ELIA
Jeritan itu mengguncang gua, bergema melaluinya, membuat lantai dan dinding bergetar, memantul dari langit-langit. Bahkan Elia mendengarnya, masih tergenggam dalam sebuah kontraksi. Dia tidak bisa menanggapi, tapi hatinya beranjak bersama Aymora saat dia berhenti dari pekerjaannya, tangannya erat di bahu Elia, untuk menghadap ke atas dan menjerit sebagai respon.
Beberapa menit kemudian, saat dia bisa bernapas dan Aymora sekali lagi mengusap keringat di dahinya, Elia terengah, "Apa… itu tadi?"
Aymora menggelengkan kepala sambil tersenyum watery. "Kamu fokus pada tugas mu hari ini, putri," katanya dengan suara pelan, bibirnya bergetar. "Biarkan para lelaki Alfa mengurus omong kosong mereka sendiri."
Elia ingin tertawa, tapi tubuhnya sudah menegang lagi untuk kontraksi berikutnya dan dia mulai memudar lebih dalam ke dalam kolam rasa sakit itu. "Katakan pada Reth… aku membutuhkannya…"