Kami baru saja menikmati tidur yang damai setelah hari yang melelahkan. Saya bersandar di pelukan nyaman suami saya setelah sesi bercinta yang intens. Sudah berminggu-minggu sejak kami tidur bersama dengan tenang, dan ini adalah malam terbaik yang kami miliki dalam waktu lama.
Namun momen damai kami hancur ketika pintu kamar tidur kami terbuka dengan keras. Jantungku berdegup kencang saat saya secara naluriah meraih pedang yang berada di samping tempat tidur kami, sementara Ivan melentikkan cakarnya siap bertindak.
Ternyata itu anak-anak kami, si kembar, Cyril dan Caeden, yang berlari masuk ke kamar bersama Rhea, yang memeluk boneka erat-erat di dadanya.
Saya menghela nafas lega, menyadari bahwa itu hanya anak-anak kami yang nakal yang masuk tanpa diundang. Saya bersyukur bahwa Ivan dan saya memutuskan untuk setidaknya memakai pakaian sebelum kami tidur setelah bercinta kami yang intens, meskipun itu hanya baju tidur yang sederhana.