Tubuhnya kemudian mulai berkeringat; dia basah oleh keringat, dan sekarang dia merasa sangat haus, seolah-olah dia sedang demam.
Gagak tidak tahu berapa lama waktu yang telah berlalu sejak dia mulai menyembuhkan diri atau kapan energi spiritualnya mulai kehilangan kendali. Seluruh tubuhnya terasa seperti neraka, tetapi dia tidak boleh mengeluh. Selama dia masih bernapas, itu yang terpenting.
Dia menganggap dirinya beruntung—bahkan merasa bersyukur—bahwa dia telah bertahan. Tapi kemudian lagi... apakah dia benar-benar selamat?
Dia merasa bahwa walaupun luka yang ditimbulkan oleh pohon mutan tidak membunuhnya, energi spiritualnya sendiri mungkin akan melakukannya. Energi itu berkeliaran liar di dalam dirinya, mengancam akan menghancurkannya dari dalam.
Tenaga yang luar biasa itu mengalir melalui setiap vena di tubuhnya, mendorongnya hingga ke tepi—dia tidak akan terkejut jika otaknya meledak setiap saat.