"Waktu itu"
Kau menjadi bagian besar atas pencapaian yang kau awali.
Beserta usia yang terbilang masih muda, jalan itu terasa mulus sekali kau dapatkan.
Pada saat kau telah berada pada bagian besar tersebut,
Satu per satu orang-orang berdatangan, kali ini lebih kompleks. Datang dan meraih akrab tiba-tiba, setelah lama tak bersua, jauh sebelum kursimu punya sandaran.
"Konteksnya bukanlah mengungkit"
Kau jadi punya tongkat pada kursi itu, dikelilingi mereka yang rasanya tak tela jika kau beranjak dari tempat dudukmu.
Karena kau punya hati nurani, maka kau biarkan mereka makin berkerumun, bertindak sesuka hati. Tentu tak ada yang mau ambil pusing saat itu untuk meladeni mereka yang sekonyong-konyong itu. Karena, ada kau yang sedang duduk di belakang mereka.
Wajahmu makin dikenal, pertemanan makin kental, dan koneksi mulai menebal.
"Tanpa bermaksud jumawa"
Sayangnya, karena hati nurani mu masih bersih, kau tak berberat hati untuk membantu, menolong, bahkan membopong mereka yang kelihatan sedang merangkak.
Tak sedikit pula yang merengek, walau kantung celanamu sangat terkikis dan hampir habis, kau tetap usahakan apa yang kau lakukan demi menolong, dan kau ikhlas-ikhlas saja menerimanya.
"Pengenalan gejolak hati"
Dari sana, beberapa wanita ikut masuk dalam cerita. Jangankan untuk menggoda, sebelum kau tanyakan namanya, mereka lebih dulu meminta nomor 'WA'
Beberapa teman sekelilingmu sudah pasti makin iri. Pasalnya, enteng betul kau dekat dengan wanita-wanita yang bisa dibilang elok rupa.
*bersambung...