237- Berhenti, Delinda. Berhenti saja!

Mereka berdua menyempal di sofa kantor yang sempit, bercumbu seperti dua remaja. Rafael belum pernah merasa sedemikian lengkap dan puas hanya dengan ciuman.

Dia tidak pernah tahu bahwa bercumbu di sofa saat dia berada di atasnya bisa sebegitu elektrifikasi.

Dengan memegang bagian belakang lehernya, dia mencium bibirnya yang montok, dan dia adalah partisipan yang setara.

Dia sangat menyadari kont*lnya yang menonjol dan tidak sabar untuk memasukkannya ke dalam dirinya.

"Umm. Rafael..." dia mendesah sebelum mendorong lidahnya ke dalam mulutnya. Dia pasti menunggunya karena dia membukanya sekaligus, menyambutnya ke dalam, "Kamu... rasanya... umm... enak sekali..."

Matanya terguling ke belakang seperti biasanya, kapanpun dia merasakan rasa stroberi di lidahnya.

Tangannya yang satu merayap ke pantatnya dan meremasnya. Dia ingin segera menanggalkan pakaiannya, tetapi lagi-lagi pikiran yang sama melintas di benaknya.

Dia pantas mendapatkan ranjang.