Gagak, yang baru saja menerima peralatan yang ia anggap sebagai harta karun, segera menemukan kegembiraannya dibayangi oleh peralatan lengkap milik Hantu. Menjalankan jarinya di atas jubahnya, dia melirik Hantu, yang dengan antusias memasang satu peralatan kuat demi satu.
Kontras tersebut, ditambah dengan kata-kata Kisha sebelumnya, membuat perasaan pahit merayap ke dalam dada Gagak—jubah yang dulu dibanggakannya tiba-tiba tampak kurang bersinar jika dibandingkan.
Kisha, menyaksikan kedua orang tersebut berperan seperti anak-anak yang menerima hadiah dari Santa—satu yang gembira dengan peralatan barunya dan yang lain bahagia namun tak bisa menahan diri untuk membandingkannya dengan milik adik laki-lakinya—tersenyum sendiri.
Ingin menghindari kekecewaan yang tersisa, dia cepat-cepat mengubah ritme, membagikan satu barang langka kepada setiap orang sampai semua yang dia ambil dari inventarisnya habis didistribusikan.