Xavier menghela napas perlahan. Lalu, dengan kepastian yang menyeramkan, dia berkata, "Bagaimana jika orang yang membunuh Arabella... adalah Ayah kita?"
Dunia seakan berhenti.
Jari-jari Xander menggenggam seprei, buku-bukunya menjadi putih. Ia bisa mendengar bunyi bip yang stabil dari monitor rumah sakit, tetapi semuanya terasa jauh—seolah-olah dia sedang di bawah air, tenggelam dalam beban kata-kata Xavier.
Tenggorokannya terasa kencang, napasnya tak beraturan, namun tatapannya tajam. "Apa omong kosong yang kau bicarakan?" Suaranya terdengar lebih tajam daripada yang ia maksud. "Apakah ini semacam trik menyedihkan? Upaya lain untuk memanipulasi aku agar percaya bahwa kau tak bersalah?"
"Aku tidak pernah menyentuhnya saat aku melihat dia mati," kata Xavier, dan Xander mendengus. "Tidak satupun kali."
Xander mendengus, menggelengkan kepalanya. "Kau berbohong."