189- Ide Nakal

Marissa masih tersenyum saat pintu tertutup di belakangnya.

"Kenapa kamu kelihatan senang sekali?" suara penasaran Rafael membuatnya terkejut.

Dia menggelengkan kepala dan tertawa, "Hei! Kamu datang kapan?"

Rafael sudah meninggalkan tempat duduknya dan berjalan menghampirinya dengan lengan terentang. Dia ingin memegang tangannya tapi berubah pikiran dan menariknya ke dalam pelukan, "Tuhan. Aku merindukanmu."

Dia menghirup aroma rambutnya.

"Ahan! Kita baru bertemu pagi ini sebelum berangkat ke kantor, Pak Sinclair," katanya ke dalam dada Rafael. Dia tidak pernah bosan mencium aroma bajunya.

Marissa selalu merasa aroma maskulinnya tak tertahankan.

Memang perjuangan untuk mengingatkan diri bahwa mereka berada di kantor, "Kita harus menjaga tata krama kantor," dia mencoba menarik diri tapi Rafael tidak membiarkannya.

"Tidak!" Rafael berteriak seperti balita dan Marissa menggigit bibirnya untuk mengendalikan tawa.

"Suaramu terdengar lebih muda dari anak-anakmu! Kamu tahu itu?"