Entah itu saat makan bersama atau perjalanan belanja, semuanya berjalan dengan lancar bagi Qiao Lian.
Tetapi sekarang mereka hendak berpisah...
Dia sudah merasa lengah ketika tiba-tiba dia menggenggam tangannya.
Dia membelalakkan matanya dalam kengerian dan berbalik. Selanjutnya yang dia tahu, Lu Nanze sudah menekannya ke pinggir mobil.
Tempat parkir bawah tanah tidak terlalu terang.
Karena punggungnya menghadap cahaya, dia tidak bisa benar-benar melihat ekspresi wajahnya. Tapi suaranya kini berkumandang di telinganya, "Qiao Lian, apa kau membenciku sebegitu rupa?"
Kemelankolian yang jelas dalam kata-kata itu membuat hatinya tanpa sadar mundur.
Qiao Lian tercengang. Lu Nanze yang dia kenal adalah seorang pria sombong dan keras kepala.
Bahkan saat masih kecil, dia memiliki kepribadian yang menyebalkan dan sangat arogan sehingga orang-orang merasa terganggu dengannya.
Dia memandangnya dan berkata, "Kamu tidak akan pernah punya teman jika kamu terus bersikap seperti ini."