Mimpi

"Lepaskan, seseorang bisa masuk dengan tiba-tiba," ujar Agatha gugup, matanya jatuh pada bibir Edgar yang tipis.

"Lalu? Kau kekasihku, siapa yang protes akan hal itu?"

"Ini lingkungan kantor, Ed!"

"artinya kalau bukan di kantor bisa?" terselip senyum iblis di bibir pria itu.

Agatha menelan ludah, dia kesusahan sendiri menjawab pertanyaan Edgar.

"Bukan itu—"

Senyum di sudut mata Edgar membuatnya tersadar jika pria itu sedang menggodanya.

"lepaskan!" kini Agatha memasang wajah galak namun Edgar justru menariknya lebih dekat hingga tubuh keduanya bersentuhan.

"Kau akan menyukainya setelah mencoba," bisik Edgar mengusap garis bibir Agatha dengan ibu jarinya.

Agatha yang malang dan polos bahkan terlambat menyadari ketika sesuatu yang keras menyentuh pahanya.

"Kau—" matanya membelalak tanpa bisa berkata-kata.

"berikan aku satu ciuman dan kau bebas," ucap Edgar namun wajah pria itu jelas tersirat gairah yang panas.

"Aku tidak mau!" sahut Agatha cepat.

"kau tahu jika ruangan ini memiliki kamar. Berikan aku satu ciuman atau aku akan mengikatmu—" belum selesai Edgar dengan ancamannya ketika Agatha mendaratkan bibirnya di atas bibir Edgar.

Edgar yang memang sudah sangat menginginkan wanita itu kemudian meraih tengkuk Agatha lalu melumatnya dengan rakus.

Betapa lihainya pria itu mampu membuat seseorang merasakan gairah hanya dengan bibirnya, tangan Edgar meremas lembut bokong Agatha tanpa melepaskan ciumannya.

Seperti yang sudah ia janjikan pada dirinya sendiri, bahwa dia tidak akan memaksa Agatha untuk melakukannya tapi juga tidak akan membiarkan Agatha melakukannya dengan orang lain.

Dia sudah mengklaim Agatha miliknya dan akan tetap seperti itu sampai kapanpun.

Ciuman mereka terlepas setelah keduanya hampir kehabisan nafas.

"Kau sangat mengganggu dan sialnya aku menyukai hal itu." bisik Edgar di atas bibir Agatha.

Pria itu tidak berbohong, sepanjang hari itu waktunya lebih banyak terbuang hanya untuk menatap wajah Agatha diam-diam, bila ada kesempatan Edgar bahkan tidak berhenti menggoda wanita itu.

---

Malam ini Edgar dan Agatha akan ada acara makan malam di salah satu restoran terkenal di kota Milan, seperti biasa beberapa langkah dari belakang ada ajudan yang selalu berjaga, Edgar pria yang berbahaya dan memiliki banyak musuh.

Ketika turun dari mobil, sebagian orang di sana menyadari kehadiran Edgar yang lebih menarik perhatian adalah karena pria itu datang bersama dengan wanita cantik.

Kesempatan ini di gunakan secara diam-diam oleh orang yang mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri, sejumlah kamera ponsel membidik kebersamaan Edgar bersama Agatha untuk kemudian di jual ke media sebagai bahan gosip panas.

Terlihat Edgar yang merangkul pinggang Agatha dengan posesif seakan menyatakan kepada orang-orang jika wanita itu miliknya.

Edgar tak akan segan memberi tatapan membunuh untuk pria manapun yang berani menatap wanitanya dengan tatapan lapar.

Terlihat dengan jelas bagaimana Edgar menunjukkan aura gelap kepada mereka yang di anggap musuh sementara dengan Agatha pria itu berubah lembut bagai sutra, dan itu hal yang sudah pasti akan menjadi senjata bagi orang yang memiliki masalah dengan Edgar.

***

Di salah satu apartemen mewah yang berada di kota Milan, seorang pria menatap penuh nafsu wajah Agatha yang berada di layar ponsel miliknya namun berubah penuh kebencian ketika menatap wajah Edgar yang berdiri merangkul wanita itu.

"selera bajingan ini memang bukan main," ucap sang pria.

Dia Rafael, salah satu pria yang menjadi saingan Edgar selama ini. Rafael sungguh sangat ingin menjatuhkan Edgar.

Sifat arogan Edgar dan keberhasilan pria itu yang selalu mencuri perhatian semua orang membuat Rafael tidak menyukai Edgar.

Puncak kebencian Rafael adalah ketika mantan kekasihnya Paolina kedapatan olehnya sedang bercumbu dengan Edgar di salah satu club.

Sudah sejak lama Rafael mengetahui jika Paolina begitu tergila-gila dengan Edgar, meski akhirnya Rafael memutuskan hubungan dengan jalang itu namun kebencian terhadap Edgar tak bisa di hentikan.

Nyatanya bukan hanya soal wanita, dalam beberapa tender Edgar juga telah mengalahkan Rafael. Dia yakin Edgar menggunakan cara kotor untuk mendapatkan itu semua.

Selama ini banyak gosip yang beredar akan hubungan asmara Edgar dengan beberapa wanita tapi kali ini sepertinya merupakan wanita istimewa.

Ini pertama kali Edgar terlihat bersama wanita dengan sikap posesif yang kentara di depan umum.

Siapapun sadar dari tatapan matanya yang tak bisa lepas dari Agatha akan tahu jika Edgar mengagumi wanita itu.

Rafael yakin segala sesuatunya telah di prediksi oleh Edgar. Jika pria itu berani bertindak hal seperti itu di depan publik artinya Edgar telah memikirkan segala konsekuensinya.

Hampir semua pria yang bergerak di dunia hitam seperti Edgar pasti sangat paham jika wanita mereka adalah hal yang berbahaya bagi keselamatan jiwa mereka—karena itu merupakan kelemahan pria seperti Edgar, maka Rafael harus membuat taktik yang lebih licik.

Dia juga curiga setelah tahu jika Agatha bukanlah asli warga Italia.

'Apakah hal ini berkaitan dengan kematian Norah Mateo?' pikir Rafael.

Namun dia belum bisa memastikan hal itu, jika benar berkaitan artinya Edgar hanya memanfaat Agatha. Dia memiliki niat terselubung kepada wanita itu.

Saat ini Rafael akan menyelidiki terlebih dahulu, Agatha bukan pilihan yang buruk. Wanita itu sangat cantik dan terlihat bukan wanita biasa.

...

Edgar dan Agatha tiba di mansion setelah menyelesaikan makan malam di luar, keduanya masuk ke dalam kamar masing-masing.

Setelah kini sendiri, Agatha kembali memeriksa email cadangan yang telah ia buat. Namun belum ada balasan dari sahabatnya, terlebih wanita itu tidak menggunakan media sosial manapun yang membuat Agatha semakin sulit mencari cara untuk berkomunikasi dengan sahabatnya.

Jujur Agatha tidak mengingat nomor ponsel Sandra—sahabatnya, sementara nomor ponsel daddynya hingga kini tidak aktif lagi, sehingga itu membuatnya merasa buntu.

Sampai detik ini Agatha belum mendapat petunjuk akan keberadaan daddynya.

Dia juga merasa semakin kesulitan untuk menjadi profesional dalam mendekati Edgar, pria itu sungguh berbahaya dan tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Agatha sangat sulit untuk tidak terpengaruh pada pria itu. Edgar bersikap begitu posesif setiap saat, belum lagi tindakan pria itu yang sembrono, sesuka hati menyentuh Agatha. Haruskah Agatha melangkah lebih jauh untuk misinya?

Agatha terlihat begitu lelah sepanjang hari itu, setelah membersihkan diri wanita itu merebahkan dirinya di atas tempat tidur yang terasa hangat dan empuk.

Hanya sekejap setelah tertidur, Agatha bergelut dengan dunia mimpi.

Kali ini Agatha merasa benar-benar bermimpi—mimpi yang–entahlah, yang ia tahu bahwa dalam mimpi itu tubuhnya sedikit terangkat lalu membiarkan Edgar yang berada di atas tubuhnya mulai menelusuri setiap jengkal tubuhnya dengan ciuman panas.

Bahkan dalam mimpi tubuhnya memerah karena malu namun juga mendambakan bibir Edgar yang basah.

Meski samar namun Agatha masih dapat mengenali dengan jelas jika pria di dalam mimpi itu adalah Edgar.

Setelah tubuhnya menggeliat karena sentuhan tangan Edgar di sejumlah bagian yang sensitif, mimpi itu menghilang dalam kegelapan dan Agatha kembali melanjutkan tidur nyenyaknya.