Omelannya yang tak henti-hentinya hanya membuat sakit kepala Alexi bertambah parah. Ia sudah terjebak di rumah sakit selama beberapa hari, tubuhnya terasa sakit, namun yang lebih buruk adalah beban emosi.
Ia bahkan mencoba mengirim pesan kepada Hera untuk memberitahu apa yang telah terjadi, hanya untuk melihat tanda seru merah yang menakutkan di samping teksnya.
Panggilannya tidak dijawab. Ia tahu saat itu Hera telah memblokirnya.
Alexi tidak bisa menerima kenyataan pahit itu.
'Mengapa dia tidak menunggu aku?' Pikirannya mendera dengan frustrasi.
'Aku sudah bilang ini untuk masa depan kita—supaya dia tak perlu berjuang lagi. Jadi mengapa dia meninggalkan aku? Mengapa dia meninggalkan aku untuk pria-pria itu?' Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk dalam benaknya, setiap pertanyaan lebih menyakitkan dari sebelumnya.
Alexi menatap tajam pria-pria yang mengelilingi Hera di siaran langsung, matanya berkobar dengan kebencian dan rasa iri yang tak terkendali.