JANJI SEORANG IBU KEPADA PUTRINYA

Saya duduk di atas rumput di taman, merasakan beban malu yang berat di pundak saya. Putri saya duduk di samping saya, keberadaannya menjadi hiburan yang tak terucapkan. Saya telah menangis di depannya, dan kerentanan di momen tersebut membuat saya merasa telanjang dan malu.

Saya tidak bisa membawa diri saya untuk menatap matanya, takut akan apa yang mungkin saya lihat. Saya masih tidak bisa percaya saya telah menangis di depannya dan membiarkan diri saya begitu rentan dan lemah. Saya tidak pernah ingin dia melihat saya menangis, menyaksikan saya dalam keadaan yang mentah dan emosional.

Saat kami duduk dalam diam, tak ada satupun dari kami yang berkata-kata, saya bisa merasakan pandangannya tertuju pada saya. Dia seakan mengerti kekacauan hati saya, rasa malu saya karena telah membiarkan emosi menguasai saya.