Napas Niran tercekat di tenggorakannya, pertanyaan Raul membuatnya terkejut. Dia bisa merasakan ketegangan di udara, garis tak terlihat antara mereka semakin tipis dengan setiap detik yang berlalu.
"Saya percaya itu perlu," dia akhirnya menjawab, suaranya tetap tapi terdengar nada bawahannya yang tak bisa ia jelaskan. "Untuk kebaikan kita berdua."
Raul menggumamkan sesuatu yang penuh pikiran, dan dia bisa merasakan senyum sinis di bibirnya meski tanpa melihatnya. "Mungkin," gumamnya, "tapi saya merasa bahwa beberapa batasan memang layak untuk diuji... atau bahkan dilanggar."
Detak jantung Niran menjadi lebih cepat, pikirannya berpacu mencoba memahami maksudnya. Dia tahu dia sedang berjalan di jalur berbahaya, tapi dia juga tahu bahwa mundur sekarang hanya akan membuatnya semakin berani.
"Hanya jika seseorang siap untuk menghadapi konsekuensinya," dia menjawab, menantangnya dengan berani.