Bagian 3 Aldo Daniel Sinaga

Langit sudah gelap ketika Aldo duduk di ruang tamu, menunggu kedua orang tuanya pulang. Sore itu, ia telah menyelesaikan semua tugas sekolah dan berlatih sepak bola di lapangan dekat rumahnya. Ia merasa cukup lelah, tetapi tetap ingin menunggu orang tuanya untuk makan malam bersama.

Pukul enam sore, terdengar suara pintu depan dibuka. Ibu Aldo, Bu Nia, baru saja pulang dari kantornya. Aldo segera bangkit dari sofa dan berlari menuju pintu depan untuk menyambutnya.

"Horas, Bu! Sudah pulang," sapa Aldo dengan senyum lebar.

"Horas, Aldo. Sudah nunggu lama, ya?" jawab Bu Nia sambil tersenyum lelah namun hangat.

"Ndang adong do, Bu. Menunggu Ayah saja, biar bisa makan malam bareng," jawab Aldo sambil membantu ibunya melepaskan tas kerja dan jaket.

Bu Nia mengangguk dan meletakkan barang-barangnya di meja dekat pintu. "Bagaimana sekolah kamu hari ini? Kamu sudah belajar untuk ulangan minggu depan, kan?"

Aldo mengangguk. "Sudah, Bu. Di sekolah biasa saja, sama seperti hari-hari sebelumnya. Tadi sore setelah pulang sekolah, langsung belajar dan ngerjain tugas."

"Bagus, anakku," puji Bu Nia, menepuk bahu Aldo dengan lembut. "Ibu tahu kamu sudah berusaha keras, dan Ibu sangat bangga sama kamu. Ingat, ndang perlu do terlalu stres. Yang penting sudah berusaha dengan baik."

Aldo merasa senang mendengar kata-kata ibunya. Dukungan Bu Nia selalu membuatnya merasa lebih ringan. Dia tahu Ibunya akan selalu mendukungnya.

Mereka berdua lalu berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Bu Nia mulai mengeluarkan bahan-bahan dari lemari es, sementara Aldo membantu menyiapkan meja makan.

Saat menyiapkan makanan, Bu Nia berkata, "Aldo, malam ini kita makan naniura ya, Ibu sudah beli ikan yang segar tadi pagi." Aldo tersenyum, ia sangat menyukai masakan khas Batak yang sering dibuat ibunya.

Sekitar pukul tujuh malam, terdengar suara mobil memasuki garasi. Itu pasti Pak Budi, ayah Aldo, yang baru saja pulang dari kantor. Aldo segera berlari ke pintu depan untuk menyambutnya.

"Horas, Pa! Sudah pulang," sapa Aldo.

"Horas, Do," balas Pak Budi sambil tersenyum. "Mamak kau sudah pulang?"

Aldo mengangguk lagi. "Sudah, Pa. Sekarang sedang memasak naniura."

Pak Budi mengangguk sambil tersenyum, "wah, makan besar Kita Malam ini."

"Iya Pa." Jawab Aldo sambil membantu membawakan tas kerja Pak Budi. Mereka berdua segera masuk ke dalam rumah, setelah Pak Budi menutup pintu pagar. Pak Budi melangkah menuju kamarnya untuk mandi dan berganti baju, sedangkan Aldo kembali membantu ibunya di dapur.

Tak berselang berapa lama, masakan naniura yang dimasak Ibunya Nia pun siap disantap. Mereka semua duduk di meja maka dan Pak Budi memimpin doa. Mereka pun menyantap hidangan yang telah disiapkan Bu Nia. Makan malam berlangsung dengan obrolan ringan tentang kegiatan sehari-hari mereka. Bu Nia berbagi cerita tentang proyek baru di kantornya, sementara Pak Budi menceritakan sedikit tentang pekerjaannya. Sedangkan Aldo menceritakan aktifitasnya di sekolah.

Sebagai bagian dari tradisi, Pak Budi selalu memastikan ada tumpak yang terbuat dari nasi dan ikan sebagai tanda syukur. Malam ini, mereka juga memakan itak gurgur, makanan khas Batak yang dibuat Bu Nia untuk memperingati ulang tahun Aldo yang baru saja lewat.

Setelah makan malam, Aldo membantu ibunya membersihkan meja dan mencuci piring. Sementara itu, Pak Budi duduk di ruang keluarga dan melihat berita di HP-nya. Ketika Aldo selesai membantu di dapur, ia bergabung dengan ayahnya di ruang tamu.

Pak Budi menoleh ke Aldo dan berkata, "Ayah tahu kamu bisa mencapai banyak hal, Do. Tapi kamu harus fokus dan disiplin. Ayah ingin kamu menjadi yang terbaik. Ayah tahu itu tidak mudah, tapi ayah yakin kamu pasti bisa, Do."

Aldo mengangguk dan menerima nasihat ayahnya dengan positif. Bu Nia datang dan duduk di sebelah Aldo. "Aldo, kamu jangan khawatir, Mamak dan juga papa aka selalu ada untuk mendukungmu. Jangan putus asa dan tetap semangat, kamu sudah melakukan yang terbaik, dan Ibu percaya kamu bisa melalui semua ini dengan baik."

Aldo tersenyum, merasa lebih lega mendengar kata-kata ibunya. "Makasih, Bu. Aku tahu kalian ingin yang terbaik untukku, dan aku akan berusaha keras."

Bu Nia mengusap rambut Aldo dengan penuh kasih. "Itu yang Ibu harapkan. Yang penting kamu sudah berusaha, dan ingat, jangan ragu untuk minta bantuan kalau merasa kesulitan."

Malam itu, setelah berbincang sebentar bersama orang tuanya, Aldo menuju kamarnya untuk bersiap tidur. Sebelum tidur, ia duduk di meja belajarnya dan membuka Alkitab, membaca beberapa ayat untuk menenangkan hatinya. Pikiran tentang harapan dan tekanan dari orang tuanya masih membayangi, tapi ia merasa lebih tenang karena tahu ibunya selalu ada untuk mendukungnya.

Sebelum tidur, Aldo berdoa, memohon kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan di depannya.

Ia tahu bahwa ia perlu menemukan keseimbangan antara memenuhi harapan orang tuanya dan menjaga kesejahteraan dirinya sendiri.

Ketika berbaring di tempat tidur, Aldo menatap langit-langit kamarnya, memikirkan betapa beruntungnya ia memiliki keluarga yang peduli padanya. Meskipun ada tekanan, ada juga cinta dan dukungan yang membuatnya merasa kuat. Dengan pikiran itu, Aldo perlahan terlelap, siap menghadapi hari esok dengan semangat baru.