"Saar aku memilihnya daripada kesendirianku. Aku lebih suka dia berada di sekitar daripada tetap sendirian."
Hugo memperhatikan wajah Penny. Matanya masih tajam dan menakutkan, tetapi senyum tipis yang tercampur memberikan ekspresinya tampilan yang lebih lembut. Hugo mengangguk dan berkata, "Lalu, sepertinya tidak ada yang harus aku khawatirkan. Sepertinya adikku tahu apa yang telah dia terima. Meski begitu, aku ingin kamu berhati-hati. Walaupun Zoren Pierson adalah seorang pria lemah, dia berbahaya."
Mata Penny langsung terarah ke Hugo saat mendengar kata bahaya. Baginya, jika kakaknya menyebut seseorang berbahaya, pasti ada alasannya.
"Orang yang sekarat tidak takut mati, mereka juga tidak takut melanggar batas," lanjutnya pelan namun jelas. "Berhati-hatilah, Penny. Kenalilah dia lebih baik. Kamu tahu aku akan selalu mendukungmu tidak peduli apa. Jika dia termasuk orangmu, maka dia juga orangku."