Sudut mulut Xu Anran berkedut.
"Kalau memang itu rencanamu, apa aku tidak merusaknya kalau aku tidak memukulmu?" Qiao Xi mencibir sambil menggenggam tangannya erat-erat dan perlahan mendekati perempuan itu. "Dua tamparan tadi belum bisa dianggap sebagai tindakan penganiayaan."
Xu Anran mundur beberapa langkah dengan ketakutan. Kalau itu tidak dianggap penganiayaan, lalu apa…
Cepak! Cepak!
Dua tamparan berturut-turut mendarat keras di wajah Xu Anran. Qiao Xi mendengus dingin. "Xu Anran, aku sudah ingin memukulmu sejak lama. Kamu menyerangku sejak pertama kali kita bertemu. Kamu juga menaburkan bubuk mudah terbakar di lantai kamar yang kamu siapkan untukku. Apa kamu ingin membakar aku sampai mati?"
Xu Anran mengertakan giginya kesakitan. Dia masih terus ditampar. Qiao Xi sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk melawan.