Wait

G

***

"Huh…."

Suasana senja dengan siluet dua pria paruh baya yang duduk berdampingan di atas tebing yang menjulang tinggi. Angin musim gugur mengacak-acak rambut mereka dan membawa aroma segar hutan belantara di sekitar mereka.

Desir

"Hampir hancur," ucap lelaki pertama dengan suara berat, matanya menatap ke arah cakrawala yang kini diselimuti bayang-bayang senja.

Pria kedua mengangguk, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. "Bajingan itu dan antek-anteknya sekarang hampir hancur hanya karena serangan pemerintah? Mereka tidak bisa menghadapi serangan itu sendirian, sungguh lemah…."

Pria pertama mengangguk dengan tegas. "Memang benar. Tapi kalau kita tidak melakukan intervensi, kita akan kehilangan satu tangan. Jadi, kita harus pergi ke dunia luar. Berikan bantuan kepada mereka."