215- Persahabatan

Sophie mendengkur perlahan di belakangnya dan di sini, dia masih terjaga, memikirkan dia. Tanpa sadar berapa lama dia terjaga, berguling-guling di tempat tidurnya, akhirnya dia melempar selimutnya dan bangun.

Dia tak bisa berbaring di sana lagi.

Dia berjalan dengan kaki merayap keluar dari kamar, sambil memegang ponselnya, tanpa mengganggu Sophie. Kadang-kadang dia ingin seperti temannya itu.

Beberapa pikiran. Bahagia. Tanpa tanda-tanda insomnia.

Cara dia mengucapkan apapun yang ada di pikirannya dengan berani. Itulah alasan mengapa, kebanyakan pria dengan mudah merasa terintimidasi olehnya.

Dengan desahan, dia terus berjalan mondar-mandir di ruang tamu, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Rafael dan anak-anak pasti sudah tidur dan sekarang dia merasa bosan. Dia merindukannya. Tubuh panasnya.

Cara lidahnya menyentuhnya begitu intim.