bertemu dengan Leviathan

Setelah kemenangan besar melawan Dajjal dan hilangnya kejahatan dari dunia, Nabi Isa AS dan Imam Mahdi memimpin umat manusia dalam era baru yang penuh kedamaian dan keadilan. Namun, tantangan belum sepenuhnya berakhir. Dalam hari-hari yang tenang setelah pertempuran, Nabi Isa AS mendengar kabar tentang makhluk legendaris yang dikenal sebagai Leviathan, monster laut yang menakutkan dan memiliki kekuatan besar.

Nabi Isa AS, dengan tujuan untuk memastikan keamanan dan ketenangan dunia, memutuskan untuk menemui Leviathan. Dengan bimbingan ilahi, ia menuju lautan dalam di mana Leviathan dikatakan bersemayam. Di sana, di kedalaman yang gelap dan misterius, Nabi Isa AS akhirnya bertemu dengan makhluk raksasa ini.

Leviathan muncul dari dalam laut dengan penampilan yang mengagumkan sekaligus menakutkan. Tubuhnya yang besar dan bersisik, matanya yang berkilau seperti bintang, serta gerakannya yang kuat, membuat siapapun yang melihatnya merasa gentar. Namun, Nabi Isa AS berdiri tegak tanpa rasa takut, mengetahui bahwa kekuatan ilahi selalu bersamanya.

Leviathan, dengan suara gemuruh seperti badai, berbicara kepada Nabi Isa AS:

"Siapakah yang berani mendekati wilayahku dan menantang keberadaanku?"

Nabi Isa AS menjawab dengan tenang dan penuh keyakinan:

"Aku adalah Isa, utusan Allah, datang untuk memastikan bahwa dunia ini tetap dalam kedamaian dan keadilan. Aku tidak datang untuk menantangmu, tetapi untuk memastikan bahwa keberadaanmu tidak mengancam umat manusia."

Leviathan, yang selama ini dikenal sebagai simbol kekacauan dan ketakutan, merasa terkejut oleh keberanian dan ketenangan Nabi Isa AS. Setelah beberapa saat, Leviathan berkata:

"Aku telah lama hidup di kedalaman ini, menyaksikan naik turunnya peradaban manusia. Kekacauan yang kutimbulkan hanyalah cerminan dari ketidakstabilan yang ada di dunia atas. Namun, aku merasakan bahwa masa kedamaian telah tiba dengan kehadiranmu."

Nabi Isa AS, dengan penuh kebijaksanaan, berbicara tentang pentingnya harmoni dan keseimbangan antara semua makhluk ciptaan Allah. Ia menjelaskan bahwa meskipun Leviathan memiliki kekuatan besar, kekuatan itu harus digunakan dengan bijak dan dalam keharmonisan dengan alam.

Leviathan, tersentuh oleh kata-kata Nabi Isa AS, berjanji untuk tidak lagi menimbulkan kekacauan di dunia manusia. Ia akan hidup dalam damai di kedalaman lautan, menjaga keseimbangan ekosistem laut dan menjadi pelindung bagi makhluk-makhluk laut lainnya.

Isa, aku bukanlah makhluk biasa. Aku memiliki kekuatan yang melampaui pemahaman manusia. Aku bisa memanipulasi pikiran, menciptakan ilusi yang tak terbayangkan, bahkan mereset dunia jika aku mau. Aku bisa memanggil apapun yang aku pikirkan, mengatur takdir, memanipulasi elemen, dan membunuh makhluk hingga mereka hilang dari sejarah. Aku juga bisa menghentikan waktu, membuat dingin hingga tahap atom, dan kekuatanku seperti Cantor Attics. Namun, ketahuilah bahwa aku tidak akan mati jika kristal di langit tidak dihancurkan."

Nabi Isa AS mendengarkan dengan tenang, menyadari betapa besar ancaman yang bisa ditimbulkan oleh Leviathan. Namun, dengan kebijaksanaan dan kekuatan ilahinya, Nabi Isa AS menjawab:

"Leviathan, kekuatanmu memang luar biasa, tetapi ingatlah bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini tunduk pada kehendak Allah. Kekuatan yang kau miliki harus digunakan dengan bijak, dan bukan untuk menimbulkan kehancuran. Aku diutus untuk membawa kedamaian dan keadilan, dan aku percaya bahwa kau bisa menjadi bagian dari tatanan dunia yang baru ini."

Leviathan merasa terkejut oleh ketenangan dan kebijaksanaan Nabi Isa AS. Ia terdiam sejenak, merenungkan kata-kata tersebut. Namun, sebelum bisa memberikan jawaban, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Awan hitam berkumpul, dan petir menyambar di kejauhan. Suara gemuruh terdengar, seolah-olah dunia merespon kehadiran kekuatan besar.

Di langit, kristal yang disebutkan oleh Leviathan mulai berkilau dengan cahaya yang semakin terang. Kristal tersebut ternyata adalah sumber kekuatan Leviathan yang memberikan kemampuan luar biasa kepadanya. Nabi Isa AS menyadari bahwa untuk memastikan keamanan dunia, kristal tersebut harus dihancurkan.

Dengan kekuatan ilahi yang dimilikinya, Nabi Isa AS mengarahkan tangannya ke kristal di langit. Cahaya yang terang dan murni memancar dari tangannya, menuju kristal tersebut. Ketika cahaya ilahi tersebut mengenai kristal, terjadi ledakan cahaya yang luar biasa. Kristal tersebut mulai retak dan akhirnya hancur berkeping-keping, melepaskan energi yang begitu besar sehingga menerangi seluruh langit.

Leviathan, yang kekuatannya terikat pada kristal tersebut, merasakan dampaknya. Ia mulai melemah, dan semua kekuatan luar biasa yang dimilikinya perlahan memudar. Namun, Leviathan tidak lagi merasa marah atau takut. Sebaliknya, ia merasa lega, seolah-olah beban besar telah diangkat dari dirinya.

"Isa," Leviathan berbicara dengan suara yang lebih tenang, "Aku sekarang mengerti bahwa kekuatan yang kumiliki terlalu besar untuk digunakan sembarangan. Aku bersyukur bahwa kau telah membebaskanku dari beban ini."

Nabi Isa AS, dengan senyum bijaksana, menjawab:

"Leviathan, sekarang kau bebas dari kekuatan yang bisa menimbulkan kehancuran. Bergabunglah dengan kami dalam menjaga kedamaian dan keseimbangan di dunia ini. Dengan iman dan kebijaksanaan, kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik untuk semua makhluk."

Leviathan mengangguk setuju dan berjanji untuk menggunakan sisa kekuatannya untuk kebaikan dan perlindungan alam. Dengan demikian, Nabi Isa AS berhasil memastikan bahwa ancaman Leviathan tidak lagi membahayakan dunia.

"Isa," Leviathan memulai dengan suara dalam yang menggema, "kekuatan yang kumiliki didasarkan pada sesuatu yang jauh melampaui pemahaman biasa manusia, yaitu Cantor Attics. Cantor Attics berasal dari teori himpunan dalam matematika, khususnya dari konsep bilangan kardinal tak hingga yang dikembangkan oleh Georg Cantor."

Leviathan melanjutkan dengan penjelasan lebih rinci:

"Bayangkan sebuah himpunan tak terhingga, seperti himpunan bilangan asli: 1, 2, 3, dan seterusnya. Himpunan ini memiliki tingkat ketakhinggaan tertentu yang disebut aleph-null (ℵ₀). Namun, Cantor menemukan bahwa ada tingkat ketakhinggaan yang lebih besar, yang disebut aleph-satu (ℵ₁), dan seterusnya."

"Sekarang, bayangkan sebuah struktur yang lebih kompleks lagi, yang disebut Cantor Attics. Ini adalah konsep yang mencakup tingkat-tingkat ketakhinggaan yang tersusun dalam hierarki yang sangat rumit dan tak terhingga. Setiap tingkat ketakhinggaan ini memiliki sifat dan kekuatan yang unik."