Pesan Terakhir Kepadanya

Istana kerajaan yang megah itu.

Semua orang merayakan keberhasilan kerajaan setelah memenangkan perang, dan melenyapkan para pemberontak Farlynator selamanya.

Dibalik keberhasilan itu terdapat banyak status dari para bangsawan dan juga semua rakyat kerajaan. Mereka menyambut orang yang telah berjuang demi nama kerajaan.

Sementara itu putri Anna berdiri didepan balkon istana yang megah. Tatapannya menatap langit dengan tatapan kosong.

"Pangeran Noen...

Setelah mendengar perkataan Liosre tentang Noen yang akan meninggalkan kerajaan.

Mungkin saja dia akan pergi jauh dan bahkan tidak pernah bertemu kembali dengannya. Anna merasakan kesedihan mendalam setelah lelaki yang dia sukai pergi jauh.

"Aku bahkan belum sempat menyatakan perasaan kepadamu, pangeran Noen!"

Anna merasa bahwa hatinya terlalu sakit menerima kenyataan ini. Tetapi Anna sadar bahwa dia tidak akan pernah bisa mencegah kepergiannya.

Mungkinkah takdir yang tidak pernah merestuinya bersama laki laki yang dia cintai meski tidak begitu lama mengenalnya?

Anna memasang wajah murung dan tatapan kosong menatap semuanya akan kesedihannya sendiri.

"Putriku, biarkanlah Noen pergi karena dia memiliki tugasnya sendiri...

"Ayahanda tidak tega melihat putri semata wayang ayahanda terlalu larut dalam kesedihan!"

Raja Graham berdiri dibelakang putrinya dengan senyum lebarnya dia berkata memberi nasehat kepada putrinya itu.

Terutama membiarkan seseorang yang pernah menjadi bagian dari hatinya agar melepaskannya. Sebab harapan yang nyata sangatlah menyakitkan apalagi tak semuanya bisa tercapai.

"Ayahanda!"

Anna beranjak lalu menangis dipelukan sang ayahandanya.

Dia meluapkan rasa kesedihannya setelah Noen yang telah menjadi pangerannya benar benar pergi. Anna harus tetap kuat sebab dia adalah penerus takhta kerajaan ini.

"Masih ada banyak pangeran lain yang akan menjadi pendampingmu, putriku!"

"Biarlah Noen pergi tanpa harus meninggalkan bekas dihati putri ayahanda!"

Raja Graham mengusap rambut hitam terurai putrinya itu.

Sebagai seorang ayah tentunya dia harus mendukung dan memberi nasehat terbaiknya. Raja Graham merasa dia memerlukan calon penerusnya, oleh karena itu dia berharap putrinya melupakan Noen.

"Iya ayahanda...

"Aku akan menjadi Ratu yang bijaksana bagi kerajaan Wisteria, dan juga... melupakan pangeran Noen!"

Anna melepaskan pelukannya dan menatap berbinar dengan penuh tekad.

Lalu dia berjalan kedepan balkon istana. 

Semua orang bersorak sorai menyambut dan melihatnya. Mereka meneriakkan namanya karena dia akan menjadi penerus Raja Graham nantinya.

"Ayahanda bangga denganmu, putriku!"

Raja Graham menghela nafas dan menghembuskannya.

Kini keinginan istrinya dulu yang berharap putri mereka tumbuh menjadi calon pemimpin adil nan bijaksana telah tercapai.

Raja Graham tersenyum bahagia, dimasa tuanya ini putrinya yang akan menjadi penerusnya memimpin kerajaan Wisteria setelahnya.

"Pangeran Noen, lihatlah aku akan menjadi Ratu yang nantinya akan menjadi seperti ayahanda yaitu adil dan bijaksana sebagai pemimpin kerajaan!"

Anna berdiri sambil tersenyum menatap angkasa dengan berbinar.

Gaun yang dikenakannya berhembus tertiup angin pelan. Anna dengan rasa berat hati dan sulit dilakukan menyampaikan pesan terakhirnya kepada pangeran Noen.

"Kamu akan tetap menjadi cinta pertamaku, meski kita tidak akan pernah bersama...

Anna berucap lirih sambil menahan kesedihannya.

"Kau pangeranku, Noen!"

Anna tersenyum bahagia seeaya menatap angkasa dan berharap jika semua yang dikatakannya bisa meredakan kesedihannya.

Biarlah waktu yang mempertemukan mereka dikala semuanya tidak akan pernah sesuai harapan. 

Melepaskan kepergiannya memanglah sulit baginya, akan tetapi dia tidak akan bisa mencegat kepergian dan tidak akan pernah bersama kembali disaat pertemuan singkatnya.