Perbedaan Antara Kita

Bernice menelan ludah ketika Kaizan memasukkan ibu jarinya ke dalam mulut dan menghisapnya. Dia telah membuat teh untuknya dan dia malah memberikan lebih dari setengahnya untuk Olivia. Dia tidak bisa percaya bahwa teh yang telah dibuatnya dengan susah payah kini tersaji ke mulut Olivia yang tak tahu malu itu. Teh itu untuk Kaizan dan pelacur tak tahu malu ini sedang meminumnya. Tidak ada satupun rasa penolakan dari dirinya. Rasa cemburu membakar hatinya dan satu-satunya yang kurang adalah asap yang seharusnya keluar dari telinganya. "T— Tapi teh itu untukmu, Kaizan," terucap darinya.

Kaizan menyipitkan matanya kepadanya sambil tangannya masih menempel di pipi Olivia.

"S—saya maksudnya Jenderal Kaizan," Bernice memperbaiki ucapannya.

"Apakah itu masalah bagimu jika saya ingin membagi teh ini dengan istri saya?" tanya Kaizan, auranya menjadi lebih gelap.

Ya, itu masalah! Bernice ingin mengatakannya dengan keras, tetapi bagaimana mungkin dia bisa. "S—saya—"