Bab 1 : Kunci atau Ciuman

Suara bel pulang terdengar di seluruh penjuru sekolah, membuat para siswa yang mendengarnya bergembira. Tidak terkecuali Azel yang ikut senang karena pelajaran telah berakhir.

"Baik, pelajaran ibu cukup sampai disini dan jangan lupa tugas kalian dikerjakan. Minggu depan kumpulkan." Setelah Ibu Dewi guru bahasa itu mengucapkan hal tersebut beliau keluar kelas dengan tasnya dan barang bawaannya.

Azel yang sudah membereskan meja segera keluar kelas bersama para murid lainnya. Di luar kelas sudah sangat ramai oleh para siswa yang berbondong-bondong keluar kelas.

Azel mulai berjalan menuju ke arah tangga yang tak jauh dari kelasnya berada. Tangga yang sangat ramai membuat para siswa dan siswi yang lainnya berdesakan. Azel yang berada di antara desakan para siswa-siswi itu hanya bisa mengikuti arus mereka agar bisa menuju aula sekolah.

Saat sudah berada di aula sekolah Azel menghirup udara sebanyak-banyaknya, karena jujur ia sangat sesak ketika harus berdesakan. Azel melanjutkan jalannya lagi dan keluar dari aula menuju lapangan tempat gerbang keluar gedung sekolah ini berada.

Saat sudah sampai di depan gerbang sekolah, Azel melihat jam yang melingkar di tangan, jarum jam sudah menunjukkan pukul 14.46. Butuh waktu tiga menit lagi bagi Azel untuk menunggu bus yang menuju rumahnya.

Namun kenyataan tidak, sudah sembilan menit berlalu Azel habiskan menunggu dibawah sinar matahari yang sangat terik dan panas. Melihat jalan raya yang penuh dengan kendaraan berlalu lalang hanya menambah rasa bosannya.

Sebelum benar-benar mati terpanggang oleh sinar matahari, bus yang sudah ditunggu oleh Azel akhirnya datang dan berhenti tepat di hadapannya. Saat pintu bus terbuka Azel segera masuk ke dalam bus.

Di dalam bus, Azel duduk di samping jendela dan segera merasakan kesejukan udara yang berhembus masuk dari luar. Perjalanan pulang pun dimulai, melintasi jalan raya yang padat dengan kendaraan.

Saat bus melaju pelan menuju rumah, Azel memandang keluar jendela dan melihat pemandangan di sekitar. Rumah-rumah penduduk, toko-toko kecil, dan pepohonan yang teduh membuatku merasa tenang.

...

Leo yang sudah berda depan pintu rumahnya, segera mengeluarkan kunci yang ia simpan didalam tas sekolahnya. Namun saat akan akan memasukan kunci tersebut, kunci yang berada di tangannya diambil dari genggam nya secara tiba-tiba. Sontak membuat leo terkejut.

leo membalikan badanya untuk melihat pelaku yang mengambil kuncinya. Begitu ia membalikan badanya dan melihat sang pelaku membuat leo memutar bola matanya malas.

"Lo lagi ... lo lagi ada masalah hidup apa si lo sama gua, Ha! " geram Leo dengan orang dihadapan nya sekarang.

Sementara laki-laki yang dihadapan leo hanya menampilkan senyuman nya saja. " Hehe... maaf. Gua gak ada masalah kok sama lo. cuman kangen aja sama cintaku ini."

Rasanya Leo ingin muntah sekarang mendengar ucapan yang terlontar dari mulut laki-laki dihadapannya. Sungguh Leo sangat capek untuk menghadapi orang hadapannya sekarang.

Menghela nafas sebentar, "balikin kunci gua! Gua capek." Pemuda dihadapannya leo menaikan alisnya sebelah dan terlihat senyuman kecil dari bibirnya.

"Gua balikin tapi ada syaratnya," ucap pemuda yang mengikis jarak diantara leo. Sementara Leo hanya tertawa kecil seakan tidak takut, ia mendongak kepalanya dan Leo menatap kembali tatapan kedua manik dihadapannya.

"Apa? " Dengan percaya diri Leo berkata karena ia tidak mau lama-lama dengan orang didepannya ini.

Laki-laki itu menyeringai lalu berkata, "cium gue dulu baru gua balikin," sontak membuat mata leo melotot dengan perkataan yang baru saja ia dengar. Azel yang mendengar nya secara spontan mendorong tubuh pemuda itu dengan kasar dan Azel kemudian berkata,

"Najis!"