"Hah! Saya tidak bisa melakukan ini — Saya sudah selesai!" Nathaniel menarik napas terengah-engah, roboh berlutut sampai akhirnya berbaring telentang. Dia tidak peduli dengan kotoran yang melekat padanya saat dia terjatuh ke dalam kelelahan.
Ini adalah sesuatu yang tidak mengejutkannya. Setelah seharian menggali dengan hampir tidak ada istirahat, dia biasanya jatuh pingsan sampai dia tidak bisa lagi mengangkat lengan. Hari ini tidak berbeda, dan mungkin besok akan sama saja.
Hanya memikirkan besok sudah membuatnya meneteskan air mata.
Sungguh kehidupan!
Setelah Nathaniel menarik napas, bayang-bayang perlahan melintang di atasnya. Tak lama, dia menatap sepasang mata zaitun terang yang melayang di atasnya.
"Nona Penelope," ia memanggil dengan tidak berdaya, mengira dia telah datang untuk menyuruhnya terus menggali. "Saya tidak bisa lagi. Seluruh taman ini seperti lapangan mainan ketok-ketok. Bisakah saya melanjutkan besok?"