Rasanya seperti mimpi, seolah aku tidak ingin percaya apa yang ada di depanku lagi. Biru berbaring di tanah dalam genangan darahnya sendiri sementara aku hanya berdiri di sana menyaksikannya berjuang menarik napas. Orang-orang berteriak tetapi semua terdengar tumpul. Ada juga deringan mengganggu yang keras di kepalaku dan aku ingin itu berhenti! Aku ingin semuanya berhenti agar aku bisa fokus.
Mengabaikan kebisingan di kepala dan nyeri mendesak di dadaku, aku berjalan mendekat ke Biru yang menatapku dengan mata birunya yang dipenuhi kesakitan. Aku bisa memperbaiki ini, aku bisa memperbaiki ini! Pikirku sendiri ketika aku jatuh berlutut dan meraih Biru yang masih bernapas terengah-engah.