CINTA KAMU SELALU

Sudut Pandang IVAN

Tiba-tiba saya membuka mata, menarik napas dengan keras. Langit-langit di atas terasa sangat familiar, dan saya sadar bahwa saya kembali di kamar saya. Namun, itu seharusnya tidak mungkin!

Yang terakhir saya ingat adalah arena—tanah yang berlumuran darah, dinginnya pedang yang menembus sisi tubuh saya, dan kegelapan yang menelan saya seluruhnya. Kematian telah terasa tidak terelakkan, sebuah penurunan yang tenang ke dalam kehampaan. Namun di sini saya, dikelilingi oleh cahaya lembut pagi yang menyaring melalui tirai.

Saya juga ingat tawa cekikikan Nyana dan saya yang menikam Arianne. Tunggu sebentar? Arianne!

Segera saya duduk tegak, hati saya berdebar dalam kebingungan dan ketakutan. Setiap detail dari arena membanjiri pikiran saya, menghantam seperti ombak besar. Napas saya memburu ketika saya mencari sesuatu di ruangan yang bisa meyakinkan bahwa dia di sini, aman, dan hidup.

"Kamu sudah terbangun."