TIDUR TANPA SUARA

Saat kereta tiba di kastil yang megah, saya bisa merasakan adrenalin masih mengalir dalam darah saya. Pertempuran telah membuat saya merasa hidup, indera saya tajam dan jantung saya berdegup kencang. Namun, bersamaan dengan gejolak pertarungan, terdapat keinginan mendalam, sebuah hasrat yang telah membangun dalam diri saya selama hari-hari terakhir.

Ketika kami turun dari kereta, Ivan dan saya sama-sama membawa bekas pertarungan di tubuh dan pakaian kami. Para penjaga di gerbang kastil memandang kami dengan tatapan bertanya, mata mereka tertahan pada keadaan pakaian kami yang acak-acakan. Namun, alih-alih merasa malu, saya merasa dorongan untuk melawan. Saya tahu saya pasti terlihat liar dan tak terkendali, namun saat itu, saya tidak peduli.

"Yang Mulia," Rollin maju ke depan menatap kami dengan ekspresi tidak percaya, "Ada apa? Apa yang terjadi pada kalian?" Rollin bertanya saat ia menilai penampilan kami dan saya tahu bahwa sisa teman-teman saya juga sudah turun juga.