Menyaksikannya Mati Tanpa Menyentuh

Ditempat evakuasi jalur kota Rossarios menuju istana.

Cain yang baru saja tiba sontak membelalakkan matanya. Rise dan bawawannya Norse tergeletak mati dalam keadaan mengenaskan.

"Rei... rei... se?"

Mata Cain melotot tidak percaya dan juga wajah yang kaget.

Tampak seorang pemuda tengah duduk santai didekat bebatuan. Dia adalah orang yang telah membunuh kedua pemberontak Farlynator yang dia kenal.

"Yo, Cain Revestiny!"

Pemuda itu menyapanya dengan senyuman seringai yang dia perlihatkan.

"Re...m?"...

"Kau...

Seketika emosinya meluap luap setelah tahu siapa yang telah membunuh Norse dan paling yang membuatnya tidak terima ialah Rise.

Cain telah lama menyimpan perasaan kepadanya, namun karena mereka adalah pemberontak maka tidak mempunyai waktu bersama meski sering menjalankan misi bersama sama.

"Mengapa kau membunuh Reise? Apa salah dia hingga kau tega menghabisi nyawanya?"

Cain tertunduk lemas dan jatuh ditanah dengan wajah kesedihan mendalam.

"Kau berpihak pada kerajaan dan bahkan membunuh Reise?"

Tambah Cain lagi yang tidak terima dia mati seperti itu.

Saat ini suasana sangatlah sepi nan sunyi. Semua orang yang sebelumnya ramai kini telah berada dihalaman istana yang luas dan megah.

"Aku akan membunuhmu, Rem!"

Cain yang sudah dipenuhi kemarahannya bersumpah akan membunuhnya dengan tangannya sendiri.

"Sesedih apapun cerita penjahat...

"Bagiku mereka harus mati ditangan keadilan!"

Storm menjelaskan mengapa dia melakukan semua ini.

Pertama dia membunuh Rise dan Norse tanpa menyentuhnya. Storm menggunakan Blades Crimson melesatkannya lalu membunuhnya tepat dibagian jantung mereka.

Kedua ialah Storm sudah bertekad jika dia memilih dijalan pahlawan, meski tidak ada yang pernah mengakuinya.

"Aku telah lama bertarung dengan berbagai musuh dan kebanyakan dari mereka mempunyai masa lalu yang kelam!"

Storm menambahkan bahwa dia berusaha menjelaskan secara rinci kepada Cain.

"Aku hanya ingin mereka lebih baik pergi tenang daripada harus menjadi budak bagi kerajaan Wisteria...

"Bahkan tidak mungkin hukuman mati Rise dapatkan jika aku tidak membunuhnya lebih dulu!"

Storm menghela nafas kasarnya sambil menatap langit cerah.

Membunuh sudah menjadi hal biasa baginya. Akan tetapi Storm dengan sangat terpaksa harus menghabisi Rise karena tidak ingin dia dijadikan bahan tontonan bagi semua bangsawan kerajaan.

Mengingat dia menyadari jika para bangsawan sangat membenci pemberontak seperti Rise dan dirinya yakni Cain.

"Apa yang kau lakukan begitu mulia Rem! Aku tidak sempat berfikir sejauh itu?"...

Cain tersentak sadar setelah mendengar semua cerita Rem.

"Reise, tenanglah aku akan menemuimu karena aku tidak bisa melihatmu pergi meninggalkanku!"

Perlahan Cain menggenggam tangan kecil Rise lalu memeluknya dengan isak tangisnya.

"Bunuh aku juga Rem, aku sadar cepat atau lambat kekalahan akan menimpa atas semua perang ini!"

Cain mendesak dan meminta Rem agar membunuhnya juga.

Dia siap mati jika harus bersama Rise. Cain merasa perang ini hanya akan sia sia saja sebab Rem telah berpihak kepada musuh yakni pihak kerajaan.

"Whussh!

Aura membunuh pekat seketika mencekik udara hingga berguncang begitu dahsyatnya.

Cain memejamkan mata sembari tersenyum memandang wajah Rise yang sudah pucat. Dalam keadaan berpelukan Cain mati bersama Rise setelah nyawanya terkena serangan fatal.

"Huh!"

Storm mendesah kesal sebab hawa membunuh Blades Crimson terlalu keji.

Bahkan dia belum mengeluarkan senjata Blades Crimson. Justru Cain lebih dulu mati terkena hawa membunuhnya saja.

"Pergilah dengan tenang...

"Cain, Rise, aku harap kalian memahaminya mengapa aku melakukan semua ini!"

"Whussh!

Storm lantas membakar mayat mereka hingga hangus dan lalu sirna tertelan angin yang memisahkannya.

Apa yang dia lakukan sangatlah keji bahkan terkesan kejam. Tetapi Storm sadar jika dia hanya ingin berusaha bersikap netral tanpa harus ikut campur masalah kerajaan Wisteria ini.