Juni tiba dalam sekejap mata.
Setelah liburan sekolah, Wei Dongheng berhasil memperoleh diplomanya, dan pada suatu hari di pertengahan Juni, keluarga Wei memesan sebuah resor mewah di Hangzhou untuk merayakan pernikahan Xie Xue dan Wei Dongheng.
Kompleks resor yang luas ini terletak di jantung kawasan paling indah di kota, bersebelahan dengan hotel milik negara, sehingga tingkat kemewahannya dapat dibayangkan. Tempat ini menunjukkan selera tinggi, bukan hanya karena kekayaan dan keindahannya, tetapi juga karena desainnya yang menyerupai sebuah tempat peristirahatan dengan koridor kecil dan paviliun yang dikelilingi perbukitan serta air terjun. Di beberapa bagian, bahkan diperlukan perahu dayung untuk mencapai lokasinya.
Keluarga Wei menyewa vila bergaya Kyoto ini selama tiga hari agar para tamu memiliki waktu yang cukup untuk menetap dan beristirahat.
Sementara itu, keluarga He, sebagai salah satu perusahaan farmasi terkemuka di Huzhou, juga diundang oleh keluarga Wei Dongheng.
Pada hari pertemuan, He Yu tiba lebih dulu dibandingkan Lu Zhishu dan He Li, karena ia ingin bertemu dengan Xie Qingcheng terlebih dahulu.
"Selamat datang, Tuan Muda He, suatu kehormatan bisa menyambut Anda," ujar seorang wanita yang telah menunggu di pintu masuk jauh sebelum bus tiba.
Di halaman rumput, para tamu berkumpul dalam kelompok kecil berisi tiga hingga lima orang, tertawa dan berbincang dengan riang.
Gosip adalah bagian dari sifat manusia, dan tempat ini pun tidak terkecuali. Saat He Yu melintasi halaman, ia mendengar dua wanita dari kalangan borjuis berbicara pelan satu sama lain dengan nada penuh rahasia:
"Kudengar dia sudah hamil sebelum menikah."
"Dari siapa kau mendengar itu?"
"Semua orang sudah tahu, itu tidak bisa disembunyikan…
"Wei San masih terlalu muda untuk terjun ke dalam api pernikahan. Lagipula, dia bukan tipe pria yang tergesa-gesa menikah dan menutup hatinya, bukan? Kau pikir ini karena kekasihnya sedang mengandung…?"
Sebenarnya, He Yu juga tahu bahwa Xie Xue sedang hamil.
Namun, reaksi terbesarnya adalah mempertanyakan mengapa Xie Qingcheng bukan seorang wanita.
Jika Xie Qingcheng seorang wanita dan mereka telah memiliki begitu banyak hubungan tanpa perlindungan, maka Xie Qingcheng pasti sudah lama mengandung anaknya. Dengan begitu, Xie Qingcheng tidak akan bisa pergi dengan begitu mudah.
Mengapa Xie Qingcheng tidak bisa mengandung?
He Yu melangkah ke aula dalam keadaan linglung dan melihat Xie Qingcheng berdiri bersama para tetua keluarga Wei.
Pada saat itu juga, ia merasakan hantaman keras di hatinya.
Demi pernikahan adiknya, Xie Qingcheng menekan semua ketidakbahagiaan yang belakangan ini ia rasakan. Ia mengenakan setelan beludru hitam dengan kemeja sutra abu-abu kebiruan yang terlihat di sekitar lehernya. Rambutnya disisir rapi, alisnya tegas seperti bilah pisau. Keseluruhan penampilannya memancarkan ketenangan dan keanggunan, tampak menarik tanpa kesan berlebihan.
He Yu terdiam di tempat sejenak sebelum akhirnya tersadar dan melangkah mendekat. Ia terlebih dahulu menyapa para tetua keluarga Wei dengan sopan, sesuai etiket seorang tamu.
Kemudian, ia berdiri di hadapan Xie Qingcheng, jantungnya berdegup kencang seperti tabuhan genderang di dadanya.
"Dokter Xie."
"...Halo."
Sebagai kakak tertua dari pihak pengantin perempuan, Xie Qingcheng tidak memiliki pilihan selain menghadapi sapaan dari putra keluarga He, meskipun ia enggan melakukannya.
Ia mengulurkan tangannya kepada He Yu.
He Yu menggenggam tangan itu selama satu detik, dua detik, tiga detik…
Xie Qingcheng melepaskannya.
Selama tiga detik itu, He Yu menikmati kehangatannya sambil menatap langsung ke mata Xie Qingcheng, lalu berkata, "Selamat."
"...Terima kasih."
Dulu, di antara mereka ada pengakuan yang lebih membara dari api dan kisah cinta yang lebih gigih daripada kabut.
Mereka pernah terombang-ambing di atas ranjang, terjalin dalam keringat panas, tanpa berpisah selama sehari semalam penuh.
Sekarang, yang tersisa hanyalah percakapan hambar ini.
He Yu menatapnya dalam untuk terakhir kali, lalu pergi.
Sepanjang hari itu, ia hampir tidak mendapat kesempatan lagi untuk berbicara dengan Xie Qingcheng.
Sebagai satu-satunya kerabat Xie Xue yang hadir, Xie Qingcheng harus membantu di berbagai tempat. Meskipun Bibi Li juga ada di sana, usianya sudah terlalu tua untuk memahami banyak hal, sehingga Xie Qingcheng harus turun tangan mengurus segalanya.
Pada sore hari di hari pernikahan, para tamu mulai berdatangan dalam jumlah besar.
He Yu melihat banyak wajah yang dikenalnya, dan yang mengejutkannya, dokter pribadinya, Anthony, juga ada di antara mereka.
"Tuan Muda He," sapa Anthony dengan senyum lebar saat bertemu dengannya di dekat Danau Angsa. Ia mengenakan setelan merah muda pucat dan membawa buket bunga serta hadiah.
"Sudah lama kita tidak bertemu, Dr. An."
"Memang sudah lama," jawab Anthony sambil menatapnya dari atas ke bawah, lalu tersenyum. "Anda, ah, hampir selalu menghubungi saya lewat WeChat. Saya jadi merasa tidak enak menerima uang sebagai dokter Anda tanpa pernah bertemu langsung."
He Yu tertawa kecil tanpa menanggapi lebih jauh. Ia melihat hadiah yang dibawa Anthony dan menebak arah tujuannya.
"Anda akan menuju meja penerimaan, bukan? Kalau begitu, saya tak akan menahan Anda lebih lama lagi."
Sebenarnya, He Yu merasa sedikit terkejut dan bertanya-tanya siapa yang telah mengundang Anthony. Hal ini dikarenakan Anthony tidak langsung menemui Xie Qingcheng atau orang tua Wei Dongheng, melainkan masuk lebih jauh ke dalam vila dengan membawa buket bunga dan hadiah. Namun, pada akhirnya, itu adalah urusan pribadi orang lain, dan karena He Yu tidak tertarik pada apa pun saat itu, ia pun tidak terlalu memikirkannya.
Tidak lama kemudian, Chen Man datang dan bertemu pandang dengan He Yu. Ekspresi keduanya tampak sedikit kaku, tetapi tidak ada kata-kata yang tidak menyenangkan diucapkan, mengingat hari itu adalah hari pernikahan yang besar.
Ketika Chen Man menyapa Xie Qingcheng, suasana di antara mereka juga terasa sedikit canggung. Meskipun Chen Man belum secara langsung mengungkapkan perasaannya kepada Xie Qingcheng, konflik yang terjadi di depan pintu kamar pada malam itu sudah cukup untuk membuat hubungan mereka tidak lagi seperti sebelumnya.
Dari kejauhan, He Yu melihat ekspresi kehilangan di wajah Chen Man. Meskipun hatinya dipenuhi dengan ironi dan kepuasan, ia juga merasakan sedikit kekecewaan.
Ia dan Chen Man—yang satu bersikap nekat, sedangkan yang lainnya lembut.
Salah satunya telah mengambil kendali atas seseorang sebelum benar-benar jatuh cinta, sementara yang lainnya bahkan hingga saat ini tidak berani mengucapkan 'Aku mencintaimu.'
Namun, pada akhirnya, keduanya bernasib sama.
Mereka sama-sama dikalahkan oleh sosok yang tak tergoyahkan dengan cara yang sama menyakitkannya.
"He Yu, ternyata kau di sini. Aku sudah mencarimu sejak tadi."
Seseorang berbicara dari belakangnya.
He Yu menoleh dan sejenak merasa silau sebelum menyadari bahwa orang itu adalah ibunya, dengan kepala yang dipenuhi perhiasan.
Lu Zhishu sedang menggandeng tangan He Li. Keduanya baru saja tiba. He Li masih merasa sedikit canggung ketika melihat He Yu, bahkan ada sedikit rasa bersalah dalam ekspresinya. Ia hanya menggumamkan sapaan singkat sebelum mengalihkan pandangan.
"Sudah melihat pengantin wanita?" tanya Lu Zhishu dengan senyum. "Cantik, bukan?"
"Aku tidak memperhatikannya," jawab He Yu dengan nada datar.
Lu Zhishu terdiam sejenak: "..."
"Bagaimana keadaan Ayah?"
Lu Zhishu menunjukkan ekspresi sedih. "Ayahmu sedang beristirahat di rumah. Mungkin dia sedikit sakit; suasana hatinya sedang tidak baik, dan dia tidak suka berbicara dengan orang lain… Dia selalu mengurung diri di kamarnya. Sayangnya, aku tidak berani terlalu mengganggunya. Orang cenderung lebih ingin dibiarkan sendiri ketika mereka sedang merasa terganggu, jadi biarkan saja dia untuk sementara waktu…"
Setelah mendengar itu, He Yu mengangguk.
He Li tampak sedikit kesal dan bergumam pelan, "Bagaimanapun juga, dia ayah kita sendiri. Kenapa kau harus bersikap begitu dingin?"
He Yu berpikir, "Jika sejak kecil dia merawatku sebagaimana dia merawatmu, mungkin aku juga bisa menuliskan kata bakti di dahiku, seperti yang kau lakukan."
Namun, saat menatap Lu Zhishu dan mengingat apa yang pernah dikatakan He Jiwei kepadanya, kata-kata kecil seperti itu akhirnya tidak keluar dari mulutnya.
He Yu hanya menatap He Li dengan dingin sejenak, membuat He Li terdiam di bawah aura suram kakaknya.
Kemudian, He Yu berkata, "Tempat ini sangat indah. Kalian lanjutkan saja, aku akan berjalan-jalan sebentar."
♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛
Xie Xue dan Wei Dongheng merayakan pernikahan mereka dengan cara yang lebih modern, tanpa terlalu banyak proses yang rumit.
Semua orang tahu bahwa acara utama adalah jamuan makan malam, dan sebelum makan malam, para tamu memiliki banyak waktu luang untuk menikmati pemandangan.
Jamuan makan dimulai pukul enam sore. Namun, pada pukul empat, sesuai tradisi khusus keluarga Wei, pengantin pria diharuskan melakukan percakapan pribadi dengan ayah pengantin wanita. Tujuan dari percakapan ini adalah untuk mendapatkan wejangan dari sosok yang telah merawat pengantin wanita sepanjang hidupnya sebelum ia menikah dan memulai kehidupan baru.
Karena ayah Xie Xue, Xie Ping, telah lama meninggal dunia, maka sosok yang secara alami menggantikannya dalam tradisi ini adalah Xie Qingcheng.
Tempat pertemuan mereka adalah di Paviliun Xuan di dalam vila.
Paviliun Xuan adalah halaman pribadi yang tenang dan sepi, dikelilingi oleh kolam berisi koi serta bunga teratai.
Xie Qingcheng tiba lebih dulu daripada Wei Dongheng dan menunggu dengan tenang di dalam ruangan bergaya Jepang yang dipenuhi aroma harum dupa.
Sebenarnya, meskipun hari itu sudah menjadi hari pernikahan, Xie Qingcheng masih merasa seperti sedang bermimpi. Bagaimanapun, Xie Xue akan menikahi pria kecil yang sebelumnya bahkan tidak pernah terpikir olehnya. Namun, karena adik perempuannya menyukainya, pada akhirnya ia tidak punya pilihan selain merestuinya. Keputusannya hampir tidak ada artinya di hadapan kelembutan keluarganya.
Setelah beberapa hari berinteraksi, Xie Qingcheng akhirnya harus dengan enggan melepas prasangkanya dan melihat keadaan dengan lebih objektif. Ia menyadari bahwa Wei Dongheng tidak sesombong seperti yang dikabarkan. Meskipun dia bukan tipe adik ipar yang selama ini dibayangkannya, dia juga tidak seburuk yang diduga.
Memang, pemuda itu cukup bodoh. Saat pertama kali bertemu dengannya, pria kecil itu bahkan membungkuk dengan gugup dan memanggilnya 'ayah mertua'.
Bahkan saat mengingatnya, Xie Qingcheng tidak bisa menahan diri untuk sedikit mengangkat alisnya.
Betapa konyolnya, berapa usianya sebenarnya?
Setelah meminum setengah cangkir teh di atas meja, ia mengangkat tangannya untuk melihat jam. Wei Dongheng masih belum datang.
Adalah hal yang wajar bagi pengantin pria untuk tertunda karena sesuatu. Maka, Xie Qingcheng memutuskan untuk menunggu sedikit lebih lama.
Namun, ia tidak tahu apakah karena aroma dupa di ruangan terlalu kuat atau suhu pendingin ruangan terlalu rendah, perlahan-lahan ia mulai merasa sedikit pusing, dan tubuhnya terasa panas.
Awalnya, ia tidak terlalu memikirkannya. Ia masih sibuk memikirkan apa yang ingin dikatakannya kepada Wei Dongheng.
Misalnya, Xie Xue sangat menyukai mangga, tetapi jika ia makan terlalu banyak, ia akan merasa tidak nyaman. Jadi, sebaiknya tidak membiarkannya makan sesuka hati, cukup memberinya setengah saja ketika dia menginginkannya.
Atau hal lainnya…
Tehnya sudah habis.
Saat Xie Qingcheng mengangkat tangannya untuk menuangkan teh lagi, ia menyadari bahwa tidak ada apa pun yang keluar. Lebih dari itu, tangannya sendiri bahkan tidak memiliki tenaga.
Betapa anehnya… apa yang sedang terjadi?
Rasanya sangat panas… seolah-olah ia mengalami sengatan panas, tubuhnya begitu lemah… perasaan ini…
Xie Qingcheng merasakan jantungnya berdegup kencang.
Perasaan ini… mengapa begitu mirip dengan yang ia alami ketika ia meminum minuman keras plum berkadar alkohol 59 derajat di klub malam itu?
Xie Qingcheng tiba-tiba membeku. Meskipun pikirannya sudah mulai kabur dan pandangannya berputar, ia mendadak menyadari bahwa ini semua… sudah direncanakan!
Mengapa?
Apakah karena teh?
Tidak, seharusnya bukan itu. Ia baru saja meminumnya, dan tubuhnya belum sempat mencernanya begitu cepat. Jadi, semua ini pasti karena…
Tatapannya beralih, dan dalam sekejap jatuh pada dupa yang mengepulkan asap tipis di ruangan itu.
Dupa itu!
Ada sesuatu yang tidak beres dengan dupa itu!
Tubuh Xie Qingcheng semakin terasa tidak nyaman, seolah-olah ia sedang terbakar. Jika saja Wei Dongheng ada di sini sekarang… Kulitnya perlahan menjadi panas, namun keringat dingin mengalir di dahinya.
Panas itu semakin meningkat. Bahkan tenggorokannya terasa seperti terbakar, kelemahan di tubuhnya semakin menjadi-jadi, dan di sepanjang tulang punggungnya, seperti ada arus listrik halus yang terus-menerus mengalir tanpa henti.
Xie Qingcheng menarik napas dalam-dalam dan menatap ke arah hiasan logam di dalam ruangan, di mana bayangan wajahnya terpantul samar.
Wajahnya kini telah memerah sepenuhnya, seolah-olah ada keinginan tak kasat mata yang menguar dari dalam dirinya. Mata phoenix-nya yang biasanya tajam kini tampak berkilauan, seperti kolam air mendidih yang penuh hasrat bertentangan dengan kehendaknya sendiri.
Xie Qingcheng tidak berani lagi melihat refleksinya. Ia segera mengalihkan pandangannya…
Dia… sial! Apa yang sebenarnya terjadi?!
Siapa yang telah melakukan ini?!
Kemarahannya yang kian membuncah justru mempercepat efek racun itu.
Tiba-tiba, di bagian pinggangnya, Xie Qingcheng merasakan sensasi seperti tersengat listrik. Tubuhnya bergetar hebat, dan seluruh dirinya mulai gemetar tak terkendali…
Saat ini, ia bahkan tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi jika Wei Dongheng tiba tepat waktu dan mereka berdua terperangkap di dalam ruangan ini.
Setelah menyadari betapa kejamnya rencana lawan, Xie Qingcheng tiba-tiba meraih sebuah cangkir di atas meja dan menghancurkannya. Dengan tangan yang gemetar, ia mengambil salah satu pecahan tajam dan menusukkannya dengan keras ke tangannya sendiri!
Rasa sakit itu membuatnya mengerang pelan, alisnya berkerut, tetapi kesadarannya sedikit kembali.
Memanfaatkan momen kejernihan yang singkat itu, ia berpegangan pada meja, menopang tubuhnya yang lemah, lalu tertatih-tatih menuju pintu paviliun. Namun, tepat ketika ujung jarinya mengetuk pintu, pintu itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya.
Xie Qingcheng terkejut dan langsung mendongak, tetapi penglihatannya kabur, dan indranya menjadi sangat peka. Saat itu juga, ia mencium aroma tubuh seorang pria.
Perasaan tidak enak langsung menyelimuti dirinya, dan ia ingin segera menjauh. Namun, efek dupa itu telah menyebar dengan begitu ganas di dalam tubuhnya.
Pandangan matanya semakin buram, tubuhnya melemah, dan saat ia kehilangan keseimbangan, tubuhnya terhuyung ke depan dan jatuh tepat ke dalam pelukan orang yang baru saja datang…
"Xie-ge?"
Suara pria itu terdengar terkejut. Dalam sorot matanya, terpantul wajah Xie Qingcheng yang memerah, serta sepasang mata yang telah kehilangan fokus…
Dupa ini jauh lebih kuat daripada minuman keras plum berkadar 59 derajat, dan efeknya benar-benar luar biasa.
"Xie-ge… ada apa denganmu? Kau…?"
Kesadaran Xie Qingcheng sepenuhnya kacau. Ada ekspresi hampir ketakutan di antara alisnya, jakunnya bergerak naik-turun, dan bulu matanya bergetar.
Naluri kuatnya masih membuatnya berusaha bertahan, mencoba mendorong pria di depannya. Namun, ia tidak lagi memiliki kekuatan di tangannya.
"Pergi…"
Suara basah dan seraknya nyaris tidak mampu mengucapkan beberapa kata dengan jelas. "Jangan… mendekat…"
Lengan pria itu melingkari tubuhnya, dan ia menghirup aroma maskulin yang paling pekat di antara kedua lubang hidungnya; tubuhnya tidak mampu menahan rangsangan tersebut dan menarik napas dalam-dalam.
"Jangan mendekat... Pergilah dari sini..."
"Menjauh... Jangan dekati aku..."
Namun, entah karena aroma dupa yang kuat telah menyelimuti orang yang baru saja masuk, sebelum Xie Qingcheng benar-benar kehilangan kesadarannya, ia merasakan detak jantung orang itu semakin cepat, lalu...
Tiba-tiba, pria itu mendorongnya ke arah Paviliun Xuan. Dunia seakan jungkir balik, telinganya berdenging. Xie Qingcheng menyadari bahwa pria itu, dalam 'keterkejutannya', telah membanting pintu hingga tertutup rapat, menjerumuskan ruangan ke dalam kegelapan yang penuh hasrat dan kebingungan.
♛┈⛧┈┈•༶✧༺♥༻✧༶•┈┈⛧┈♛
Pada pukul enam, pesta telah dimulai.
"Di mana pengantin pria?"
"Belum ada di sini. Setengah jam lagi sebelum upacara masuk pengantin... bagaimana dengannya...?"
Kakak kedua keluarga Wei mengeluarkan ponselnya dan menelepon lagi. "Tidak ada yang menjawab."
Lu Zhishu duduk di tempatnya, diam-diam mengamati keluarga Wei yang mulai kehilangan kendali atas situasi. Semua ini sudah sesuai dengan dugaan mereka.
Keluarga Wei mengklaim mengikuti tren modern, tetapi tetap berpegang teguh pada tradisi yang mengakar. Dahulu, keluarga Wei sering menjalin hubungan antar keluarga melalui pernikahan. Sekitar tiga hingga empat dekade yang lalu, pernikahan bebas seperti yang dilakukan Wei Dongheng hampir tidak mungkin terjadi. Pernah suatu kali, seorang gadis dari keluarga Wei melarikan diri pada hari pernikahannya, menciptakan skandal besar. Sejak saat itu, keluarga Wei selalu memanggil seorang pendeta Tao untuk menghitung lokasi yang paling sesuai demi keberuntungan keluarga, yang ternyata adalah kompleks ini.
Seiring waktu, keluarga Wei menjadi kurang percaya takhayul, tetapi kebiasaan keluarga mereka tetap utuh.
Setiap kali mengadakan pernikahan, mereka akan memenuhi resor dengan tamu undangan. Sementara itu, percakapan pribadi antara orang tua mempelai wanita dan pria sebelum jamuan pernikahan dilakukan agar pengantin wanita tidak terlalu gugup dan cemas saat memasuki babak baru dalam hidupnya.
Lu Zhishu tahu bahwa 'percakapan pra-nikah' keluarga Wei selalu diadakan di Paviliun Xuan, yang terletak di ujung kompleks.
Dupa dibakar, teh diseduh, mereka berbincang, lalu pengantin pria akan menuju lobi hotel untuk menikahi sang gadis.
Semua ini telah diperhitungkan dengan baik olehnya. Melihat keluarga Wei yang semakin kebingungan dan cemas, yang kini semakin sulit mereka sembunyikan, Lu Zhishu bangkit dan mendekati mereka dengan ekspresi kepura-puraan.
"Ada apa? Apakah terjadi sesuatu? Kalian butuh bantuan?" tanyanya dengan nada prihatin yang sudah ia latih sebelumnya.
Keluarga He dan keluarga Wei sering menjalin hubungan bisnis. Lu Zhishu adalah tipe kenalan yang diundang ke pertemuan tahunan perusahaan keluarga Wei. Beberapa kerabat keluarga Wei menganggapnya sebagai pribadi yang ramah dan penuh perhatian. Mengingat hubungan jangka panjang antara kedua keluarga, bagaimana mungkin mereka bisa menduga bahwa Lu Zhishu justru sedang bersekongkol melawan mereka?
Para kerabat perempuan keluarga Wei, yang biasanya akrab dengannya, segera menjawab, "Pernikahan akan segera dimulai, tetapi Wei Dongheng tidak terlihat di mana pun dan tidak menjawab teleponnya... Anak itu benar-benar mencari masalah."
Lu Zhishu segera menunjukkan kepedulian yang telah ia persiapkan sebelumnya. "Astaga! Ini benar-benar mengkhawatirkan. Biarkan saya menemani kalian mencarinya."
"Kakak keduanya dan yang lain sudah pergi ke Paviliun Xuan untuk mencarinya. Kami bertanya-tanya apakah dia terlalu lama mengobrol dengan kakak pengantin wanita sampai lupa waktu…" ujar salah satu kerabat perempuan dengan gelisah, menghentakkan kakinya. "Tapi itu tidak masuk akal. Dalam acara sebesar ini, bagaimana mungkin dage dan calon suami bisa melupakan waktu?"
Lu Zhishu buru-buru berkata dengan nada menenangkan, "Jangan panik. Mari kita periksa bersama dulu. Mungkin ada sesuatu yang terjadi? Jika ada keadaan darurat, masih banyak orang yang bisa membantu."
Kerabat perempuan itu tidak memiliki niat buruk dan memang khawatir dengan Wei Dongheng. Mendengar kata-kata Lu Zhishu, ia merasa itu adalah saran yang masuk akal dan segera pergi bersamanya menuju Paviliun Xuan.
Lu Zhishu berniat menciptakan kegaduhan sebesar mungkin. Sebelum berangkat, ia sengaja membuat banyak keributan dan menarik perhatian beberapa kerabat penting keluarga Wei untuk ikut bersamanya.
Rombongan mereka melewati tepi kolam, dan ketika mereka tiba di aula Paviliun Xuan, mereka melihat Wei Er beserta beberapa rekannya berdiri di depan pintu dengan wajah pucat.
"Ada apa? Apa yang sedang terjadi?"
Segera, salah satu pengawal Wei Er maju dan dengan sopan mencegah mereka melangkah lebih jauh. "Nyonya-nyonya, maaf, ada situasi di dalam yang perlu ditangani."
Senyum tipis penuh ejekan muncul di sudut bibir Lu Zhishu.
Situasi? Tentu saja, ia tahu persis apa yang sedang terjadi di dalam.
Ia telah menggunakan sedikit Air Kepatuhan agar pelayan yang bertanggung jawab menyiapkan ruangan secara tidak sadar mengganti dupa hotel dengan dupa khusus yang tidak tersedia di pasaran. Dupa ini adalah afrodisiak berkonsentrasi tinggi yang dikembangkan oleh ahli kimia yang bekerja untuk Duan Wen. Mereka menyaring dupa halusinogen biasa dan bahkan menambahkan sejumlah obat halusinogen yang bereaksi melalui inhalasi.
Setelah menghirup dupa ini dalam jumlah besar dalam waktu singkat, kesadaran seseorang akan perlahan kehilangan kendali hingga akhirnya runtuh sepenuhnya. Dan satu-satunya cara untuk mengatasinya hanyalah dengan menuruti dorongan yang ditimbulkan.
Wanita licik ini telah mengirim dupa tersebut ke ruangan tempat Wei Dongheng dan Xie Qingcheng sedang berbicara.
Sekarang, dari reaksi keluarga Wei, Lu Zhishu dapat melihat bahwa rencananya berjalan sesuai harapan. Dengan para wanita yang mengikuti di belakangnya—banyak di antaranya terkenal suka bergosip—kejadian hari ini pasti akan menyebar luas. Xie Xue tidak akan bisa menikah dengan Wei Dongheng, dan Xie Qingcheng akan dipandang rendah oleh He Yu.
Siapa yang bisa menghormati seorang pria yang terlibat skandal dengan calon iparnya sendiri di malam sebelum pernikahannya? Lu Zhishu hanya menunggu, menikmati kekacauan yang semakin membesar.
"Ada apa dengan Dongheng?"
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
Para pengawal tampak canggung dan bersiap memberikan penjelasan ketika tiba-tiba terdengar suara serak dari dalam ruangan bambu. Mereka mungkin bisa menghentikan langkah orang-orang di luar, tetapi mereka tidak bisa menghentikan suara yang keluar.
Para wanita yang tadinya berbicara dengan gelisah langsung terdiam. Beberapa yang lebih cepat bereaksi bahkan buru-buru menutup mulut mereka dengan tangan, terkejut dengan apa yang baru saja mereka dengar.
Semua orang mendengarnya—jelas sekali suara itu milik dua orang pria.
Suara-suara itu dengan gamblang menunjukkan skandal yang begitu absurd dan tidak bermoral sedang terjadi di dalam.
Lu Zhishu menekan kegembiraan luar biasa atas keberhasilan rencananya. Ia menahan diri agar tidak mengangkat alis dengan penuh kemenangan, lalu menutup mulutnya seolah terkejut. "Astaga!... Ini... Ini..."
Wei Er berwajah pucat, tetapi ia tidak membuka pintu. Sebaliknya, ia berbalik dan berjalan ke arah para wanita yang mengikuti mereka, memaksakan senyum saat berkata, "Ini hanya kesalahpahaman. Mereka hanyalah dua tamu pernikahan. Silakan kembali dulu."
Ia bahkan tidak bisa menemukan alasan yang lebih masuk akal. Dengan tatapan tajam, ia memberi isyarat kepada pengawal dan berkata, "Bawa para nyonya ke ruangan lain untuk menenangkan diri. Aku akan menyusul setelah menyelesaikan masalah ini."
Semua wanita di sana tahu bahwa ini adalah skandal besar bagi keluarga Wei. Wei Er pasti tidak akan membiarkannya berlalu begitu saja, apalagi mengizinkan siapa pun untuk menyebarkannya. Ia pasti sedang berpikir keras mencari cara untuk menangani dampaknya. Tetapi...
Bagaimana mungkin skandal sebesar ini bisa ditutupi begitu saja?
"Siapa yang bisa menahan diri untuk tidak membicarakannya?"
Di permukaan, Lu Zhishu, seperti para wanita lainnya, tampak terhibur dan menjaga mulutnya tetap tertutup. Namun, di dalam hati, ia berharap suara Xie Qingcheng dan Wei Dongheng semakin keras, semakin tidak terbendung.
Dan ia mendapatkan apa yang diinginkannya. Saat ia berbalik, ia melihat sekelompok orang lain mendekati ujung aula—mereka juga sedang mencari pengantin pria.
Wajah Wei Er semakin muram. Dengan suara pelan, ia memberikan instruksi kepada para pengawal, meminta mereka untuk menutup seluruh halaman Paviliun Xuan agar tidak ada lagi yang bisa masuk. Tetapi saat rombongan itu semakin dekat, ia menyadari bahwa di antara mereka ada ayahnya.
"Ada apa?" Ayah Wei mengerutkan kening dan bertanya dengan suara rendah kepada putranya.
Ia memang selalu khawatir tentang Wei Dongheng. Dan sekarang, di saat-saat krusial menjelang pernikahan, putranya tiba-tiba menghilang tanpa jejak—ini bukan pertanda baik.
Wei Er tidak tahu harus mengatakan apa di depan begitu banyak orang. Sementara itu, semakin banyak orang berkumpul di belakangnya. Bahkan seseorang seperti dirinya, yang sudah terbiasa menghadapi berbagai situasi besar, kini mulai merasa tertekan. Keringat mulai muncul di dahinya.
Saat Ayah Wei melihat bahwa ekspresi semua orang tampak berbeda-beda dan Wei Er tetap diam, ia hanya melambaikan tangan, memberi isyarat kepada para pengawal untuk menjauh. Kemudian, ia sendiri berjalan menuju pintu tertutup rumah bambu di Paviliun Xuan.
Lu Zhishu merasa sangat gembira. Ia hanya berharap Ayah Wei akan membuka pintu itu, agar semakin banyak orang mengetahui skandal yang sedang berlangsung di dalam.
Namun, tepat saat itu…
Terdengar lagi suara rendah dari dalam ruangan.
Meskipun suaranya begitu pelan dan teredam, seakan diselimuti kabut, suara itu jelas milik seorang pria. Suara itu tidak terduga begitu indah, cukup untuk memikat jiwa, hingga membuat hampir semua orang yang mendengarnya terkejut.
Seluruh tubuh Ayah Wei menegang. Ia segera memahami apa yang sedang terjadi di dalam ruangan. Tangannya, yang baru saja hendak mengetuk pintu bambu, terhenti. Wajah tuanya memerah seketika, lalu berubah menjadi kebiruan.
Ia membuka mulut, hendak mengatakan sesuatu, ketika suara di dalam ruangan semakin melemah, seolah seseorang telah terdesak dalam situasi yang putus asa.
"...Berhenti..."
Beberapa detik kemudian, suara itu pecah dalam kepanikan dan putus asa, meneriakkan sebuah nama.
"He, He Yu...!"
Dalam sekejap, Lu Zhishu seakan tersambar petir. Ia berdiri terpaku dengan mata terbelalak. Orang-orang yang sebelumnya menatap Ayah Wei dan Wei Er dengan tatapan heran dan iba kini beralih menatapnya.
Lu Zhishu tidak bisa mempercayainya. Tidak seperti Wei Er dan Ayah Wei yang tidak berani membuka pintu, ia justru berteriak dan langsung berlari ke depan Paviliun Xuan. Dengan sekali dorongan keras—brak!—pintu yang selama ini dijaga oleh ayah dan anak keluarga Wei pun terbuka.
Pemandangan di depannya membuatnya terpana.
Lu Zhishu melangkah mundur dua langkah dengan langkah goyah. Wajahnya pucat seperti kertas emas, tubuhnya gemetar hebat, lalu tiba-tiba ia jatuh ke tanah.
Matahari senja yang redup menerangi bagian dalam Paviliun Xuan melalui pintu bambu yang sedikit terbuka, dan cahaya itu jatuh pada sosok He Yu dan Xie Qingcheng, yang setengah terjerat dalam kabut dupa.