Keluarga Satu-Satunya

Evelyn duduk di dalam mobil, dingin dan kosong, saat Elias keluar. Tangannya yang telah memegang Elias terangkat di udara, gemetar seperti hatinya, yang baru saja mendapatkan pukulan besar. Pikirannya bagaikan pusaran emosi, pikiran berpacu lebih cepat daripada yang bisa ia proses. Dia merasa beban yang menghimpit dari rasa tidak berdaya dan pengkhianatan, tapi juga sebuah kekosongan besar terbentuk di dalam hatinya.

Elias berjalan menuju sisi lain, setiap langkah terasa berat dan menyakitkan. Ini mungkin akan menjadi kali terakhir dia akan melihatnya, yang membuatnya semakin sakit. Setidaknya, dia harus berbicara sedikit lagi dan mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan lebih tulus agar dia tidak terlalu membencinya. Setidaknya, dia harus memeluknya untuk terakhir kalinya. Pikiran untuk meninggalkannya, untuk tidak pernah melihatnya lagi, hampir tidak tertahankan.