Bab 2, Chapter 22: Obrolan Kecil

"Duduklah. Di kasurku juga tak apa," ujar Kuroto.

"Ah terima kasih banyak Pak." Aruta pun duduk di kasur itu danmenyandarkan kedua tangannya.

"Haha tak usah sungkan begitu." Kuroto melihat jam tangannya sebentar sebelum kembali berkata, "Oh iya. Kemarin aku lupa menjelaskan tentang batu yang kau temukan itu ya."

"Iya. Tapi Mono sudah menceritakannya kok," jawab Aruta. "Tapi kalau ada informasi tambahan tentangnya, aku tak keberatan mendengarkan."

"Hmm enaknya aku ceritakan apa ya."

"Di pelajaran sejarahmu, kau ada pembelajaran yang mempelajari Arthuria Luminaire kan?" tanya Kuroto.

"Ya. Tapi pelajaranku masih belum sampai situ," jawab Aruta. "Tapi aku pernah mendengar namanya. Kaisar yang pernah menguasai setengah dari dunia. Kurang lebih itu yang aku ingat."

"Hmm kau benar. Tapi ada satu hal yang mungkin, tak terdengar lagi pada cerita Kaisar Arthuria," ujar Kuroto.

"Apa itu?" tanya Aruta.

"Mono sudah menceritakanmu tentang masa keemasan LYNK kan?"

"Iya." Aruta pun berfikir sebentar dan menyadari sesuatu. "Oh, tak ada yang pernah mengungkit masa keemasan LYNK pada saat itu ya."

"Pintar! Entah mengapa pada masa sekarang, orang-orang seakan tak tahu keberadaan sihir LYNK. Kami juga enggak memberitahu masyarakat karena takut membuat orang-orang gelisah sih. Jadi ya ada untungnya lah," ujar Kuroto. "Sudah dulu ah cerita seriusnya. Ayo bicara yang lain."

"Bicara tentang apa?" tanya Aruta.

"Hmm." Kuroto menempelkan kepalan tangannya ke dagunya sembari berfikir. Kuroto melihat sekeliling dan melihat sepatu Aruta. Kuroto tak mengatakan apapun namun hanya tersenyum. Aruta awalnya bingung namun saat sadar Kuroto melihat sepatunya, ekspresi Aruta pun menjadi cemberut.

"Apa lihat-lihat," ujar Aruta.

"Pfft. Mesum."

"HEY!!!"

Kamar Aruta dan Kuroto pun menjadi cukup ramai. Kuroto sering menggoda Aruta di situ. Walau mereka juga sering tertawa terbahak-bahak bersama.

***

Sejam berlalu dan Mono akhirnya datang di markas. Mono memasuki markas dan melihat Bu Haruki yang sedang menonton tv. Bu Haruki melihat Mono yang masuk pun langsung berdiri.

"Hai Mono," sapa Bu Haruki.

"Selamat sore, Bu. Apa Aruta sudah sampai?" tanya Mono.

"Sore. Ya dia sudah sampai dari tadi. Dia sedang di kamarnya Pak Kuroto sekarang," jawab Bu Haruki.

"Begitu ya, kalau begitu saya kesana dulu," ujar Mono.

Mono mulai berjalan menuju kamar Kuroto. Namun masih jauh dari kamarnya, Mono dibuat terkejut mendengar suara tawa keras dari arah kamar Kuroto. Saat Mono sampai di depan kamar Kuroto, Mono melihat kamar itu yang tak ditutup. Mono melihat kedalam dan melihat Kuroto dan Aruta yang sedang bermain kartu berdua di atas kasur.

"Bwahahahaha! untung gak ada taruhan. Jual rumah kamu kalo ada taruhan," ujar Kuroto sembari tertawa terbahak-bahak.

"Sialan... ulang ulang! kau pasti mencurangiku pada saat mengocok kartu!" ujar Aruta. "Sini aku saja yang kocok kartunya!" Aruta pun langsung berusaha meraih kartu itu dan Kuroto berusaha menahannya.

"Eits, tidak bisa."

"Ehem," deham Mono membuat Aruta dan Kuroto terdiam dan menoleh ke arahnya.

"Oh Mono. Kau mau ikut juga?" tanya Kuroto.

"Hey bapak bilang kan ada misi," ujar Mono.

"Oh iya aku sampai lupa. Kau lama sekali sih datangnya," ujar Pak Kuroto.

"Biasalah, Kakak," jawab Mono. "Misi kelas apa, Pak?" tanya Mono.

"Hanya kelas ringan. Aku akan menjelaskan misinya nanti," jawab Kuroto.

"Kelas?" tanya Aruta.

"Ya kelas. Ada beberapa kelas misi yaitu kelas ringan, sedang, berat, dan khusus. Penyihir juga ada kelasnya yaitu penyihir kelas ringan, sedang, berat, dan elit. Begitu juga dengan junoi. Seberapa bahaya misi itu akan menjadi kelas dari misi itu. Dengan begitu kita bisa menentukan penyihir kelas apa yang harus menanganinya," jelas Kuroto.

"Oh ya? kalau begitu aku kelas berapa?" tanya Aruta.

"Hoho untukmu tentu saja ada kelas yang spesial untukmu~" ujar Kuroto.

"Oh ya? Beritahu aku, beritahu aku!" ujar Aruta dengan kedua matanya berbinar-binar.

"Kau kelas... " Aruta masih menunggu dengan tatapan yang dipenuhi oleh harapan.

"Kelas ringan."

Mendengar jawaban Kuroto, mata penuh harapan Aruta pun hancur seketika dan Aruta tergeletak lemas di kasur. "Lalu kenapa bapak tadi bilang kelasku spesial?" tanya Aruta dengan suara lemas.

"Hey ayolah. Kau baru saja bergabung. Kau bisa meningkatkannya nanti," jawab Kuroto.

"Kalau Mono? dia kelas apa?" tanya Aruta.

"Dia sudah kelas menengah. Dan karena dia kelas yang tertinggi di tim ini, dia yang akan memimpin misi kali ini," jawab Kuroto.

"Yup- hey tunggu. Memimpin?!" tanya Mono terkejut. "Kenapa harus aku? Kan bisa Kak Oliver atau Kak Bela aja," protes Mono.

"Mereka berdua sedang menjalankan misi bersama Pak Gren sekarang. Kau juga perlu pengalaman," ujar Pak Kuroto.

"Huff, yasudahlah," ujar Mono menghela nafas.

Tidak lama kemudian, Bu Haruki menyaut dari luar kamar, "Hey Kuroto. Anggota baru kita sudah datang."

Kuroto langsung beranjak berdiri dari kasurnya sembari berkata, "Sudah datang ya. Aku akan kesana!" Kuroto menatap Aruta dan Mono sembari berkata, "baiklah, kalian akan mendapat teman baru. Ayo sambut dia."

Aruta, Mono, dan Kuroto mulai berjalan menuju ruang tamu. Di ruang tamu ada Haruki yang sedang berbicara kepada seseorang. Haruki sadar Kuroto dan yang lainnya datang pun menoleh.

"Ah akhirnya kalian datang," ujar Bu Haruki. "Aruta, Mono, ini teman baru kalian."

Haruki bergeser dan seorang gadis berambut pendek, menggunakan celana dan berjaket pun terlihat.

"Aruta, Mono, perkenalkan ini rekan baru kita, Yurisako Ayame! Kalian bisa memanggilnya Sako," ujar Kuroto dengan penuh semangat.