Bab 580 Duka Hantu Dan Praktisi Mistik

"Dasar bajingan... kamu bahkan tidak menunggu aku menyelamatkanmu..." Hantu terisak, suaranya gemetar.

"Salahku, saudara," Hantu tercekat, suaranya pecah.

"Seharusnya aku pergi bersamamu, atau setidaknya tidak membiarkan kamu pergi sendirian. Mungkin tidak seharusnya aku biarkan kamu pergi sama sekali. Aku sangat menyesal..." Dia terjatuh ke depan melawan tubuh pohon bermutasi yang tak bernyawa, menangis tak terkendali, tiap napasnya berat dan tegang.

Hantu hampir tidak bisa mengambil napas saat menangis, hatinya berat dengan rasa bersalah. Di lubuk hatinya, dia telah tahu peluang Gagak untuk bertahan hidup tipis, tapi dia tetap berpegang pada harapan—harapan bahwa kecerdikan dan kelicikan Gagak akan entah bagaimana membawanya keluar, bahwa dia akan selalu menemukan jalan keluar dari situasi apa pun.

Percikan harapan kecil itulah yang membuatnya terus bergerak. Tapi sekarang, kenyataan pahit telah mendarat. Saudaranya telah pergi.