UNTUK MENANG DALAM PERANG

Sudut Pandang IVAN

Seluruh tentara berdiri di luar gerbang kastil, menunggu Azar dan pasukannya. Kami bisa merasakan bumi gemetar di bawah kami, dengung tenang antisipasi menyebar bak api liar melalui barisan. Aku memegang pedangku erat-erat, buku-buku jariku pucat oleh kekuatan genggaman. Tak ada waktu untuk takut, tidak di sini, tidak sekarang. Yang kumiliki hanyalah berat pedang di tangan dan napas yang kutahan stabil di paru-paru.

Bendera-bendera berkibar di atas, warna kerajaan kita nyaris menangkap cahaya pagi. Pandanganku melirik ke cakrawala tempat matahari seharusnya terbit, tapi awan tebal perang telah menyelimutinya. Azar. Ia datang, dan bersamanya, legiun-legiun yang tidak mati yang tak berujung.

Kulirik ke kiri, di mana Kiran berdiri siap siaga, rahangnya teguh oleh keteguhan hati yang suram. "Kau siap untuk ini?" gumamku.