Go Publish

"Ku harap insiden itu tidak terjadi lagi, kamu harus menjaga nama baik ku dan jangan mudah terpancing" dengan nada sindiran

"Baiklah, aku mengerti"

"Hanya itu? Ingat, aku akan mengawasi mu lebih ketat lagi"

"Tapi itu bukan kesalahan ku sepenuhnya!" Dengan nada menekan, karena tidak terima bahwa dia yang di tuduh untuk insiden itu.

"Jadi aku akan menyampaikan bahwa itu kesalahannya? Kamu ingin kehilangan sponsor ha? Kamu udh bosan? Silahkan jika itu mau mu dan aku akan segera mencari suami untuk mu"

"Ya! Kakak Zhang!"

"Apa?"

"Aku akan mendengar nasihatmu!"

"Mengapa tunggu ada ancaman baru kau akan patuh?"

"Aku selalu patuh padamu! Tapi kakak tidak pernah mempercayai ku, ah sudahla, semoga kakak lekas sembuh, meskipun aku berharap kakak akan menetap selamanya di rumah sakit. Wleee" setelah menjulurkan lidah untuk mengejek lawan bicaranya, ia langsung berbalik dan dengan langkah cepat keluar dari ruangan VVIP itu.

"enak saja dia menuduh ku, itu bukan salah ku sepenuhnya" gerutunya sembari berjalan menuju ke arah lift.

"ah.. aku lapar sekali, mencium ethanol rumah sakit membuat perut ku mendemo. Sepertinya mie kuah kari Jepang enak, atau ramyeon Korea, tapi Mie kuah Bibi lebih enak diantara keduanya. Baiklah, aku akan menelpon Katty agar dia bisa memesannya"

Ia lalu mengeluarkan Handphone daris aku nya, mencari nomor di kontak lalu mengarahkannya ke telinga kanannya

"Katty, kamu di parkiran kan? Aku sedang menuju lift, ah iya, aku ingin Mie Kari Jepang, bisa kah kamu lakukan reservasi. Oke terima kasih, tunggu aku 5 menit"

Dia sudah berada di hadapan lift, tepat sekali, dia menunggu gerombolan dokter dan suster untuk keluar dari lift, setelah itu dia masuk, namun ternyata dia tidak sendiri.

Dia sangat bersyukur, ada yang menemaninya di lift. Karena jika tidak, dia tidak akan mengakhiri panggilannya dengan Katty.

"Katty, aku sudah di lift."

"Ya, aku baik baik saja, ada seseorang juga disini." Jawabnya, kemudian ia mengakhiri panggilan.

Dia sedikit gugup, ditandai dengan telapak tangannya yang berkeringat dan gerakan jari yang di buat olehnya.

"Tenanglah, tenang. Nanti seseorang di sebelahmu tidak nyaman YuJie" ucapnya dalam hati.

Drhks , Sura lift yang tersentak.

Lift nya berhenti!!

"Oh my God!" Spontan YuJie

"Papa!" spontan dari anak kecil yang berada disebelah pria.

YuJie dan pria itu saling memandang, mata mereka seakan berbicara "Kita terjebak, lift rusak"

Secara spontan pria itu menekan tombol emergency dan panggilan

"Halo. Kami sedang berada di lift -" terpotong oleh YuJie

"Tolong, lidmft mati, tolong selamatkan kami. Pak tolong aku!!" Dengan nada yang sangat panik.

"Ha lo halo" panggilan terputus.

"Nona, bisa kah kamu tenang" ucap pria itu, kemudian pria itu menekan tombol panggilan lift lagi, namun panggilan tidak tersambung.

"Papa, coba hubungi paman Yang" ucap anak yang disebelah pria itu.

Berbanding terbalik dengan Jie, tubuhnya menegang, dan bergetar. Keringat ditubuhnya seakan menusuk kulitnya. Ia lantas terduduk secara spontan.

Anak yang berada di sebelah itu spontan terkejut dan menarik tangan papa nya agar Ter notice.

"Nona? Kau baik baik saja?. Aduh, bagaimana mungkin memanggil, apa tidak ada jaringan di lift ini" ucap pria itu.

Di sisi lain, Jia nampak seperti kesusahan bernafas. Anak itu secara spontan melepas jemarinya dari genggaman sang papa, lalu berjongkok mengarah ke Jie.

"Bibi, kamu baik baik saja? Tanganmu dingin sekali.... Bibi, tenang lah, kita akan selamat." Ucap anak itu sembari mengelus lengan Jie.

Jia sedikit reda, tapi tetap saja panik yang melandanya seakan memutar isi memorinya yang dahulu. Ia kembali kesusahan bernapas.

"Papa. Liat!" Teriak anak itu. Kemudian lampu lift mati total, begitu juga tombolnya.

"Aaaaaa" teriak YuJie

"Papaaa" teriak anak itu dan menggenggamerat lengan Jie yang tadi dipegangnya.

Pria itu lantas berjongkok, menyamakan posisi mereka bertiga. Dia tetap bersikap tenang, sembari memanggil seseorang melalui handphone nya.

Dia kemudian melihat ke arah Yu Jie yang semakin kesulitan bernapas.

"Nona, tenang lah, kita akan keluar" ucapnya dengan nada lembut, agar YuJie tidak terlalu panik. Dia melihat ke arah wanita itu yang hanya terlihat siluet kulit saja dari wajah nya, pasalnya YuJie mengenakan topi dan masker. Ia seperti ingin membuka masker wanita itu, agar pernafasan nya kembali lancar. Tapi ia ragu itu menjadi tidak sopan.

Pria itu mengelus rambut anaknya

"Bersabar sedikit ya little lion, papa juga akan berusaha lagi" lalu di lihatnya, anak nya tersebut merangkul dan mengelus lengan wanita itu.

"Bibi... Jangan takut, kamu bersma ku dan juga papa. Untung saja tadi dia tidak ikut bersama kita, aku akan kesulitan menenangkan nya" gumam anak itu

Pria yang mendengar itu tersenyum simpul dengan kalimat yang dilontarkan anaknya.

"Apa aku bernyanyi saja?" Gumamnya lagi, kemudian anak itu bersenandung.

Pria itu semakin tersenyum melihat sikap anaknya yang tidak pernah dilihatnya seperti ini,sangat gentleman dan dia bangga.

Panggilan di handphone tersambung

"Halo... Paman Yang"

"Tuan, sabarlah sebentar, aku sudah memberitahu petugas, terdapat gangguan teknis sedikit. Mereka sedang berusaha dan sudah memanggil kepolisian juga pemadam. Tuan, apa little lion baik baik saja?" Jelas paman Yang panjang dari panggilan itu.

Pria itu melirik sedikit ke arah anaknya dan wanita itu

"Ya, dia sangat baik. Oh iya, perintah kan mereka untuk se cepat mungkin, ada seorang wanita di sini, kami bertuga, dan wanita itu sepertinya mengalami kepanikan yang luar biasa, dan kesulitan bernapas. Dan satu lagi, Jangan beritahu ibu atau ayah"

"Baik tuan, bersabar sedikit, karena mereka juga telah berusaha"

"Baiklah, aku sudahi" kemudian Pria itu menutup panggilan.

Trrkktkk . Lift berguncang, dan terlepas kebawah lalu berhenti lagi.

Spontan YuJie dan Anak itu berteriak dalam pelukan. Namun teriakan YuJie semakin histeris.

Pria itu malah tersentak disudut lift. Dia mengernyit kan dahi. Dan perlahan duduk bersama anaknya dan wanita itu. Ia menggenggam lengan anaknya.

"Jangan takut little lion, mungkin teknisi sedang berusaha."

"Aaaaa aaaa aaaa" Yu Jie berteriak histeris lagi, dan semakin kesulitan bernapas, kemudian terkulai lemas. Pingsan! Batin pria itu.

"Nona.... Hei hei", dia menepuk punggung wanita itu.

"Papa...."

"Tidak apa sayang, wanita itu hanya pingsan, itu lebih baik dari pada ia panik terus menerus"

Telepon berdering, namun buka. Milik pria itu, melainkan wanita itu.

Katty

Dia langsung mengangkat nya.

"Halo Jie? YuJie??? Kau mendengar ku? Hei kau tidak berada di lift itu kan? YuJie jawablahh"

"Halo.." dengan suara berat dari pria itu.

"Oh God" kemudian panggilan terputus.