mengucapkan kata terima kasih.

Perkenalan mereka ada tiga orang, Entrys adalah pemimpin dari mereka berdua sekaligus sosok buronan paling dicari oleh kerajaan.

Tak lain dia adalah pemimpin para pemberontak itu sendiri.

Lalu ada Rise Claimoon, gadis kecil itu dengan rambut Purple, serta memeluk boneka berbentuk seperti seekor beruang abu abu.

Terakhir Cain Revestiny, putra bangsawan dari keluarga Revestiny dari Selatan yaitu Cirsosry. Cain diusir dan buang dari keluarga maupun status bangsawannya.

Karena menyimpan dendam terhadap Drake, Cain bergabung bersama Estry sebagai pemberontak kerajaan.

"Kamu bisa memanggil kami sebagai Farlynator!"

Estry memperkenalkan dia dan nama pemberontak kerajaan kepada pemuda itu.

"Kalian bisa memanggilku Rem Scraster!" 

Tidak mau kalah pamer namanya dengan bangga Storm memperkenalkan nama kerennya kepada sekumpulan orang mengaku pemberontak itu.

Ditempat ruang tamu rumah sederhana itu.

Storm bersama ketiga orang yang menolongnya bersulang sambil berbagi cerita.

Estry bercerita jika mereka bertiga adalah tidak seperti para pemberontak lain karena kutukan. Mereka mendapat kutukan setelah terikat jiwa dengan makhluk jiwa demi mendapatkan kekuatan.

Seperti halnya Estry, dia dapat kembali bangkit meski tubuhnya tercincang sekalipun.

Rise dia gadis kecil yang malang. Rise dapat mengendalikan bonekanya menjadi hidup. Apabila Rise tidak bisa mengontrol kendali jiwa bonekanya maka jiwanya sendiri akan ditukar oleh bonekanya.

Cain, dia akan terus merasa marah dan kebencian yang mendalam. Akan tetapi semakin dia marah maka semakin kuat pula dirinya.

Oleh karena itu Cain selalu berusaha bersikap ramah dan tidak menghiraukan ejekan orang orang agar dia tidak membunuh mereka.

"Kutukan? Aku seperti pernah mendengarnya?"

Storm sedikit iba melihat mereka bertiga yang tampak menyedihkan menerima kutukan mereka sendiri.

Namun pikirannya berusaha mencari seseorang yang pernah dia dengar akan tetapi sedikit sulit mengingatnya.

Storm menghela nafas kasarnya tanpa ekspresi tetapi pusing dengan pikirannya sendiri.