"Apa yang kamu pikirkan, Sayang?" tanya Dave sambil merangkul tubuh Fiona.
"Ah, gak apa-apa, Dave. Aku hanya berpikir kamu harus cepat menemukan pembunuh ibumu sebelum jatuh korban lagi." jawab Fiona yang membuat Dave berpikir kalau calon istrinya ada benarnya juga. Dia pun mengambil ponsel nya dan menuju ruang kerjanya.
Sementara Fiona keatas menuju kamarnya hendak membersihkan diri. Tetapi tiba-tiba pinggangnya merasa sakit dan dia pun pingsan di kamar mandi. Sebelum benar-benar pingsan, Fiona mendengar ada yang masuk ke kamar dengan mengenakan blush berwarna coklat dan sepatu hak tinggi hitam.
"Kamu melakukan pekerjaan dengan sangat bagus. Ini bayaran untukmu!" ujar seorang wanita paruh baya sambil memberikan kartu pada pelayan tua itu.
"Terima kasih, Nyonya. Lalu bagaimana dengan Nona Fiona yang pingsan di kamar mandi?" tanya pelayan tua itu lagi.
"Sabar saja. Nanti Dave juga akan ke kamar. Ya sudah, aku pergi dulu. Ingat pin kartu itu ulang tahun cucumu." ujar wanita paruh baya itu pergi dari jalan belakang.
Tak lama Dave pun keluar dari ruang kerjanya menuju kamarnya. Dia pun sangat kaget menemukan Fiona yang sudah pingsan di kamar mandi. Dave pun dengan cepat menelepon sahabatnya yang merupakan seorang dokter untuk datang kerumah.
"Rio, bagaimana istriku?" tanya Dave dengan khawatir.
"Dia istrimu? Kapan kamu menikah? Dan kenapa aku tidak di undang?" tanya Rio becanda.
"Udah! Hentikan candaanmu! Tidak lucu! Sekarang katakan padaku bagaimana keadaannya atau aku akan mencabut lisensimu!" ancam Dave.
"Baiklah, baiklah. Gini, apa istrimu mengkonsumsi sesuatu yang membuat ginjalnya bermasalah?" tanya dokter ganteng itu.
"Setahuku tidak ada. Tadi pagi aku hanya memasakkan dia bubur. Kecuali.....sial! Aku kecolongan!" maki Dave yang langsung berlari keluar.
"Ada apa dengannya?" ucap Rio bertanya-tanya sambil menuliskan resep untuk Fiona.
Tak lama Rio pun meletakkan resep itu di meja samping tempat tidur Fiona dan keluar dari kamar. Lalu Dave membawa bubur yang dimakan Fiona untuk di test di laboratorium apakah bubur itu sudah dicampur dengan arsenik.
Sekilas Rio mencium dan memang ada racun arsenik. Tapi untuk pastinya, Rio akan mengetest nya di laboratorium. Sementara pelayan tua itu dibawa ke gudang bawah tanah yang dipenuhi dengan anjing ganas dan alat penyiksaan yang banyak.
"Bi Rina, sudah berapa lama kamu bekerja disini?" tanya Dave sambil memegang beberapa alat penyiksaan berupa pisau.
"Su-dah 30 tahun lebih, Tu-an muda." jawab pelayan tua itu dengan takut-takut.
"Apa kami pernah merugikanmu?" tanya Dave lagi.
"Ti-dak per-nah, Tu-an. Tuan mudan dan Tu-an be-sar sangat baik padaku dan ke-lu-argaku." jawab pelayan tua itu dengan gelagapan.
"Kalau begitu kenapa kamu begitu tega meracuni istriku dengan arsenik?" tanya Dave sambil menggebrak meja sehingga membuat anjing-anjing piaraan lelaki itu menggonggong.
"Ma-maafkan aku, Tuan muda. Aku salah! Aku sudah mengecewakan Tuan dan Tuan besar. Maafkan aku, Tuan muda." mohon bi Rina.
"Bagus kalau kamu tahu itu! Sekarang katakan padaku, kamu dipaksa untuk melakukan itu?" tanya Dave sambil mengambil kursi untuk duduk di depan pelayannya itu.
"I-ya, Tuan. A-ku .... di-paksa melakukan itu. Kalau tidak ... nyawa cucuku taruhannya." ngaku bi Rina sambil menunduk.
"Selidiki dimana cucunya sekarang!" pinta Dave pada anak buahnya yang langsung menganggukkan kepalanya dan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.